Home / Romansa / KAKEK TUA itu SUAMIKU / Pernikahan diam-diam

Share

KAKEK TUA itu SUAMIKU
KAKEK TUA itu SUAMIKU
Author: sarinah0488

Pernikahan diam-diam

Author: sarinah0488
last update Last Updated: 2022-07-09 14:40:41

KAKEK TUA itu SUAMIKU

Bab 1

Aku mematut diriku di depan cermin, memperbaiki letak kerudung putihku yang sedikit tidak rapi, tak lupa juga aku rapikan kembali gamis putih yang aku gunakan. Kugunakan bedak bayi untuk wajahku dan kupoles bibirku dengan lipstik berwarna pink hadiah dari sahabatku satu tahun lalu.

"Nak, kalau kamu mau membatalkan nggak  apa-apa, jangan berkorban demi kami," ucap Bapak. Bapak kemudian duduk di ranjang sempit milikku. Kemudian aku mendekati Bapak dan duduk disampingnya.

"Nggak Pak, Seva ikhlas. Seva mau, kita tetap lanjutkan pernikahan ini," jawabku. Jikapun dibatalkan akan banyak sekali resiko yang aku  tanggung. Keputusanku sudah bulat tak ada yang perlu dirubah.

"Pak, itu penghulu dan lainnya sudah siap. Seva ... apa kamu siap, Nak?" tanya  Ibu.

Ibu mengenakan kebaya coklat sederhana, dengan jilbab yang dibelinya di pasar lebaran tahun kemarin.

"Bissmillah, Seva siap, Bu," jawabku pelan.

"Ya udah Bapak sama Ibu keluar dulu, nanti kamu ditemenin Bi Sani ya."

"Iya, Bu."

Sebelum ke luar kamar, bapak memelukku dan mengusap punggungku. Sungguh Pak, Seva ikhlas. Seva ikhlas meninggalkan semua dunia remaja Seva. Demi kalian, iya kalian keluargaku. Bapak, ibu, adikku Seno. Batinku.

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Seva Lidya Dewi binti Suparjo dengan mas kawin seperangakat alat sholat, mas seberat 100gram dan uang tunai sebesar dua belas juta seratus dua puluh dua ribu dua puluh satu rupiah dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah"

"Alhamdulilah"

Acara pernikahan yang aku impikan tapi benar-benar hanya mimpi. Hanya ada segelintir orang yang datang dan mereka hanya saudara dekat saja. Bahkan aku yakin mereka terus berbisik membicarakan pernikahan anehku ini. Aku Seva Lidya Dewi usia dua puluh satu tahun lebih enam bulan menikah dengan Bambang Hendromoyo usia enam puluh tahun.Tidak usah kaget, memang seperti itu keadaannya. Jika ada yang bilang aku matre, aku jawab jujur iya. Aku menikah dengannya karena harta. 

Tidak ada pernikahan mewah, tidak ada pelaminan apa lagi menu makanan internasional, yang ada hanya pernikahan di bawah tangan di gubuk reot ini.

Akupun dituntun ke luar kamar menemui suamiku. Ah, rasanya masih aneh. Satu minggu yang lalu aku masih duduk di bangku kuliah, aku masih  belajar sebagaimana biasanya. Aku masih belajar sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di kotaku. Bukan hal yang mudah bagiku bisa kuliah, aku masuk dengan jalur bidik misi, dengan terseok aku mampu terus melanjutkan kuliahku.

Jika kalian membayangkan seperti di cerita dengan CEO ganteng kalian salah! Postur tubuhnya tinggi, dengan pawakan sedikit berisi dan tidak ada bayangan seperti yang ada di cerita, yang mirip mungkin hanya hartanya. Rasanya aku jadi ingin tertawa, tertawa dengan nasibku.

Tahan Seva, ayo senyum, bukankah kamu yang menyetujui pernikahan konyol ini. Aku bermonolog dengan diriku sendiri.

Aku melihat Bapak mengusap sudut netranya dan Ibu yang berkaca-kaca, adikku hanya menatapku dengan tatapan yang entah seperti apa. Terlihat ada satu orang sahabatku, Riska. Riska tersenyum kepadaku, tapi air mata sudah turun ke pipinya. 

Aku yang menikah, kenapa mereka yang menangis? Dasar aneh!

***

"Ayo Nak, cium tangan suamimu," titah Ibu.

Ada rasa enggan untuk melakukannya tapi jika aku menolaknya secara terang-terangan apa kata mereka. Ah, kuturuti saja toh hanya mencium tangannya. Aku meraih tangan yang terulur, lalu mencium tangan yang mulai keriput. Laki-laki itu kemudian mengusap kepalaku yang tertutup jilbab dan menciumnya. 

"Cie, yang sudah sah jadi suami istri, pipinya juga donk yang di cium."

Sialan! Itu pasti suara dari mulut rombeng Bude Ratmi! Mereka yang hadir pun tertawa cekikikan mendengar ucapan Bude Ratmi.

Awas aja, besok kalau minta cabe sama Ibu akan kulempar sekalian sama sambelnya!

"Permisi, selamat siang," ucap seseorang yang memakai pakaian putih dan topi ala koki dari restoran. "Ini pesanan makanan di letakkan dimana ya?"

Ibu dan Bapak sebagai tuan rumah saling berpandangan. Mereka merasa tidak memesan makanan apapun.

"Bawa masuk dan tata di dalam, sekalian layani mereka yang hadir!" Suara itu datang dari orang yang duduk di depanku. Jadi dia yang kini bergelar suami yang memesan makanan.

Ternyata tidak hanya ada satu orang yang datang membawa makanan tapi ada lima orang dengan membawa menu yang berbeda-beda. Melihat pemandangan itu Bude Ratmi langsung senyum sumringah.

"Akhirnya, bisa makan enak juga, aku kira diundang  ke nikahan cuma disuguhi mendoan doang." Bude Ratmi masih saja nyinyir tanpa pandang tempat.

"Kira-kira isinya apa ya, Rat?" Bu Jum tetangga sebelah rumah terus menatap kotak tertutup yang berisi makanan.

Tak lama berselang makanan sudah siap, dari sate, prasmanan, siomay, bakso, soto, buah-buahan aneka kue bahkan es cendol juga ada.

Terlihat mereka yang hadir, langsung berbaris antri bahkan Bu Jum dan Bude Ratmi sempat meminta kantong kresek pada ibu.

"Makanan segitu banyaknya daripada mubazir lebih baik Bude bawa pulang, iya 'kan?" Aku hanya mengangguk, terserah mereka saja daripada ribut.

"Va, kamu sudah ambilkan makanan buat suamimu belum?" tanya Ibu.

"Hah? Apa Bu? Iya nanti Seva ambilkan buat Bapak," jawabku sambil terus memperhatikan mereka yang terus memasukkan makanan ke dalam kantong plastik. 

Bugh!

"Aduh! Ibu … kenapa aku di pukul?" Aku memegang lengan kananku yang dipukul Ibu.

"Bukan Bapak, tapi suamimu. SUAMI." Ibu memperjelas kalau aku sudah punya suami. 

"Males deh Bu, Ibu aja gimana?" 

Bukan jawaban yang aku dapatkan malah ibu melotot dan mengarahkan tangannya ke atas akan memukulku.

"Hisssshhh, Iya Bu, Iya" Kuhentakkan kakiku sambil melangkah.

Aku menuju meja prasmanan. Kuambil nasi satu centong tapi kemudian kuambil lagi setengah takut nggak habis, kuambil sate lima tusuk, tapi nanti takut giginya nggak kuat kalau harus makan daging atau bisa-bisa gigi palsunya ikut kebawa sate saat menariknya. Aku kembalikan lagi sate ke tempatnya. Aku menuju tempat sayur, duh kok pedes semua nanti malah sakit perut, aki-aki kan perutnya mudah sakit. Nah itu dia, sayur sop! Aku siram saja nasi yang setengah centong dengan dua gayung sayur sop, eh salah maksudnya dua sendok sayur. Lalu atasnya aku taruh deh kerupuk udang, sengaja kerupuknya disuruh berenang dulu di kuah sop biar nggak keras. Kurang cerdas gimana lagi aku coba?

Pelan aku membawanya ke tempat lelaki yang sedang duduk dengan bapak. Kira-kira nanti suamiku memanggil bapak apa ya? Secara, umurnya lebih tua dia daripada bapak. Apakah Dik Mertua? atau Dede Mertua? Lalu bapak panggil suamiku apa ya? Akang Mantu? Kaka Mantu? Abang Mantu? Hahahaha bisa gila aku memikirkannya.

"Kenapa jalan sambil senyum-senyum? Apalagi bawa piring, nanti kalau jatuh gimana?" tanya Bapak.

"Eh, nggak kok, Pak," jawabku.

"Ini, makanlah!" Kusodorkan piring yang berisi makanan pada lelaki itu.

"Seva … yang sopan donk," ucap Bapak tak terima dengan caraku menyerahkan makanan itu.

"Nggak apa-apa, Dinda udah makan belum?" 

Dinda? What? 

Uhuk!

Aku langsung batuk tersedak permen yang ada di mulutku begitu mendengar dia memanggilku 'Dinda'.

"Dinda … dimanakah kau berada ...." Riska justru menyanyi dengan suara sumbangnya. Langsung saja kutimpuk kepalanya. Bukannya sakit malah dia cengengesan. 

***

Akhirnya rangkaian acara sudah selesai.

Aku masuk ke kamarku, lelaki tua itu sudah menungguku. Ah, kenapa aku jadi deg-degan gini? apa jangan-jangan akan seperti yang aku lihat di film-film? 

Lelaki itu menepuk kasur menyuruhku duduk. Akupun menuruti, duduk disampingnya.

"Tidurlah, ini sudah malam," ucapnya.

Kuturuti permintaannya yang lebih mirip perintah ke cucunya. Memang aku lebih pantas jadi cucunya. Aku tidur dengan membelakanginya, pura-pura memejamkan mata, takut jika diam-diam dia berbuat sesuatu. Lalu kurasakkan ada yang membelai rambutku. Aku semakin memejamkan mata, dada ini rasanya sesak, jantungku berdetak lebih cepat. Aku merasakkan nafas hangat yang semakin mendekat. Oh Tuhan, bantu aku.

Cup

Dia mengecup keningku. Apa yang harus aku lakukan?

Haruskah aku pasrah?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Gara-gara keramas

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 2CupDia mengecup keningku. Apa yang harus aku lakukan?Haruskah aku pasrah?"Tidurlah, Kanda tak akan menyentuhmu."Apa? Kanda? Aku membekap mulutku sendiri, ingin rasanya aku tertawa. Kanda … Dinda, oh Tuhan begitu beragam nama panggilan di dunia ini.***"Dinda … Ayo bangun! Sudah subuh loh." Terdengar suara lirih disertai goncangan di bahuku. Ah, mungkin mimpi. Namun, lagi-lagi bahuku terasa ada yang mengusapnya."Iiiih, apaan sih? Masih ngantuk ini, 5 menit lagi ya," jawabku malas. Mata ini rasanya seperti ada lem nya, lengket. Kutarik lagi selimut yang menutup hanya sampai di bagian perut hingga sampai di leher, memulai lagi mimpi yang sempat terganggu."Dinda … nggak baik loh menunda sholat. Bangun gih nanti sholat subuh berjamaah. Kanda yang jadi imamnya."Loh kok suaranya bukan suara Bapak? Panggilnya Dinda lagi, apa Bapak punya anak lain selain aku? Atau namaku yang sudah ganti? Dengan rasa ngantuk yang masih mendera aku duduk dan mulai membuka mat

    Last Updated : 2022-07-09
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Dikira cabe-cabean

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 3Pintu dibuka oleh Ibu, kemudian masuklah seorang perempuan muda dengan rambut pirang panjang, hidung mancung dan mata yang lentik, mirip artis yang aku lihat di televisi. Siapa dia ya?"Nisa? Kenapa ada disini? Kapan pulang?" Kali ini malah suamiku yang bersuara."Ayah terkejut? Sama! Nisa juga terkejut dengan kabar pernikahan Ayah!" Oh, jadi ini anaknya suamiku. Jadi aku ibunya perempuan cantik ini donk. Tapi malah lebih tua anaku daripada ibunya. "Duduk dulu, Nak, kita ngobrol dulu. Pulang dari luar negeri kok nggak kabar-kabar?" Perempuan itu tetap bergeming tak mau menuruti perintah ayahnya."Mana istri baru Ayah? Dia?" Telunjuknya mengarah pada Ibu. Ibu pun kaget, dikira dia istri suamiku padahal adalah ibu mertuanya."Bukan Nak, bukan dia." Suamiku kemudian berdiri, dan menarik tanganku sehingga aku mengikutinya berdiri. "Dinda, kenalin ini anakku yang paling bontot, namanya Nisa." Aku mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan tapi sama sekali tak

    Last Updated : 2022-07-09
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Dilarang hamil

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 4 Lima belas menit perjalanan akhirnya kami sampai di rumah. Memasuki halaman ada mobil ambulance yang terparkir dan motor yang kuhitung ada lima buah juga berada di halaman. Pikiranku langsung tertuju ke Bapak. Ya Tuhan, ada apa ini?"Pak … Bapak!" Aku memanggil Bapak sambil berlari menuju rumah. Ya Tuhan semoga Bapak tidak apa-apa. Aku sangat khawatir karena Bapak punya riwayat penyakit jantung."Kenapa, Va? Kenapa teriak-teriak?" jawab Bapak.Ah, lega rasanya. Ternyata bapak sedang duduk di ruang tamu. Ibu juga duduk disampingnya. Tunggu, mana Seno?"Seno mana, Pak?" Masih saja aku takut terjadi sesuatu dengan anggota keluargaku."Ada itu di kamar. Sini loh, ada Bu Bidan sama perangkat desa mau ketemu sama kamu." Bapak menjelaskan siapa saja yang ada di ruang tamu. Karena ruang tamu yang sempit jadi yang duduk hanya Bu Bidan dan Pak Lurah saja yang lainnya berdiri. "Kami tunggu di luar saja ya Pak, biar lebih enak ngobrolnya." Salah satu dari laki laki

    Last Updated : 2022-07-09
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Ancaman wanita asing

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 5"Mar, kamu kan masih punya utang lima ratus ribu jadi motor ini saya bawa dulu sebagai jaminan sampai kamu bisa lunasin utang kamu!"Apa?! Dih, Bude emang keterlaluan!"Rik … Riko, sini kamu!" Riko yang sedang berjalan kemudian berbelok setelah mendengar panggilan ibunya."Ada apa, Bu? Riko mau main, nih," jawab Riko. Riko tampak kesal acaranya terganggu."Mau motor baru ini nggak? Ini bawa motornya pulang!" Bude Ratmi menyerahkan kunci motor yang dipegangnya."Beneran? Ini motor yang Riko pengin, siapa yang beli Bu? Ayo deh Riko boncengin Ibu, tapi nanti Riko langsung bawa main ya motornya." Riko begitu bersemangat dan langsung menaikinya."Tunggu!" Aku yang sedari tadi hanya memperhatikan lama-lama geram juga melihat tingkah Bude. "Assalamualaikum," ucap suamiku yang baru datang. Saking konsentrasinya melihat tingkah laku Bude dan Riko sampai tidak sadar ada yang datang."Waalaikumsalam," jawab kami serempak."Udah nyampe motornya? Gimana? Dinda suka ng

    Last Updated : 2022-07-13
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Mereka mengeroyokku

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 6Bagaimana dia tahu kalau aku sudah menikah? Daripada pihak kampus tahu lebih baik aku menurutinya. Pintu belakang mobil itu terbuka lalu aku masuk dan duduk disebelahnya.Siapa kira-kira wanita ini ya?Bau parfum yang sangat wangi tercium begitu aku duduk di samping wanita itu. Beda sekali denganku yang bau matahari, apalagi kalau melihat dandanan dan model bajunya. Aku dan wanita itu layaknya bumi dan langit. Aku yang sangat lusuh dan dia yang cantik dan modis bak artis. "Jalan, Pak!" Perintahnya pada sopir. Mobil mewah yang aku tumpangi pun perlahan melaju. Tak ada suara berisik mesin seperti angkot yang biasa aku tumpangi, tak ada bau solar tercium yang ada wangi pengharum mobil dan hawa dingin yang keluar dari AC yang terpasang. Jika mereka yang diluar merasa kegerahan maka aku tetap sejuk walaupun di dalam mobil. Seumur hidup baru pernah aku merasakan naik mobil mewah seperti ini. "Kenapa? Baru pernah naik mobil mewah seperti ini?" Wanita itu seperti

    Last Updated : 2022-07-13
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bibir jontor

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 7"Ikat dia dan lakban mulutnya! Taruh di gudang!"Astaga! Mereka begitu jahat! Ya Tuhan, selamatkan aku.Ditariknya aku untuk berdiri oleh dua orang laki-laki, kemudian memaksaku untuk jalan. "Lepasin aku! Lepas! Toloooong!" Aku berteriak minta tolong berharap ada bantuan yang datang. Kaki kananku tiba-tiba tersandung oleh kaki kiriku akibat jalanku yang dipaksa. Aku pun kemudian terjatuh. Mereka bukannya membantuku untuk berdiri tapi justru mereka melarakku di lantai. Tega sekali mereka. Ibu … bapak tolong Seva."Berhenti kalian!" Terdengar teriakan dari belakangku."A—ayah!" Kedua laki-laki yang menyeretku seketika berhenti dan melepaskan tanganku. Aku yang dengan posisi badan tertelungkup kemudian menyatukan tanganku dibawah dahiku. Ya, aku menangis. Aku yang sedari tadi menahannya kini tak sanggup lagi menahannya.Sentuhan di bahuku dan usapan tangan di kepalaku belum mampu meredakannya. Biarlah, aku melepas beban di dada. "Kalian keterlaluan! Siapa

    Last Updated : 2022-07-13
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Mamih

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 8Memasuki halaman terlihat mobil mewah yang kemarin aku tumpangi bersama Nyonya Lidiya. Mau ngapain lagi dia kesini?Baiknya aku masuk atau aku menghindar dulu ya? Tunggu, di dalam masih ada ibu, bapak juga Seno. Bagaimana kalau mereka tau kejadian kemarin? Kalau begitu aku masuk saja. "Assalamualaikum," ucapku saat akan memasuki rumah."Waalaikumsalam," jawab mereka serempak. Ternyata bukan hanya Nyonya Lidiya tapi ada juga Nyonya Tania. "Sini, Nak, mereka anak-anak suamimu." Ibu memperkenalkan mereka. Ibu menyangka aku belum tahu siapa mereka. "O, ini ya istri baru Ayah? Wah, cantik ya, Ayah pinter banget cari ibu baru buat kita. Bener nggak Mbak Lidiyia?" Nyonya Tania mengatakan seolah-olah kita baru saja bertemu."Be—betul. Cantik banget, pantes Ayah langsung klepek klepek," jawab Nyonya Lidiya. Aku yang masih bingung dengan sikap mereka hanya bisa terdiam, sikap mereka sungguh sangat berbeda dengan yang kemarin. Apa mereka sudah sadar dan menerimaku

    Last Updated : 2022-07-13
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Galih dan Ratna

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 9"Terima kasih, sudah mau memaafkan anak-anak ku." Suara lirih itu terdengar menempel di telingaku. Nafasnya yang hangat kini beralih di leher. Aku merinding ketika sebuah kecupan mendarat di tengkuk. Rasanya bulu-bulu halus di seluruh tubuhku sudah berdiri. Dia membalikkan badanku, kini kami saling bertatapan. Tangannya yang sedianya melingkar di perutku kini beralih memegang kedua pipiku. Dia mendekatkan wajahnya padaku, semakin dekat bahkan hidung kami sudah saling menempel. Apa yang harus aku lakukan?Oh Tuhan bibirku ini masih perawan jangan sampai ternoda oleh suamiku. Aku belum rela … Berikan pertolongan untuk hambaMU yang selalu bersikap manis ini atau sebentar saja, ubah wajah suamiku seperti Bang Jimin atau Bang Lee Min Hoo ya boleh lah, atau kalau lokalan ya udah Bang Billar ya nggak apa-apa.Tok tok tok"Permisi Bos, mobil sudah siap apa jadi pulang sekarang?" Alhamdulillah ternyata Tuhan mengirimkan penyelamat itu Bang Agus, produk lokal yang

    Last Updated : 2022-07-14

Latest chapter

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 162 Ending

    "Cie yang sudah jadi CEO," ledek Riska saat aku sampai di kantor. "Kamu tahu?" Riska mengangguk." Tristan yang cerita semalam." "Kenapa bukan Tristan saja yang menggantikanku? Kenapa Andi?" "Andi itu di Australia pimpinan tertinggi perusahaan Va, sekarang beralih pada Mas Ivan. Andi dipindah tugaskan balik kesini jadi presiden direktur menggantikan kamu" jelas Riska. "Nggak tau aku maunya suamiku, bisa-bisanya mengundurkan diri nggak bilang-bilang." "Suamimu ingin yang terbaik buatmu Va, yakin itu," ucap Riska. *** Malam ini udara terasa dingin, bahkan pendingin ruangan tidak aku nyalakan. "Masih banyak kerjaannya?" tanya suamiku yang melihatku masih sibuk di depan laptop. "Nggak, bentar lagi selesai. Lagian kenapa Kanda harus mundur sih? Kalau nggak kenapa bukan Tristan aja yang jadi CEO?" Aku kemudian mematikan laptopku, pertanda aku sudah selesai mengerjakan pekerjaanku. Di dada bidang suamiku aku sandarkan kepalaku. "Kanda hanya ingin istirahat Dinda, Kanda mau m

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 161 Apa rencanamu sebenarnya?

    "Iya, ini aku. Kenapa? Kamu kaget?" Sejujurnya iya, aku sangat kaget. Dari gelagatnya, sepertinya Mbak Susi punya niat tidak baik sama aku. "Mbak Susi mau apa?" "Mau main-main sebentar sama kamu," sahut Mbak Susi. "Apa maksud Mbak Susi?" "Aku cuma mau tau, kalau wajahmu itu sudah nggak cantik, apa suamimu masih mau sama kamu?" Aku semakin bingung dengan ucapan Mbak Susi. Mbak Susi terlihat sibuk mencari sesuatu dari dalam tasnya. Pintu toilet yang tadinya tertutup kini terbuka semuanya. Namun yang keluar bukan wanita, tapi justru Pakde Parmin juga dengan tiga orang polisi lain, hanya satu yang wanita dia adalah Riska. Mbak Susi yang masih sibuk dengan tasnya tak sadar jika Pakde Parmin dan ketiga polisi datang mendekat, ketiga polisi bahkan langsung menyergap Mbak Susi dari belakang. Mbak Susi kaget, dan berusaha memberontak. "Lepas! Lepaskan aku!" "Kamu nggak akan bisa lepas sekarang," sahut Pakde Parmin. "Bapak tega, menangkap anak Bapak sendiri?" "Bapak harus teg

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 160 Dia membuntuti

    Sesampainya di parkiran aku dan Riska bergegas untuk turun. Langsung menuju ke lantai lima. Di depan ruanganku aku dan Riska kemudian berpisah. Riska ke divisinya sendiri dan aku masuk ke ruanganku sendiri.Hari itu aku lewati seperti biasa, memeriksa laporan dan menandatangani berkas. Ting Pesan masuk ke ponselku. Nomor baru lagi. Apa ini Mbak Susi lagi ya? Aku segera membukanya. Benar dia lagi yang mengirimku pesan.[ KAMU PIKIR AKU TAKUT DENGAN BODYGUARDMU YANG BERTAMBAH BANYAK? NGGAK! KAMU SALAH! ] [ Mau kamu sebenarnya apa, Mbak? Aku rasa aku nggak pernah mengusikmu, mengganggumu. ] Kubalas pesan dari Mbak Susi. Sudah muak rasanya mendiamkannya.[ BERANI JUGA KAMU MEMBALAS PESANKU. AKU MAU KAMU MENDERITA! AKU TIDAK RELA JIKA KAMU BAHAGIA! ] Mbak Susi kemudian mengirimkan sebuah foto padaku. Foto mobil Tristan yang tadi pagi aku tumpangi. Ya Tuhan, bahkan Mbak Susi tau jika aku ikut mobilnya Tristan.Aku segera keluar dari ruanganku dengan buru-buru dan menuju ke ruangan Tris

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 159 Seperti porselen

    "Jangan begitu Bude. Bude nggak usah merasa bersalah. Kita doakan saja semoga Mbak Susi secepatnya kembali ke jalan yang benar." "Bude sudah berusaha menghubungi nomor Susi tapi tidak ada yang bisa." "Sudahlah Bude, suatu saat Mbak Susi pasti mencari Bude. Bagaimanapun juga seorang anak pasti suatu hari butuh ibunya. Ehm, Bude minta tolong siapkan buah ya," pintaku pada Bude. Bude kemudian beranjak menuju ke dapur menyiapkan apa yang aku minta. "Assalamualaikum …!" Terdengar suara seseorang yang selama beberapa hari ini menghilang. Suara yang aku rindukan. "Waalaikumsalam," jawabku seraya menyambut Riska. Riska langsung memelukku erat. "Kangen banget sama kamu, Va," ucap Riska. "Ah, aku nggak, biasa aja!" jawabku bohong. Riska kemudian mendorongku. "Tega banget kamu!" Aku menarik tangan Riska kemudian merangkulnya. "Gitu aja ngambek. Ya kangen lah," lanjutku. Tak lama berselang, Tristan datang. "Tiap hari dia minta pulang, katanya kangen si kembar, kangen kamu, kangen Bi R

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 158 Pesan ancaman

    Pagi ini, aku tengah bersiap pergi ke kantor. Jadwal sudah dikirim lewat email oleh Nana–sekretarisku. "Kanda, mungkin nanti aku pulangnya sore," ucapku pada suamiku. Suamiku sekarang lebih banyak di rumah. Hanya sesekali ke kantor itupun tidak lama. "Apa Dinda sibuk?" "Lumayan, ada berkas yang harus aku pelajari dari hasil meeting kemarin, juga ada meeting dengan klien siang nanti." Pekerjaan yang kemarin tertunda karena sibuk dengan kasus Seno, kini harus menumpuk pada hari ini. Biasanya ada Riska dan Tristan yang menghandle, tapi mereka baru akan kembali tiga hari lagi. Dari foto yang dikirim Riska, terlihat dia sangat bahagia. Syukurlah, aku ikut senang melihatnya. Sebenarnya ada rasa kehilangan beberapa hari tidak mendengar suara khas Riska. Untung saja besok setelah honeymoon mereka akan tinggal disini terlebih dahulu. Kali ini aku setuju dengan hadiah rumah yang besar dari suamiku, bisa menampung orang banyak. "Jangan terlalu capek, kalau ada apa-apa hubungi Kanda." Sua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 157 Dia tidak takut!

    Waktu menunjukkan pukul delapan malam, saat semua prosedur pembebasan Seno telah selesai. Dengan langkah yang gembira Seno berjalan menuju ke mobil."Aku lapar," ucapku saat diperjalanan menuju pulang."Saya juga lapar, Nona Bos," sahut Pak Agus. "Kanda juga, dari siang belum makan," imbuh suamiku. "Ha ha ha." Kami semua tergelak tertawa bersama. Saking fokusnya pada Seno kami lupa mengisi perut kami.Sebelum sampai rumah, kami memutuskan untuk terlebih dahulu membeli makanan untuk dibawa pulang. Menu yang paling disukai oleh anak-anak. Ayam goreng tepung kriuk-kriuk begitu anaku menyebutnya. "Pak Agus, bagikan juga makanannya pada bodyguard serta yang lainnya ya." "Siap, Nona Bos," sahut Pak Agus."Om Seno …!" teriak Arthur saat melihat Seno masuk ke rumah. Dia langsung meminta Seno untuk menggendongnya. Padahal Arthur sudah berusia enam tahun tapi tetap saja jika ada Seno ataupun Tristan dia akan langsung minta gendong. Berbeda dengan Alvina, dia hanya akan memeluk Seno dan memi

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 156 Buronan

    Mendengar perintah suamiku, anak buah suamiku dengan cekatan langsung mengambil laptop dan menyalakannya. Aku dan suamiku kemudian duduk di kursi tepat di hadapan mereka.Raut wajah mereka berubah pucat setelah melihat putaran rekaman CCTV. Salah satu dari mereka memang tidak terlihat jelas wajahnya tapi jika dilihat dari rekaman CCTV mobil Seno akan sangat terlihat jelas."Apa mereka pelakunya, Va?" tanya Pakde Parmin. "Iya Pakde, tapi mereka belum mau mengaku.""Apa kalian masih mau menyangkal setelah melihat rekaman itu?" Lanjut suamiku bertanya.Mereka berdua saling pandang satu sama lain. Keringat bahkan sudah terlihat jelas mengalir pada wajah mereka. Mereka tentu saja takut, tidak ada celah lagi buat mereka untuk menghindar."Kalian mau menjawabnya atau anak buah saya yang bertindak?" ancam suamiku.Bodyguard di belakang mereka bahkan sudah menarik baju bagian leher mereka. "A—ampun, saya akan mengatakannya," ucap laki-laki berkaos putih dengan mimik wajah ketakutan."Kataka

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 155 Membawa pelaku

    Percakapan dengan Aldo sengaja aku keraskan volumenya, agar satu ruangan ini bisa mendengarnya. "Bagaimana ini, Kanda?" "Tenanglah, sudah ada titik terang," jawab suamiku. "Kalian, segera bawa kesini dua orang yang menanyakan alamat pada Aldo!" Perintah suamiku pada anak buahnya. "Siap Bos!" jawab mereka serempak. Aku terus mondar-mandir di teras, menanti kedatangan Pakde Parmin dan Pak Agus. "Dinda, sini duduk. Jangan mondar mandir terus seperti itu," titah suamiku. Aku tak menggubrisnya, terus saja aku melangkah maju lalu kembali lagi. "Dinda …." Lagi, suamiku memanggil namaku. Mau tak mau aku menurutinya, duduk di samping suamiku di kursi teras. Tiiin Tiin Terdengar klakson mobil di depan, dengan segera Pak Satpam membuka pintu gerbang. Pertama masuk adalah mobil sedan hitam milik suamiku, disusul kemudian mobil sport milik Seno. Aku sangat penasaran dengan mobil Seno, bahkan sebelum mobil itu berhenti aku sudah berlari menghampirinya. Pintu mobil Seno terbuka, kelua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 154 CCTV

    "Dia dituduh membawa narkoba Mbak," jawab Ibu."Nggak mungkin Seno seperti itu, ini pasti ada kesalahan, atau mungkin ada yang menjebaknya!" "Permisi Bos, mereka sudah datang," ucap Pak Agus. "Suruh mereka tunggu di ruang tamu.""Siap, Bos."Suamiku kemudian meletakkan sendoknya, meminum air putih yang ada di depannya, kemudian beranjak dan meninggalkan meja makan."Bude, tolong temani Ibu ya," pintaku pada Bude Ratmi. Aku kemudian menyusul suamiku, menemui orang-orang suruhan suamiku."Aku berikan tugas untuk kalian minta rekaman CCTV hari ini yang ada di toko buku Pelita, kafe Remaja juga di sekitar kampus Seno. Selidiki juga teman yang bersama Seno!" titah suamiku. "Akan ku kirim foto Seno pada kalian!""Siap Bos!" sahut mereka serempak. Lima orang dengan pawakan tinggi kekar kini beranjak dan meninggalkan ruang tamu.***Keesokan harinya, aku tengah bersiap untuk menemani Ibu ke kantor polisi. Semua jadwal kantor sudah aku serahkan dengan Pak Ilyas, direktur keuangan pada perusa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status