BAB KE : 163KELOMPOK SANG PENGADIL RAPAT MENDADAK 16+Setelah memeriksa pistol dengan teliti dan memastikan berfungsi dengan baik, Faiz meletakan benda tersebut di atas ranjangnya. Pistol itu tergeletak begitu saja. Selanjutnya Faiz membuka tas koper yang ada di bagian paling bawah lemari tersebut. Sesaat Faiz menatap tumpukan uang yang berada di dalam tas, kemudian menutupnya, lalu kembali merapatkan pintu lemari pakaian. "Bu, saya mau pergi ke tempat kerjaan dulu, mungkin agak lama pulangnya," pamit Faiz pada Bu Tardiah setelah mereka selesai melaksanakan salat Isya. "Katanya Nak Faiz akan ke rumah Naufal? Kok sekarang malah mau ke tempat kerja?" tanya Bu Tardiah dengan lembut, tapi ada keheranan dalam nadannya. Biasanya Faiz tidak pernah bersikap seperti ini. Apa yang dia rencanakan memang itu yang dia lakukan, tapi kali ini kok berbeda. Inilah yang membuat Bu Tardiah heran. "Iya, Bu. Ada sesuatu yang harus saya urus dengan segera," jawab Faiz, kemudian Faiz mengeluarkan
BAB KE : 164FAIZ TINGGAL SENDIRI DI MARKASNYA 16+Dalam pertemuan itu Faiz menyampaikan, bila semua telah selesai, bukan berarti perjuangan mereka berakhir, mereka harus tetap berjuang dalam menegakan amal ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Faiz meminta untuk perjuangan selanjutnya harus mereka tuangkan dalam bentuk organisasi masyarakat. Mereka telah memiliki banyak uang, jadi tidak sulit untuk mendirikan sebuah organisasi. Dengan uang yang mereka miliki, mereka harus membentuk sebuah kelompok usaha. Mengumpulkan orang-orang yang hidup dengan taraf ekonomi lemah dan membantu mereka dengan modal serta bimbingan dalam berwiraswasta. Setelah itu, mereka dikoordinir dalam bentuk sebuah organisasi. Mereka pasti dengan suka rela akan bergabung dengan organisasi tersebut. Berjuang lewat jalur organisasi, tentu lebih punya kekuatan untuk mengkritisi pemerintah yang zholim. Bahkan, bila semua organisasi masyarakat bersatu, maka sangat mudah untuk menjatuhkan rezim yang zholim. Asal or
BAB KE : 165PERSIAPAN FAIZ MENYAMBUT PASUKAN DUDUN 16+"Mau diapakan saya? Kamu tidak bisa berbuat kasar terhadap saya karena saya ini anak orang nomor satu di negara ini!" bentak Pangep Kalid Bursang ketika Faiz memasuki kamar tawanannya.Faiz memasuki kamar anak presiden setelah dia melakukan penyamaran. Penampilan Faiz jauh berbeda, bahkan wajahnya pun telah berubah. Rambut cepak dengan wajah tertutup masker. Tidak ada orang yang mengira bahwa itu adalah Faiz, termasuk anak presiden dan Dudun sekali pun. Faiz melakukan penyamaran seperti ini demi mengelabui Dudun. Seandainya Dudun berhadapan dengan Faiz, tentu Dudun tidak akan menangkap dirinya. Bahkan bisa jadi Dudun akan menyuruh dia pergi. Memang Dudun berhasil membebaskan anak presiden, tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Pemerintah akan tetap memburu Kelompok Sang Pengadil. Tapi apa bila Faiz telah tertangkap, tentu pemerintah tidak akan begitu getol lagi mengejar anak buah Faiz, karena pemimpinya telah tertangk
BAB KE : 166PISTOL DUDUN PUN MENYALAK 16+Ternyata pikiran Dudun terbaca oleh Faiz dan Faiz tidak ingin mengorbankan anak buahnya, karena itulah dia melakukan hal ini. Bagi Faiz, lebih baik dia yang tertangkap, atau terbunuh sekali pun. Asal jangan anak buahnya. Karena semua anak buah Faiz telah memiliki keluarga. Sementara Faiz masih hidup sendiri. Hanya satu yang dikhawatirkan Faiz, yaitu nasib Bu Tardiah. Makanya Faiz memberikan uang yang ada di koper untuk ibu tersebut. Uang yang sangat banyak. Cukup untuk menjamin kehidupan yang mewah bagi Bu Tardiah sampai ajal menjemput. ****Ternyata perkiraan Faiz tidak meleset, memang begitulah kenyataannya. Waktu keluar dari rumah Faiz, Dudun langsung menuju markasnya. Dudun berpikir dia harus bergerak cepat menyerang markas Sang Pengadil. Dalam analisa Dudun, Faiz tidak mungkin berada di markas Sang Pengadil dalam satu hari ini. Tentu Dudun berharap semoga Faiz tidak ke mana-mana dalam tiga hari ke depan sesuai permintaanya. Tapi
