Share

BAB 127. Kenyataan pahit.

Tak disangka Alya dan tantenya tertawa terbahak-bahak sampai menarik perhatian orang-orang yang lalu lalang di sekitar jalanan ini.

“Mana ada Kuti secantik Alya, Ngga!” sahut Tante Eni. Aku hanya menggaruk kepala yang tidak gatal. Mati kutu kalau sudah berhadapan dengan pujaan hati.

“Jangan lupa nanti malam ke rumah Lusi, ya? Kamu dapat undangan juga, kan?” tanya Alya.

“Ck, menyebalkan baru bertemu sudah membicarakan orang lain. Eh, tapi, kok, nanti malam? Bukankah Minggu depan?”

“Dipercepat, Ngga. Keluarga calonnya Lusi yang meminta. Maka itu kami pulang lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”

Duh, kenapa bisa bersamaan begini, ya? Apakah ini pertanda bahwa kami berjodoh.

“Angga! Kalau ada orang ngomong itu dijawab jangan malah senyum-senyum,” hardik Alya.

“Pulang dari luar negeri agaknya kehabisan obat, Al,” celetuk Tante Eni.

“Em ... iya, nanti insya Allah aku usahakan datang.

“Bye, Om Angga. Alika pulang dulu, ya?”

“Iya, Alika. See you ....”

Andai tidak puasa andai Alya masih gad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Taha nusa
Duh, kasian Angga. Cepet Ngga lamar si Alya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status