Share

BAB 6 - PENYEBAB

Aku terdiam melihat Ibu menangis siang itu, kulihat orang-orang yang berlalu lalang kini tidak sesemangat seperti dahulu. Terlihat dari kepanikan wajah-wajah mereka yang seolah-olah menginginkan hal yang terjadi ini akan segera berakhir.

“Ibu tidak tahu kapan persisnya Abdi,” kata Ibuku sembari memegang tanganku.

“Ini dimulai sejak empat hari yang lalu, semuanya tampak normal, Ibu dan Bapakmu seperti biasa pergi ke ladang untuk berkebun dan memanen sayuran yang nantinya akan diberikan ke pengepul di jalan besar dekat hutan perbatasan.”

Kulihat wajahnya Ibu tampak sedih ketika dia menceritakan tentang hal yang sebenarnya, aku yang masih belum mengerti tentang semua ini hanya bisa terdiam melihat Ibuku bercerita tentang apa yang dia ketahui selama ini.

“Ibu tidak tahu bagaimana awalnya terjadi seperti ini, Ibu dan Bapak pulang dari kebun sore hari, dan melihat aktivitas kampung seperti biasa.”

“Namun ketika magrib menjelang, tiba-tiba terdengar teriakan orang yang berada dari luar, semuanya sungguh kacau. Banyak yang tidak percaya dengan kampung yang tiba-tiba berubah, Ibu yang saat itu ada di rumah berusaha menyelamatkan diri dengan bersembunyi di dalam lemari. Sedangkan Bapak berjaga di dalam rumah hingga pagi menjelang.”

Aku seakan tidak percaya atas apa yang Ibu ceritakan, seakan-akan cerita ini adalah cerita dongeng ataupun cerita dari film-film fantasi yang sering aku tonton. Namun aku juga tidak menepis hal itu, karena aku sendiri mengalami hal yang sama ketika pertama kali datang ke kampung ini.

“Ibu tidak sanggup lagi apabila mengingat kembali kejadian itu, di dalam lemari Ibu ketakutan, badan Ibumu ini tidak henti-hentinya bergetar, bahkan semalaman Ibu tidak tidur. Begitupun juga Bapak, Abdi. Dia menjaga Ibu hingga pagi tiba."

Kacau, sungguh kacau. Ibu menceritakan hal yang sangat mengerikan yang terjadi empat hari yang lalu di Kampung Halimun, sesuatu yang tidak akan disangka-sangka oleh seluruh warga Kampung Halimun pada waktu itu.

Suatu kampung yang asri dan sejahtera, dan terkenal damai karena sistem yang dikerjakan secara mandiri tanpa bantuan dari pihak luar. Kini keadaanya sangat mengenaskan.

Dalam satu malam Kampung Halimun mengalami teror yang menakutkan, beruntung Ibu dan Bapak sudah ada di rumah pada malam itu, namun untuk orang-orang yang biasanya nongkrong di luar rumah dengan motor trailnya, juga penjaga warung yang buka hingga waktu malam, mereka menjadi sasaran empuk untuk para makhluk yang datang di malam itu. Karena mereka tidak menyangka kampung yang dihuni oleh mereka, seketika berubah menjadi menyeramkan. Dan mereka terjebak di sana sepanjang malam.

Kampung Halimun tiba-tiba berubah dengan sendirinya. Kampung yang asri itu didatangi makhluk yang menyeramkan datang ke kampung setiap malam, sehingga setiap malam Kampung Halimun menjadi kampung yang dihuni oleh para makhluk yang menyeramkan, dan hal itu sudah berlangsung beberapa hari.

Muncul banyak teriakan dan suara menyeramkan di kampung tersebut setiap malam. Suara tertawa yang melengking terdengar dari luar, juga suara geraman seperti hewan buas dan ketukan pintu yang mengetuk setiap rumah terdengar setiap malam, para warga tidak berani membuka pintu mereka. Bahkan jendela-jendela mereka tertutup sangat rapat, beberapa warga bahkan sengaja menutup pintu dan jendela mereka dengan lemari atau meja, karena khawatir para makhluk itu akan merangkak masuk ke dalam rumah dan meneror mereka.

Mereka tidak mengerti kenapa hal ini terjadi, hal yang mereka sendiri tidak tahu penyebabnya seperti apa. Namun teror itu berlangsung setiap malam dan berakhir dengan sendirinya ketika sinar matahari pagi muncul dari sela-sela pepohonan di Kampung Halimun.

Hanya rumah-rumah warga yang menjadi tempat berlindung paling aman apabila malam tiba. Sungguh aneh memang, karena para makhluk itu hanya menggedor pintu rumah atau membuat suara di tembok-tembok rumah, tanpa sekalipun sengaja masuk dan tidak mengganggu rumah-rumah warga. Mereka hanya mengganggu dan berdiam diri di bangunan-bangunan yang bukan berbentuk rumah, seperti gedung olahraga, gedung pertemuan, Puskesmas dan yang lainnya.

“Tapi Bu,” aku mencoba memotong pembicaraan Ibuku yang sedang bercerita mengenai kejadian tersebut ketika aku tidak ada.

“Ketika aku terjebak di sana, aku bersembunyi di dalam rumah, namun makhluk itu merangkak masuk ke rumah tersebut hingga aku tidak sadarkan diri di sana,” kataku kepada Ibu.

Namun Ibu hanya menggelengkan kepala, karena situasi yang aku ceritakan dengan hal yang Ibu ketahui sungguh berbeda, dia bilang bahwa aku bersembunyi di dalam rumah keluarga Mandala dan tidak mungkin tidak ada orang di rumah tersebut. Apalagi keluarga Mandala mempunyai tradisi untuk membuat rumahnya menjadi tempat tinggal yang bisa dihuni oleh beberapa keluarga.

Jadi sangat tidak mungkin apabila aku masuk ke rumah tersebut tanpa sekalipun melihat keluarga mereka yang ada di dalam rumah.

Aku semakin bingung dengan penjelasan Ibu, karena aku melihat sendiri bahwa rumah itu kosong. Namun akhirnya aku tidak terlalu memperdulikan hal itu, karena aku tidak mempunyai bukti yang cukup kuat untuk menyakinkan Ibuku saat itu.

“Lalu orang-orang yang terjebak di malam hari apakah banyak yang selamat sepertiku Bu?” kataku.

Ibu sejenak terdiam, dia seperti mencoba menyusun kata sebelum berbicara kepadaku.

“Hanya beberapa yang bisa selamat Abdi, sisanya hilang entah ke mana," kata Ibuku.

Menurut Ibu, hampir seperempat warga kampung kini menghilang entah kemana, tua, muda, laki-laki, perempuan mereka menghilang secara misterius dan belum ditemukan hingga sekarang.

Biasanya mereka hilang karena belum sempat menyelamatkan diri ketika sore hari, sehingga mereka terjebak dan hilang ketika pagi hari.

“Lalu kenapa Bapak bisa menghilang juga Bu? bukannya Bapak ada di rumah bersama Ibu?” kataku kepada Ibu.

Ibu kemudian menunduk, wajahnya terlihat sedih. Dia seperti tidak ingin membicarakan hal tersebut, namun akhirnya dia menguatkan dirinya dan berkata kepadaku.

“Bapak dan beberapa orang berniat untuk mencari para warga yang hilang Abdi, atas perintah tetua kampung mereka membentuk tim yang terdiri dari beberapa perwakilan dari tiga keluarga yang ada di Kampung Halimun.”

“Sebagai orang yang dituakan dari keluarga Wilaga, Bapak ikut mencari bersamaan dengan orang-orang dari keluarga Tarmana dan Mandala.”

“Tim pertama dibentuk untuk memberitahukan apabila waktu malam hampir tiba, mereka bekerja berkeliling kampung setiap sore untuk memberitahukan warga bahwa waktu malam sudah tiba, dan tim kedua yang bertugas mencari para warga yang hilang. Namun naas, tim kedua yang didalamnya ada Bapak tak kunjung kembali Abdi. ”

Ibu kembali menangis, air matanya terlihat jatuh di depanku. Aku tidak tega melihat Ibu menangis tersedu-sedu di depanku, karena dia kehilangan suaminya akibat kondisi kampung yang seperti ini.

“Kita terjebak Abdi, satu hari setelah kejadian itu, warga kampung berbondong-bondong keluar kampung. Namun seperti yang kamu lihat, jembatan penghubung kampung tiba-tiba berubah menjadi jurang yang sangat dalam sehingga kita terjebak di kampung ini dengan teror yang seperti ini setiap malam.”

Aku seketika memeluk Ibuku saat itu, aku tak kuasa menahan air mata atas kesedihan yang dialami orang tuaku, muncul banyak pertanyaan sepulangnya aku dari penjara. Kampung tempat aku hidup kini berubah sepenuhnya menjadi kampung yang menakutkan.

“Ada sesuatu yang salah,” aku bergumam sendiri.

“Ibu tidak usah khawatir, Ibu diam aja dirumah, biar aku aja yang mencari Bapak, karena aku juga tidak tahu kondisi kampung saat ini, jadi aku harus berkeliling kampung terlebih dahulu. Semoga hal itu bisa memberikan aku petunjuk.”

“Udah, udah Ibu jangan menangis lagi ya. Bapak pasti pulang kok,” kataku menyemangati Ibu.

Aku pun menyuruh Ibu beristirahat, aku juga berpikir untuk mengetahui sesuatu yang ada dibalik peristiwa ini. Karena pasti ada sesuatu yang salah yang mengakibatkan Kampung Halimun menjadi seperti ini.

Dan akhirnya ketika Ibu beranjak dari kamarku, aku bertanya.

“Bu apakah Ibu tahu ke mana pertama kali Bapak pergi untuk mencari warga yang hilang?"

pujangga manik

Terima kasih akhirnya novel ini bisa muncul di Aplikasi Jangan lupa vote dan komen supaya bisa tetap semangat uploab bab-bab terbaru ya Terima kasih

| 4
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Desi Hendriyani
lanjuuuuttt...
goodnovel comment avatar
Irma Matatula
lanjut kak
goodnovel comment avatar
Nurul Qomariah
sperti kaka author berasal dri bandung selatan ya .... SEMANGAT TRUS Y KAKA knp novel di aplikasi g di trusin ka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status