BAB KE : 164FAIZ TINGGAL SENDIRI DI MARKASNYA 16+Dalam pertemuan itu Faiz menyampaikan, bila semua telah selesai, bukan berarti perjuangan mereka berakhir, mereka harus tetap berjuang dalam menegakan amal ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Faiz meminta untuk perjuangan selanjutnya harus mereka tuangkan dalam bentuk organisasi masyarakat. Mereka telah memiliki banyak uang, jadi tidak sulit untuk mendirikan sebuah organisasi. Dengan uang yang mereka miliki, mereka harus membentuk sebuah kelompok usaha. Mengumpulkan orang-orang yang hidup dengan taraf ekonomi lemah dan membantu mereka dengan modal serta bimbingan dalam berwiraswasta. Setelah itu, mereka dikoordinir dalam bentuk sebuah organisasi. Mereka pasti dengan suka rela akan bergabung dengan organisasi tersebut. Berjuang lewat jalur organisasi, tentu lebih punya kekuatan untuk mengkritisi pemerintah yang zholim. Bahkan, bila semua organisasi masyarakat bersatu, maka sangat mudah untuk menjatuhkan rezim yang zholim. Asal or
BAB KE : 165PERSIAPAN FAIZ MENYAMBUT PASUKAN DUDUN 16+"Mau diapakan saya? Kamu tidak bisa berbuat kasar terhadap saya karena saya ini anak orang nomor satu di negara ini!" bentak Pangep Kalid Bursang ketika Faiz memasuki kamar tawanannya.Faiz memasuki kamar anak presiden setelah dia melakukan penyamaran. Penampilan Faiz jauh berbeda, bahkan wajahnya pun telah berubah. Rambut cepak dengan wajah tertutup masker. Tidak ada orang yang mengira bahwa itu adalah Faiz, termasuk anak presiden dan Dudun sekali pun. Faiz melakukan penyamaran seperti ini demi mengelabui Dudun. Seandainya Dudun berhadapan dengan Faiz, tentu Dudun tidak akan menangkap dirinya. Bahkan bisa jadi Dudun akan menyuruh dia pergi. Memang Dudun berhasil membebaskan anak presiden, tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Pemerintah akan tetap memburu Kelompok Sang Pengadil. Tapi apa bila Faiz telah tertangkap, tentu pemerintah tidak akan begitu getol lagi mengejar anak buah Faiz, karena pemimpinya telah tertangk
BAB KE : 166PISTOL DUDUN PUN MENYALAK 16+Ternyata pikiran Dudun terbaca oleh Faiz dan Faiz tidak ingin mengorbankan anak buahnya, karena itulah dia melakukan hal ini. Bagi Faiz, lebih baik dia yang tertangkap, atau terbunuh sekali pun. Asal jangan anak buahnya. Karena semua anak buah Faiz telah memiliki keluarga. Sementara Faiz masih hidup sendiri. Hanya satu yang dikhawatirkan Faiz, yaitu nasib Bu Tardiah. Makanya Faiz memberikan uang yang ada di koper untuk ibu tersebut. Uang yang sangat banyak. Cukup untuk menjamin kehidupan yang mewah bagi Bu Tardiah sampai ajal menjemput. ****Ternyata perkiraan Faiz tidak meleset, memang begitulah kenyataannya. Waktu keluar dari rumah Faiz, Dudun langsung menuju markasnya. Dudun berpikir dia harus bergerak cepat menyerang markas Sang Pengadil. Dalam analisa Dudun, Faiz tidak mungkin berada di markas Sang Pengadil dalam satu hari ini. Tentu Dudun berharap semoga Faiz tidak ke mana-mana dalam tiga hari ke depan sesuai permintaanya. Tapi
BAB KE : 167TANGISAN DUDUN 16+Setelah sebagian anak buahnya yang bertugas di luar datang, barulah Dudun memberikan perintah. Ada sekitar dua puluh anggota police yang berada di ruangan itu saat ini. "Empat orang membebaskan sandera, bawa ke mobil, dan segera antarkan ke markas dengan dua mobil pengawal! Selebihnya di sini, periksa semua area!" Suara Dudun terdengar tegas yang langsung ditindak lanjuti oleh anak buahnya. Setelah sandera di bebaskan dan telah dibawa ke luar, Dudun menghampiri Faiz yang kini terbaring dengan posisi telentang. Seorang anak buah Dudun telah mengamankan pistol milik Faiz. Dengan segera dia menghampiri Dudun dan melapor. Sementara seorang lagi masih tetap mengacungkan pistol ke arah kepala Faiz. "Senjatanya telah kami amankan. Ada beberapa jarum yang melekat pada sabuk dan sepucuk senjata api yang tidak berisi peluru dan tidak ada tanda-tanda pistol tersebut baru ditembakan!"Dudun menerima laporan tersebut dengan pertanyaan yang timbul di dalam hat
BAB KE : 168PENYESALAN DUDUN 16+Salah satu dari anggota police berjalan mendekati Dudun dan Faiz. Dengan pelan dia jongkok di samping Dudun, kemudian meraba leher Faiz. "Sebaiknya dia kita bawa ke rumah sakit, Ndan," usulnya kemudian. "Baik. Segera bawa!" jawab Dudun di sela isak dengan mata memerah. "Siapkan mobil!?" perintah Dudun kemudian. Sebagian anak buahnya segera berlari ke luar untuk melaksanakan perintah Dudun. "Sebagian tetap di sini, lakukan pembersihan! Bawa apa saja yang bisa dijadikan barang bukti," perintah Dudun lagi. "Siap, Ndan!" jawab mereka hampir serentak. Kemudian dengan di bantu seorang personil, Dudun mengangkat tubuh Faiz dan membawa keluar dari rumah tersebut dengan bergegas. Cukup lama juga perjalanan mereka menggotong tubuh Faiz, karena mobil mereka sengaja diparkir di area yang cukup jauh dari markas Kelompok Sang Pengadil. Faiz dibaringkan di dalam mobil dengan berbantal paha Dudun, setelah posisinya nyaman, seorang anggota kembali memerik
BAB KE : 169RINTANGAN DI TENGAH JALAN 16+Semakin banyak kenangan yang muncul dalam otak semakin perih rasanya hati Dudun. Begitu pula ketika matanya menatap wajah Faiz yang kelihatan pucat dengan mata terpejam, semakin besar rasa sesal yang menghujam di hati Dudun. Entah sudah berapa tetesan air mata Dudun yang jatuh ke wajah Faiz, tapi Dudun masih saja mendekatkan mukanya ke wajah Faiz. Seakan Dudun tidak mau memalingkan matanya dari wajah sahabatnya itu, walau sedetik. Beberapa kali anak buah Dudun yang sedang mengendalikan mobil, melirik komanandannya itu lewat spion dalam yang ada di depannya. Police tersebut bertanya-tanya dalam hati. Siapa sebenarnya orang yang di tembak pimpinannya ini? Apakah mereka saling kenal? Pasti ada hubungan tertentu antara komandanya dengan anggota Kelompok Sang Pengadil yang satu ini. Pasti hubungan mereka sangat dekat, kalau tidak, mustahil komandanya akan menangis seperti ini. Tak gampang bagi seorang anggota police untuk meneteskan air m
BAB KE : 170DOKTER SISILIA CARLINA 16+Harga kebutuhan pokok melambung tinggi, sementara pengangguran semakin meningkat, begitupun dengan angka kemiskinan. Grafiknya dari tahun ke tahun terus meroket. Sebenarnya telah sering masyarakat dan ormas melakukan demo, tapi rezim tak pernah bergeming. Mereka hanya mampu memberikan janji-janji manis, tapi tak satu pun yang mereka tepati. Hukum sudah tak berfungsi dengan semestinya, keadilan pun terabaikan. Hukum hanya untuk kepentingan penguasa dan orang-orang kaya. Sementara rakyat kecil dijadikan tumbal semata. Kekuasaan rezim yang tak pernah tumbang karena curang, membuat mereka semakin sewenang-wenang. Akhirnya rakyat pun berang. Rakyat jelata bersatu menyerang orang-orang kaya di sekitar mereka. Kerusuhan pun meletus, menjalar menuju gedung dewan dan istana. Ternyata people power mampu merubah semuanya. Negara Ajarbaijing yang besar seolah berubah menjadi arena perang. Perang masyarakat melawan rezim yang zholim. Ternyata keku
BAB KE : 171MISTERI DOKTER SISILIA CARLINA DI MATA DUDUN 16+Dudun tertegun dan melirik dokter cantik yang berjalan bersebelahan denganya itu. Ada kelegaan di hati Dudun mendengar ucapan dokter tersebut. Cuma hati Dudun bertanya-tanya, kenapa dokter ini mengetahui nama Faiz? Bahkan dia mengetahui nama lengkap Faiz. Belum lagi ucapannya yang terakhir, soal jantung. Dia bersedia menyerahkan jantungnya untuk Faiz. Apakah dia sedang bercanda? Tapi, mustahil rasanya seorang dokter bercanda. Apalagi ketika menghadapi pasien yang sedang kritis. Namun, Dudun tidak ingin membahas itu, baginya yang terpenting saat ini, nyawa Faiz bisa tertolong.Langkah mereka semakin cepat menuju ruang IGD, walau terkadang harus terganggu oleh banyaknya orang yang simpang siur di koridor rumah sakit tersebut. Ternyata apa yang dikatakan dokter Sisilia Carlina benar adanya. Dia langsung yang menangani Faiz. Tentu hal ini membuat hati Dudun sedikit lega. Dalam situasi seperti ini, sangat sulit untuk men