BAB KE : 167TANGISAN DUDUN 16+Setelah sebagian anak buahnya yang bertugas di luar datang, barulah Dudun memberikan perintah. Ada sekitar dua puluh anggota police yang berada di ruangan itu saat ini. "Empat orang membebaskan sandera, bawa ke mobil, dan segera antarkan ke markas dengan dua mobil pengawal! Selebihnya di sini, periksa semua area!" Suara Dudun terdengar tegas yang langsung ditindak lanjuti oleh anak buahnya. Setelah sandera di bebaskan dan telah dibawa ke luar, Dudun menghampiri Faiz yang kini terbaring dengan posisi telentang. Seorang anak buah Dudun telah mengamankan pistol milik Faiz. Dengan segera dia menghampiri Dudun dan melapor. Sementara seorang lagi masih tetap mengacungkan pistol ke arah kepala Faiz. "Senjatanya telah kami amankan. Ada beberapa jarum yang melekat pada sabuk dan sepucuk senjata api yang tidak berisi peluru dan tidak ada tanda-tanda pistol tersebut baru ditembakan!"Dudun menerima laporan tersebut dengan pertanyaan yang timbul di dalam hat
BAB KE : 168PENYESALAN DUDUN 16+Salah satu dari anggota police berjalan mendekati Dudun dan Faiz. Dengan pelan dia jongkok di samping Dudun, kemudian meraba leher Faiz. "Sebaiknya dia kita bawa ke rumah sakit, Ndan," usulnya kemudian. "Baik. Segera bawa!" jawab Dudun di sela isak dengan mata memerah. "Siapkan mobil!?" perintah Dudun kemudian. Sebagian anak buahnya segera berlari ke luar untuk melaksanakan perintah Dudun. "Sebagian tetap di sini, lakukan pembersihan! Bawa apa saja yang bisa dijadikan barang bukti," perintah Dudun lagi. "Siap, Ndan!" jawab mereka hampir serentak. Kemudian dengan di bantu seorang personil, Dudun mengangkat tubuh Faiz dan membawa keluar dari rumah tersebut dengan bergegas. Cukup lama juga perjalanan mereka menggotong tubuh Faiz, karena mobil mereka sengaja diparkir di area yang cukup jauh dari markas Kelompok Sang Pengadil. Faiz dibaringkan di dalam mobil dengan berbantal paha Dudun, setelah posisinya nyaman, seorang anggota kembali memerik
BAB KE : 169RINTANGAN DI TENGAH JALAN 16+Semakin banyak kenangan yang muncul dalam otak semakin perih rasanya hati Dudun. Begitu pula ketika matanya menatap wajah Faiz yang kelihatan pucat dengan mata terpejam, semakin besar rasa sesal yang menghujam di hati Dudun. Entah sudah berapa tetesan air mata Dudun yang jatuh ke wajah Faiz, tapi Dudun masih saja mendekatkan mukanya ke wajah Faiz. Seakan Dudun tidak mau memalingkan matanya dari wajah sahabatnya itu, walau sedetik. Beberapa kali anak buah Dudun yang sedang mengendalikan mobil, melirik komanandannya itu lewat spion dalam yang ada di depannya. Police tersebut bertanya-tanya dalam hati. Siapa sebenarnya orang yang di tembak pimpinannya ini? Apakah mereka saling kenal? Pasti ada hubungan tertentu antara komandanya dengan anggota Kelompok Sang Pengadil yang satu ini. Pasti hubungan mereka sangat dekat, kalau tidak, mustahil komandanya akan menangis seperti ini. Tak gampang bagi seorang anggota police untuk meneteskan air m
BAB KE : 170DOKTER SISILIA CARLINA 16+Harga kebutuhan pokok melambung tinggi, sementara pengangguran semakin meningkat, begitupun dengan angka kemiskinan. Grafiknya dari tahun ke tahun terus meroket. Sebenarnya telah sering masyarakat dan ormas melakukan demo, tapi rezim tak pernah bergeming. Mereka hanya mampu memberikan janji-janji manis, tapi tak satu pun yang mereka tepati. Hukum sudah tak berfungsi dengan semestinya, keadilan pun terabaikan. Hukum hanya untuk kepentingan penguasa dan orang-orang kaya. Sementara rakyat kecil dijadikan tumbal semata. Kekuasaan rezim yang tak pernah tumbang karena curang, membuat mereka semakin sewenang-wenang. Akhirnya rakyat pun berang. Rakyat jelata bersatu menyerang orang-orang kaya di sekitar mereka. Kerusuhan pun meletus, menjalar menuju gedung dewan dan istana. Ternyata people power mampu merubah semuanya. Negara Ajarbaijing yang besar seolah berubah menjadi arena perang. Perang masyarakat melawan rezim yang zholim. Ternyata keku
BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S
BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per
BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja
BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,
BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s
BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin
BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya
BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b
BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny