BAB KE : 171MISTERI DOKTER SISILIA CARLINA DI MATA DUDUN 16+Dudun tertegun dan melirik dokter cantik yang berjalan bersebelahan denganya itu. Ada kelegaan di hati Dudun mendengar ucapan dokter tersebut. Cuma hati Dudun bertanya-tanya, kenapa dokter ini mengetahui nama Faiz? Bahkan dia mengetahui nama lengkap Faiz. Belum lagi ucapannya yang terakhir, soal jantung. Dia bersedia menyerahkan jantungnya untuk Faiz. Apakah dia sedang bercanda? Tapi, mustahil rasanya seorang dokter bercanda. Apalagi ketika menghadapi pasien yang sedang kritis. Namun, Dudun tidak ingin membahas itu, baginya yang terpenting saat ini, nyawa Faiz bisa tertolong.Langkah mereka semakin cepat menuju ruang IGD, walau terkadang harus terganggu oleh banyaknya orang yang simpang siur di koridor rumah sakit tersebut. Ternyata apa yang dikatakan dokter Sisilia Carlina benar adanya. Dia langsung yang menangani Faiz. Tentu hal ini membuat hati Dudun sedikit lega. Dalam situasi seperti ini, sangat sulit untuk men
BAB KE : 172DOKTER YANG TAK RAMAH 16+Dudun memang orang yang lebih mengutamakan tugas yang telah dibebankan padanya dari apapun. Tapi tugas yang dia emban kali ini justru membuat dia menembak dada sahabatnya. Perbuatan yang tidak henti-hentinya dia sesali. Namun, saat ini hati Dudun sedikit lega, ketika mengetahui operasi Faiz berjalan dengan lancar. Meskipun Dudun tidak diperbolehkan melihat Faiz ke ruang perawatan, bagi Dudun tidak masalah. Berita yang dia dengar dari dokter sudah cukup menggembirakan. Dudun tetap bertahan di rumah sakit, sampai akhirnya Naufal datang di saat azan Maghrib telah berkumandang, yang membuat mereka harus ke mesjid terlebih dulu. "Kata dokter operasinya berjalan dengan sukses dan tembakan saya tidak mengenai jantungnya," jawab Dudun ketika Naufal bertanya tentang keadaan Faiz. Saat itu mereka baru saja keluar dari sebuah mesjid yang ada di dekat rumah sakit tersebut. "Syukurlah! Mudah-mudahan dia bisa pulih dengan cepat," harap Naufal. "Kamu s
BAB KE : 173KEBENCIAN DOKTER SISILIA CARLINA TERHADAP SERAGAM DUDUN 16+Bila sesuatu itu diawali dengan sebuah kecurangan, sudah pasti kecurangan selanjutnya akan terjadi. Karena keserakahan, mereka terus mencari peluang untuk menambah keuntungan yang lebih banyak, walau dengan curang. Tak jarang mereka melakukan mark up dan pekerjaan yang mereka lakukan tidak sesuai standar, karena kurangnya bahan baku atau memakai bahan baku yang berkualitas rendah. Merekalah tikus-tikus yang menggerogoti negara ini sehingga rapuh. Akhirnya rakyat yang jadi korban mereka ... bahkan sengaja mereka korbankan.Sungguh biadab!Sisilia ingat siapa teman papanya yang memiliki tabiat seperti itu. Salah satunya Hendro Parangsing yang bekerja di instansi yang sama dengan orang yang ada di hadapannya sekarang. Apalagi Sisilia masih ingat ucapan orang ini, bahwa luka yang ada di dada Faiz akibat dari perbuatannya. Teman macam mana pula yang menembak sahabatnya sendiri? Dengan pistol yang dibeli dari ua
BAB KE : 174PERBUATAN FAIZ MENAMPAR WAJAH NAUFAL 16+"Kalau seandainya dari dulu komunikasi kita tidak terputus dengan Faiz, tentu dia tidak akan menempuh jalan seperti ini. Berjalan dalam lembah kejahatan, dan akhirnya bertemu dengan saya ... yang tugas saya justru untuk menumpas kejahatan itu. Akhirnya seperti ini ... seperti menghadapi buah simalakama," keluh Dudun lirih. Dudun melayangkan pandangan dengan tatapan kosong, raut wajahnya kelihatan sedikit kelam. "Tidak ada yang pantas kita salahkan dalam keadaan seperti ini. Semua ada proses, begitu pula untuk sebuah kebaikkan, terkadang untuk sebuah kebaikkan harus melewati sebuah babak yang buruk terlebih dulu."Naufal membenarkan duduknya dengan sedikit bergeser ke arah Dudun. "Sebenarnya antara kamu dan Faiz itu sama. Sama-sama menumpas kejahatan," kata Naufal kemudian dengan berbisik. Dudun mengangkat kepala, menatap lurus ke arah kakaknya. Namun, tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Dudun. Tapi ada gurat keheranan
BAB KE : 175DERITA CINTA DOKTER PERAWAN TUA POV : SISILIA CARLINA 16+Memang dunia diciptakan untuk menguji manusia. Tidak ada satu pun yang luput dari ujian Tuhan di muka bumi ini. Mungkin kita menganggap orang yang serba berkecukupan dari segi ekonomi, tidak pernah mendapat ujian dari Tuhan, karena mereka terlihat begitu bahagia dan bisa mendapatkan apa saja yang mereka inginkan. Namun, sebenarnya bukan mereka tidak pernah diuji, tapi kitalah yang tidak mengetahui ujian apa yang telah atau sedang mereka hadapi. Seperti yang terjadi dengan diriku, sejak kecil aku merasa kehidupan ini selalu indah. Aku merasa tidak pernah mendapat ujian apapun, kecuali ujian pelajaran di sekolah tentunya. Aku, Sisilia Carlina. Terlahir dari keluarga yang sangat kaya dan anak satu-satunya dalam keluarga, membuat semua keinginanku selalu terpenuhi. Apapun yang aku minta, orang tuaku akan memberinya. Tentu hal itu membuat aku sangat bahagia. Apalagi, lingkungan juga sangat menghargai dan m
BERSAMBUNG BAB KE : 176CINTA YANG TAK PERNAH MATI 16+POV : SISILIA CARLINA Sejak saat itu hubunganku dengan Papa tidak pernah membaik. Aku begitu benci pada Papa. Ternyata kekayaan yang dia dapat selama ini dari hasil sebuah kezholiman. Walau Papa telah bersimpuh memohon maaf padaku, tapi aku tetap tidak bisa memaafkan Papa.Aku memilih kuliah di Ibu Kota, menjauh dari keluarga. Sejak saat itu, kesedihanlah yang menemani hari-hariku. Aku berusaha untuk melupakan semua, tapi tidak pernah bisa. Akhirnya aku putuskan untuk kuliah ke luar negeri, agar bisa melupakan semua yang telah terjadi. Aku berhasil menggapai cita-citaku sebagai seorang dokter, dokter ahli bedah. Namun, aku tidak pernah berhasil mengusir cinta di hatiku terhadap lelaki itu. Dialah lelaki pertama yang kucinta dan cinta itu masih utuh sampai sekarang. Tak satu pun lelaki yang bisa mengusir cinta itu dari hatiku. Sampai saat ini, usiaku telah menginjak tiga puluh dua tahun. Perawan tua, itu julukan yang tel
BAB KE : 177MERAJUT BAHAGIA DI SELA DUKA 16+POV : SISILIA CARLINA Semua dilakukan Papa demi menumpuk harta. Harta untuk anak cucunya. Tapi apakah akan mendapat kebahagiaan menumpuk harta dengan cara seperti itu?Mungkin dapat! Tapi kebahagiaan semu dan sementara, kebahagiaan yang tidak diberkahi. Kebahagiaan seperti ini tak akan bertahan lama. Belum lagi harta itu sampai ke tangan cucu Papa, semuanya telah berubah ... berubah dan berbuah penderitaan. Jangankan untuk mewariskan harta untuk cucunya, bahkan sampai saat ini, anak gadis semata wayangnya pun masih berstatus perawan tua. Siapakah cucu yang akan dia wariskan itu?Mungkin ini yang dinamakan karma ... entahlah!"Hufffffhhh!" Aku menarik napas panjang, kemudian menatap bayangan wajahku di dalam cermin. Mataku sayu menatap raut wajah yang telah menua untuk sebutan seorang gadis. Gadis yang lebih rela menerima gelar perawan tua karena tidak mampu mengusir rasa cinta. Cinta pertama!Aku coba menyisir rambut, ingin m
BAB : 178AIR MATA PENYESALAN POV : SISILIA CARLINA 16+"Kenapa Papa menangis?" tanyaku ketika melihat rembesan air menetes dari pelupuk matanya. Aku melihat mata Papa berkaca-kaca, padahal nasi yang pindah ke perut beliau belum seberapa. Bila sudah begini tak ada pilihan lain, selain menghentikan suapan nasi ke mulut beliau. Setelah itu aku akan berusaha menghiburnya dengan cerita-cerita yang seolah aku adalah orang yang bahagia. Hal seperti ini cukup sering terjadi. Sehingga aku punya cara tersendiri untuk mengatasinya, dengan cara pura-pura bahagia. "Papa jangan menangis," pintaku sambil meletakan piring di atas meja, lalu aku menyeka pipi beliau yang dialiri bening air mata. Ucapanku tidak membuat pelupuk mata Papa berhenti mengalirkan teres bening dari sana. Hatiku yang dari tadi sedang sedih, semakin sedih, apalagi ketika melihat guncangan di bahu Papa tanda beliau sedang terisak. Tapi, kali ini sulit rasanya aku untuk pura-pura bahagia demi Papa. Lidah ini terlal
BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S
BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per
BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja
BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,
BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s
BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin
BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya
BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b
BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny