Home / Romansa / KAKEK TUA itu SUAMIKU / Ancaman wanita asing

Share

Ancaman wanita asing

Author: sarinah0488
last update Last Updated: 2022-07-13 08:37:41

KAKEK TUA itu SUAMIKU

Bab 5

"Mar, kamu kan masih punya utang lima ratus ribu jadi motor ini saya bawa dulu sebagai jaminan sampai kamu bisa lunasin utang kamu!"

Apa?! 

Dih, Bude emang keterlaluan!

"Rik … Riko, sini kamu!" Riko yang sedang berjalan kemudian berbelok setelah mendengar panggilan ibunya.

"Ada apa, Bu? Riko mau main, nih," jawab Riko. Riko tampak kesal acaranya terganggu.

"Mau motor baru ini nggak? Ini bawa motornya pulang!" Bude Ratmi menyerahkan kunci motor yang dipegangnya.

"Beneran? Ini motor yang Riko pengin, siapa yang beli Bu? Ayo deh Riko boncengin Ibu, tapi nanti Riko langsung bawa main ya motornya." Riko begitu bersemangat dan langsung menaikinya.

"Tunggu!" Aku yang sedari tadi hanya memperhatikan lama-lama geram juga melihat tingkah Bude. 

"Assalamualaikum," ucap suamiku yang baru datang. Saking konsentrasinya melihat tingkah laku Bude dan Riko sampai tidak sadar ada yang datang.

"Waalaikumsalam," jawab kami serempak.

"Udah nyampe motornya? Gimana? Dinda suka nggak?" tanya suamiku.

"Ayo Bu, cepetan kita bawa motornya!" Riko justru mengajak Bude Ratmi untuk membawa motor baru itu, apa dia nggak dengar tadi suamiku bilang apa.

"Kamu siapa? Mau bawa motor ini ke mana?" tanya suamiku pada Riko.

"Saya yang punya motor ini! Ibu yang belikan motor ini, ya mau dibawa pulang lah, Kek!" Riko menjawab sambil teriak-teriak sampai membuat suamiku menutup telinganya.

"Apa kamu nggak diajari sopan santun? Ngomong sama orang tua kok teriak-teriak!" Suamiku merasa kesal dengan sikap Riko.

"Kakek kan sudah tua biasanya kalau orang yang sudah tua itu pendengarannya kurang, makannya Riko teriak-teriak. Ayo Bu, kenapa masih diam? Katanya mau bawa motor ini pulang."

"Loh, saya beli motor ini buat istri saya Seva, kenapa malah mau dibawa pulang sama kalian?" Suamiku sepertinya bingung dengan kejadian ini.

"Istri? Berarti Kakek suaminya Mbak Seva? Apa nggak salah?" Riko berusaha mencerna ucapan suamiku.

"Motor ini mau saya bawa pulang sebagai jaminan karena Marni masih punya hutang sama saya. Udah ya, keburu hujan nanti motornya kotor kalau kehujanan. Buruan, Rik!" ujar Bude Ratmi. Bude Ratmi masih saja berniat membawa motor itu.

"Berapa hutangnya?" tanya suamiku.

"Lima ratus ribu," jawab Bude.

"Gus, Agus! Sini sebentar, bawakan juga tas yang di dalam mobil," perintah suamiku pada sopirnya yang bernama Agus.

Tak perlu waktu lama Pak Agus sudah datang dengan menenteng tas kerja suamiku.

"Ini, Bos." Agus menyerahkan tas kerja pada suamiku kemudian membukanya. Mataku terbelakak sempurna begitu melihat isi tas itu. Terlihat tas itu penuh terisi dengan uang berwarna merah. Aku yang baru pertama kali melihat uang sebanyak itu hanya bisa melongo.

"Ini, satu juta rupiah, lunas kan? Bahkan saya bayar dua kali lipat hutangnya." Suamiku menyerahkan uang itu pada Bude Ratmi. "Serahkan kunci motornya pada istriku dan kalian pulanglah, lima ratus ribu kok mau bawa pulang motor baru. Beli spionnya aja dulu sana!" 

Bude Ratmi kemudian menyerahkan kunci motornya padaku. Bukannya pulang Bude malah masuk ke dalam rumah.

"Seno mana?" tanya suamiku. Tumben ini tanya adikku, apa ada masalah sama Seno?

"Ada tadi di kamar lagi tidur. Pulang sekolah katanya ada tugas terus masuk kamar, Ibu lihat tadi malah ketiduran" jawab Ibu. 

"Ini buat Dinda sama Seno." Diserahkannya dua buah paperbag yang sedari tadi ditentengnya.

"Apa ini?" tanyaku penasaran.

"Bukalah!"

Aku menurutinya kemudian mengeluarkan isinya, yang ternyata itu adalah ponsel. 

Astaga! Ini ponsel keluaran terbaru yang logonya apel nggak utuh bahkan ini seri yang paling baru. Kata Riska kemarin harganya ini puluhan juta dan di dalam paperbag ini ada dua ponsel berarti kalau di total lebih dari tiga puluh juta hanya untuk beli ponsel.

"Ayo pulang!" Bude Ratmi sudah keluar kemudian mengajak Riko untuk pulang.

"Apa itu, Bu?" Riko menunjuk kantong kresek yang dibawa Bude dari dalam rumah. Perasaan tadi pas masuk Bude nggak bawa apa-apa kenapa keluar bisa bawa kantong kresek?

"Pisang goreng," jawab Bude. Sejujurnya aku ingin tertawa melihat kelakuan Bude. Ternyata Bude masih menginginkan pisang goreng yang tadi masih tersisa di piring.

"Bu, belikan ponsel yang kayak gitu ya," pinta Riko sambil menunjuk ponsel yang sedang aku pegang.

"Iya, besok Ibu belikan, bukan cuma satu malah dua sekalian!" 

"Beneran Bu? Janji loh harus yang sama persis! Motornya gimana?" 

"Iya besok beli! Motornya nanti kamu bilang dulu sama bapakmu buat belikan."

"Bu, Mbak Susi suruh nikah sama kakek-kakek aja Bu, biar bisa dikasih motor sama ponsel yang bagus." Susi itu anaknya Bude Ratmi yang pertama, usianya terpaut satu tahun di atasku dan dia juga satu kampus denganku, tapi sayang kita nggak terlalu dekat, bahkan kalau di kampus Mbak Susi nggak pernah menyapaku katanya malu punya saudara miskin sepertiku.

"Ehm, Kakek punya temen yang lagi nyari istri nggak? Nanti Riko kenalin sama Mbak Susi." Suamiku tak menghiraukan ucapan Riko justru dia langsung masuk ke dalam rumah.

***

Malam hari aku sedang mengerjakan tugas kuliahku, sedangkan suamiku masih duduk bersender di ranjang tua milikku. 

"Apa tugasnya masih banyak?" Suamiku memulai percakapan karena dari tadi hanya ada keheningan diantara kita. Entahlah, rasanya aku masih canggung dengannya.

"Tidak, ini sudah selesai. Besok ada ujian jadi aku harus belajar," jawabku sambil membereskan peralatan belajarku.

"Belajarlah yang rajin, kalau Dinda lulus kuliah Dinda bisa melanjutkan kuliah S2 di universitas manapun yang Dinda pilih bahkan ke luar negeri pun boleh dan Kanda tau Dinda pasti bisa." Beberapa bulan lagi harusnya aku sudah lulus kuliah makannya aku sangat berharap pihak kampus tidak ada yang tau tentang pernikahanku. 

"Kemarin Pak Lurah dan Bu Bidan datang kesini." Hampir saja aku lupa untuk menceritakannya.

"Ada apa? Apa ada masalah?" 

Kuceritakan semua apa yang Pak Lurah dan Bu Bidan bicarakan.

"Bukankah tujuanku menikah dengan Dinda supaya Dinda bisa memberikanku anak laki-laki? Kalau dilarang hamil mana bisa melahirkan anak laki-laki?" 

"Bukan dilarang, tapi tunggu pernikahan kita sah dimata hukum dan agama."

"Kita bicarakan ini lain kali, lagian Kanda juga belum menyentuhmu, atau sekarang sudah siap?" Pertanyaan suamiku membuatku bergidik ngeri, segera kugelengkan kepalaku pertanda aku belum siap. 

"Aku ngantuk, mau tidur dulu. Selamat malam." Daripada membicarakan hal itu lebih baik aku tidur. Kutarik selimut sampai ke leher kemudian aku tidur dengan membelakanginya. 

"Selamat malam Dinda, semoga mimpi indah." Terdengar ucapan sangat dekat dengan telingaku bahkan nafasnya yang hangat bisa kurasakan dan lagi-lagi dia mengecup keningku seperti waktu habis resepsi.

***

"Pak Bambang, terimakasih atas pemberian ponselnya, tapi bolehkah ditukar saja?" Suamiku yang sedang sarapan langsung meletakkan sendoknya setelah mendengar ucapan Seno. 

"Kenapa? Kenapa minta ditukar? Itu ponsel yang paling baru bahkan belum banyak yang punya." Suamiku merasa heran dengan permintaan Seno.

"Ponsel itu terlalu bagus dan terlalu mahal, Seno tidak bisa menerimanya dan juga uang saku yang kemarin diberikan kepada Seno terlalu banyak." Seno itu anak yang baik, seberapapun uang saku yang diberikan oleh bapak dia tak pernah protes. Seno bahkan sering berjalan kaki ketika berangkat ataupun pulang ke sekolah bersamaku. Jaraknya memang cukup jauh tapi kami tak pernah mengeluh karena kami tahu bapak itu pendapatannya nggak banyak bahkan sering kurang. Kami saja sering makan dengan lauk seadanya.

"Kamu itu aneh, disaat anak yang lain menginginkan ponsel dan uang saku yang banyak justru kamu menolaknya. Uang itu kalau terlalu banyak kamu tabung saja, dan ponsel itu pergunakanlah dengan baik, anggap itu hadiah dariku dan kamu tidak boleh menolaknya." Kali ini Suamiku menolak permintaan Seno dia tetap memberikan ponsel dan uang saku kepada Seno.

"Oh iya, Dinda Nanti berangkat kuliah bareng sama Seno ya, nggak usah naik angkot pakai motor yang baru. Kanda sengaja membelikannya agar digunakan ke sekolah oleh kalian." Lanjutnya lagi.

"Motor itu terlalu bagus untukku bagaimana kata teman-teman nanti mereka pasti curiga." 

"Buat saja alasan, Dinda itu pintar pasti bisa mencari alasan." 

"Tapi aku tak pandai berbohong, lain kali saja aku bawa, hari ini aku naik angkot dulu sama Seno. Aku pergi ke kampus dulu. Assalamualaikum." Tak lupa aku mencium takzim tangan bapak, ibu dan suamiku.

***

"Ris, sini deh aku mau tunjukkan sesuatu tapi ingat kamu jangan kaget ya, nggak usah berteriak." Hanya Riska yang bisa aku percaya saat ini karena dia memang sahabatku tak ada satupun rahasia yang kami tutupi. 

Saat ini adalah jam istirahat dan semua siswa kebetulan keluar dari kelas hanya tersisa aku dan Riska.

"Apaan sih? Ayo tunjukan, rasanya aku sudah tidak sabar."

Aku pun menunjukkan ponsel terbaru yang suamiku belikan, Riska lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya, begitu melihat ponsel itu sepertinya dia kaget karena justru dia yang sangat menginginkan ponsel itu. Aku juga tahu ponsel itu keluaran terbaru dari Riska. Riska yang bercerita karena dia selalu update, aku mana tahu tentang itu semua, ponsel saja baru pertama kali aku miliki.

"Astaga Seva, kamu sudah punya ponsel ini? Ini tuh harganya mahal banget, puluhan juta!" Riska membolak-balikkan ponsel yang ada di tangannya.

"Jangan-jangan kamu belum bisa menggunakannya ya?" Aku pun menggelengkan kepalaku karena nyatanya memang aku belum bisa menggunakannya, hanya aplikasi tertentu yang sudah ada di ponselku.

Kemudian Riska mulai mengajarkanku tentang fitur-fitur yang ada di ponselku. Aku pun mulai mengerti, beruntungnya aku punya sahabat seperti Riska. 

"Hai, sedang apa kalian?" Kami berdua cukup kaget dengan kedatangan Andi. Buru-buru aku memasukkan ponselku ke dalam tas.

"Ehm, nggak ada apa-apa kok biasa anak cewek, lagi gibah! Kamu sendiri ada apa? Ini kan bukan kelas kamu?" Riska terlihat santai menjawab pertanyaan Andi.

"Emang nggak boleh main ke lain kelas? Oh ya Va, ini ada coklat buat kamu ya," ucap Andi. Sebungkus coklat kini telah berada di atas meja belajarku.

"Andi! Dari tadi aku cariin ternyata ada disini! Itu dicariin sama dosen katanya ada tugas!" Mbak Susi yang satu kelas dengan Andi langsung menggeret tangannya dan mengajaknya keluar. Bukan rahasia lagi jika Mbak Susi itu naksir sama Andi, tapi tak pernah mendapat respon dari Andi.

***

Cuaca siang ini cukup terik, aku yang sedang berdiri sendirian menunggu angkot hanya bisa berlindung di bawah pohon yang agak rindang. Angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku cukup membuatku merasa sejuk. Biasanya ada Riska yang mengajakku pulang bareng tapi kali ini Riska harus menjemput Ibunya di rumah saudaranya jadilah aku pulang sendirian.

Tak lama berselang bukan angkot yang berhenti di depanku melainkan sebuah mobil sedan berwarna hitam yang sangat mewah berhenti di hadapanku. Kaca mobil belakang itu perlahan turun, terlihat seorang wanita memakai kacamata hitam berada di dalam mobil.

"Kamu yang bernama Seva?" tanya wanita itu. Aku terkejut,  kenapa dia bisa tahu namaku. "Masuklah! Ada yang ingin aku bicarakan!" Aku ragu, aku tak mengenalnya, jangan-jangan dia culik! Ah masa iya ada culik cantik dan mobilnya sangat mewah. Kalau culik kan di film-film biasanya mobilnya Jeep. Batinku.

"Kamu mau berdiri terus di situ? Atau kamu mau dilaporkan ke kampus tentang pernikahanmu?" 

Deg!

Bagaimana dia tahu kalau aku sudah menikah? Daripada pihak kampus tahu lebih baik aku menurutinya. Pintu belakang mobil itu terbuka lalu aku masuk dan duduk disebelahnya.

Siapa kira-kira wanita ini ya?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Mereka mengeroyokku

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 6Bagaimana dia tahu kalau aku sudah menikah? Daripada pihak kampus tahu lebih baik aku menurutinya. Pintu belakang mobil itu terbuka lalu aku masuk dan duduk disebelahnya.Siapa kira-kira wanita ini ya?Bau parfum yang sangat wangi tercium begitu aku duduk di samping wanita itu. Beda sekali denganku yang bau matahari, apalagi kalau melihat dandanan dan model bajunya. Aku dan wanita itu layaknya bumi dan langit. Aku yang sangat lusuh dan dia yang cantik dan modis bak artis. "Jalan, Pak!" Perintahnya pada sopir. Mobil mewah yang aku tumpangi pun perlahan melaju. Tak ada suara berisik mesin seperti angkot yang biasa aku tumpangi, tak ada bau solar tercium yang ada wangi pengharum mobil dan hawa dingin yang keluar dari AC yang terpasang. Jika mereka yang diluar merasa kegerahan maka aku tetap sejuk walaupun di dalam mobil. Seumur hidup baru pernah aku merasakan naik mobil mewah seperti ini. "Kenapa? Baru pernah naik mobil mewah seperti ini?" Wanita itu seperti

    Last Updated : 2022-07-13
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bibir jontor

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 7"Ikat dia dan lakban mulutnya! Taruh di gudang!"Astaga! Mereka begitu jahat! Ya Tuhan, selamatkan aku.Ditariknya aku untuk berdiri oleh dua orang laki-laki, kemudian memaksaku untuk jalan. "Lepasin aku! Lepas! Toloooong!" Aku berteriak minta tolong berharap ada bantuan yang datang. Kaki kananku tiba-tiba tersandung oleh kaki kiriku akibat jalanku yang dipaksa. Aku pun kemudian terjatuh. Mereka bukannya membantuku untuk berdiri tapi justru mereka melarakku di lantai. Tega sekali mereka. Ibu … bapak tolong Seva."Berhenti kalian!" Terdengar teriakan dari belakangku."A—ayah!" Kedua laki-laki yang menyeretku seketika berhenti dan melepaskan tanganku. Aku yang dengan posisi badan tertelungkup kemudian menyatukan tanganku dibawah dahiku. Ya, aku menangis. Aku yang sedari tadi menahannya kini tak sanggup lagi menahannya.Sentuhan di bahuku dan usapan tangan di kepalaku belum mampu meredakannya. Biarlah, aku melepas beban di dada. "Kalian keterlaluan! Siapa

    Last Updated : 2022-07-13
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Mamih

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 8Memasuki halaman terlihat mobil mewah yang kemarin aku tumpangi bersama Nyonya Lidiya. Mau ngapain lagi dia kesini?Baiknya aku masuk atau aku menghindar dulu ya? Tunggu, di dalam masih ada ibu, bapak juga Seno. Bagaimana kalau mereka tau kejadian kemarin? Kalau begitu aku masuk saja. "Assalamualaikum," ucapku saat akan memasuki rumah."Waalaikumsalam," jawab mereka serempak. Ternyata bukan hanya Nyonya Lidiya tapi ada juga Nyonya Tania. "Sini, Nak, mereka anak-anak suamimu." Ibu memperkenalkan mereka. Ibu menyangka aku belum tahu siapa mereka. "O, ini ya istri baru Ayah? Wah, cantik ya, Ayah pinter banget cari ibu baru buat kita. Bener nggak Mbak Lidiyia?" Nyonya Tania mengatakan seolah-olah kita baru saja bertemu."Be—betul. Cantik banget, pantes Ayah langsung klepek klepek," jawab Nyonya Lidiya. Aku yang masih bingung dengan sikap mereka hanya bisa terdiam, sikap mereka sungguh sangat berbeda dengan yang kemarin. Apa mereka sudah sadar dan menerimaku

    Last Updated : 2022-07-13
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Galih dan Ratna

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 9"Terima kasih, sudah mau memaafkan anak-anak ku." Suara lirih itu terdengar menempel di telingaku. Nafasnya yang hangat kini beralih di leher. Aku merinding ketika sebuah kecupan mendarat di tengkuk. Rasanya bulu-bulu halus di seluruh tubuhku sudah berdiri. Dia membalikkan badanku, kini kami saling bertatapan. Tangannya yang sedianya melingkar di perutku kini beralih memegang kedua pipiku. Dia mendekatkan wajahnya padaku, semakin dekat bahkan hidung kami sudah saling menempel. Apa yang harus aku lakukan?Oh Tuhan bibirku ini masih perawan jangan sampai ternoda oleh suamiku. Aku belum rela … Berikan pertolongan untuk hambaMU yang selalu bersikap manis ini atau sebentar saja, ubah wajah suamiku seperti Bang Jimin atau Bang Lee Min Hoo ya boleh lah, atau kalau lokalan ya udah Bang Billar ya nggak apa-apa.Tok tok tok"Permisi Bos, mobil sudah siap apa jadi pulang sekarang?" Alhamdulillah ternyata Tuhan mengirimkan penyelamat itu Bang Agus, produk lokal yang

    Last Updated : 2022-07-14
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Identitas anak tiriku

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 10Sepertinya aku melihat seseorang yang aku kenal. Bener nggak ya?Benar! Mataku nggak salah lihat! Dia memakai setelan jas yang juga berwarna putih. Kenapa Andi juga ada disini?Duh, kok jadi bisa kebetulan gini?"Ini acara apa?" tanyaku pada suamiku."Acara ulang tahun cucuku. Dinda nanti akan Kanda kenalin ke semua anak dan cucuku. Ayo, kita kesana.""Si—siapa nama cucunya?""Andi, mungkin dia seumuran sama Dinda. Nanti Kanda kenalin sama Dinda."Duar!Jawaban itu laksana petir yang menyambarku. Baru saja Andi tadi menyatakan suka padaku tapi malam ini, aku harus mendapati kenyataan kalau Andi adalah cucuku. Takdir seperti apa ini?"Permisi Bos, Nyonya ingin bertemu," ucap Pak Agus."Baiklah, Ayo!"Apa sekarang waktunya, apa sekarang jati diriku terungkap di depan Andi? Aku belum siap. Jujur, ada rasa tersendiri saat aku didekat Andi. Apalagi waktu kejadian tadi pagi."Dinda … kok bengong? Ayo!" "I—iya" jawabku gugup. Lalu digandengnya tanganku seperti t

    Last Updated : 2022-07-14
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 11 Aku yang berkuasa!

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 11Aku yang mendengar ancaman Mbak Susi langsung terdiam. Lulus kuliah adalah impianku, bahkan cita-cita ku ingin menjadi arsitek. Kalau aku dikeluarkan dari kampus pupus sudah harapanku."Dinda, tolong ambilkan ponsel di kamar!" perintah suamiku. Dengan gontai aku melangkah ke kamar melaksanakan perintahnya. Tak butuh lama, aku sudah meletakkan ponselku dan juga ponsel Seno di atas meja."Ponselku, Dinda …" Aku kira Riko meminta ponselku dan Seno, apa mungkin saat aku tadi ke kamar mereka juga meminta ponsel suamiku? Betapa rakusnya mereka!Segera kuambil ponsel di atas nakas yang sedang diisi daya dan menyerahkannya pada suamiku. Langsung saja suamiku mengutak-atik benda pipih di tangannya. Mungkin sedang me reset ponsel sebelum diserahkan pada Bude Ratmi.'Ya, selamat siang' ucap Suamiku yang terlihat sedang menghubungi seseorang entah siapa.'Langsung saja, aku ingin karyawan yang bernama Suparmin bagian administrasi untuk dipecat hari ini juga! Tanpa pesa

    Last Updated : 2022-09-07
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 12 Ketika cucuku menyatakan cinta

    KAKEK TUA itu SUAMIKU"Sebentar, aku ke dapur dulu." Aku yang tadinya sedang belajar langsung menutup bukuku. Sebenarnya aku bukan mau ke dapur tapi aku mencari ibu."Bu, bisa kesini sebentar," pintaku pada Ibu. Ibu ternyata ada di kamarnya sedang ngobrol sama Bapak."Ada apa? Sudah malam kenapa belum tidur?" tanya ibu."Ehm, suamiku minta dikerokin katanya masuk angin tapi—Ibu aja ya yang kerokin?" "Kok Ibu? Istrinya kan kamu masa Ibu yang kerokin! Lucu kamu!" Ibu menolak permintaanku secara tegas. "Nih, pakai ini buat kerokin." Diserahkannya koin seribuan serta balsem pada tanganku. "Kok pakai koin, Bu?""Lah ya pakai koin masa iya pakai sekop! Udah sana masuk kamar kerokin suamimu, Ibu ngantuk." Yah, Ibu malah ngantuk. Kutimang koin dalam genggaman lalu aku menuju tempat peraduan. Ecieeee peraduan, peraduan singa kali.Masuk ke kamar suamiku sudah melepas bajunya dan menyandarkan tubuhnya pada ranjang. Aku mendekati dan mulai naik ke ranjang. Tanpa dikomando suamiku langsung memun

    Last Updated : 2022-09-07
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 13 Aku ingin anak laki-laki

    KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 13"Seva … apa kamu mau? Kalau kamu malu menjawabnya, ambil coklatnya itu artinya iya tapi kalau ka—""Aku nggak bisa Ndi! Nggak bisa," jawabku berat. Aku mundur perlahan kemudian berpaling. Tanpa terasa air mata ini menetes. Sekuat tenaga aku berlari menuju parkiran. "Va, tunggu! Biar aku yang bawa, kamu bonceng aja." Riska mengambil alih motor yang hendak aku bawa. Motor yang baru pertama kali aku bawa ke kampus.Sepanjang perjalanan aku hanya sibuk dengan pikiranku. "Kita duduk dulu disini, mungkin kamu butuh ketenangan." Riska membawaku ke taman kota. "Rasanya kok sakit ya Ris, bukan sakit tepatnya tapi entah rasa apa ini." Kuungkapkan apa yang aku rasa pada sahabatku Riska."Kenapa kamu menolak Andi? Bisa saja kamu menjalin hubungan dengannya, aku bisa jaga rahasia kok" ucap Riska. Riska belum tau siapa sebenarnya Andi."Kamu nggak tau siapa Andi, Ris," sahutku."Tau lah! Sang ketua BEM, cowok terganteng di kampus kita yang baru saja kamu tolak cintany

    Last Updated : 2022-09-08

Latest chapter

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 162 Ending

    "Cie yang sudah jadi CEO," ledek Riska saat aku sampai di kantor. "Kamu tahu?" Riska mengangguk." Tristan yang cerita semalam." "Kenapa bukan Tristan saja yang menggantikanku? Kenapa Andi?" "Andi itu di Australia pimpinan tertinggi perusahaan Va, sekarang beralih pada Mas Ivan. Andi dipindah tugaskan balik kesini jadi presiden direktur menggantikan kamu" jelas Riska. "Nggak tau aku maunya suamiku, bisa-bisanya mengundurkan diri nggak bilang-bilang." "Suamimu ingin yang terbaik buatmu Va, yakin itu," ucap Riska. *** Malam ini udara terasa dingin, bahkan pendingin ruangan tidak aku nyalakan. "Masih banyak kerjaannya?" tanya suamiku yang melihatku masih sibuk di depan laptop. "Nggak, bentar lagi selesai. Lagian kenapa Kanda harus mundur sih? Kalau nggak kenapa bukan Tristan aja yang jadi CEO?" Aku kemudian mematikan laptopku, pertanda aku sudah selesai mengerjakan pekerjaanku. Di dada bidang suamiku aku sandarkan kepalaku. "Kanda hanya ingin istirahat Dinda, Kanda mau m

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 161 Apa rencanamu sebenarnya?

    "Iya, ini aku. Kenapa? Kamu kaget?" Sejujurnya iya, aku sangat kaget. Dari gelagatnya, sepertinya Mbak Susi punya niat tidak baik sama aku. "Mbak Susi mau apa?" "Mau main-main sebentar sama kamu," sahut Mbak Susi. "Apa maksud Mbak Susi?" "Aku cuma mau tau, kalau wajahmu itu sudah nggak cantik, apa suamimu masih mau sama kamu?" Aku semakin bingung dengan ucapan Mbak Susi. Mbak Susi terlihat sibuk mencari sesuatu dari dalam tasnya. Pintu toilet yang tadinya tertutup kini terbuka semuanya. Namun yang keluar bukan wanita, tapi justru Pakde Parmin juga dengan tiga orang polisi lain, hanya satu yang wanita dia adalah Riska. Mbak Susi yang masih sibuk dengan tasnya tak sadar jika Pakde Parmin dan ketiga polisi datang mendekat, ketiga polisi bahkan langsung menyergap Mbak Susi dari belakang. Mbak Susi kaget, dan berusaha memberontak. "Lepas! Lepaskan aku!" "Kamu nggak akan bisa lepas sekarang," sahut Pakde Parmin. "Bapak tega, menangkap anak Bapak sendiri?" "Bapak harus teg

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 160 Dia membuntuti

    Sesampainya di parkiran aku dan Riska bergegas untuk turun. Langsung menuju ke lantai lima. Di depan ruanganku aku dan Riska kemudian berpisah. Riska ke divisinya sendiri dan aku masuk ke ruanganku sendiri.Hari itu aku lewati seperti biasa, memeriksa laporan dan menandatangani berkas. Ting Pesan masuk ke ponselku. Nomor baru lagi. Apa ini Mbak Susi lagi ya? Aku segera membukanya. Benar dia lagi yang mengirimku pesan.[ KAMU PIKIR AKU TAKUT DENGAN BODYGUARDMU YANG BERTAMBAH BANYAK? NGGAK! KAMU SALAH! ] [ Mau kamu sebenarnya apa, Mbak? Aku rasa aku nggak pernah mengusikmu, mengganggumu. ] Kubalas pesan dari Mbak Susi. Sudah muak rasanya mendiamkannya.[ BERANI JUGA KAMU MEMBALAS PESANKU. AKU MAU KAMU MENDERITA! AKU TIDAK RELA JIKA KAMU BAHAGIA! ] Mbak Susi kemudian mengirimkan sebuah foto padaku. Foto mobil Tristan yang tadi pagi aku tumpangi. Ya Tuhan, bahkan Mbak Susi tau jika aku ikut mobilnya Tristan.Aku segera keluar dari ruanganku dengan buru-buru dan menuju ke ruangan Tris

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 159 Seperti porselen

    "Jangan begitu Bude. Bude nggak usah merasa bersalah. Kita doakan saja semoga Mbak Susi secepatnya kembali ke jalan yang benar." "Bude sudah berusaha menghubungi nomor Susi tapi tidak ada yang bisa." "Sudahlah Bude, suatu saat Mbak Susi pasti mencari Bude. Bagaimanapun juga seorang anak pasti suatu hari butuh ibunya. Ehm, Bude minta tolong siapkan buah ya," pintaku pada Bude. Bude kemudian beranjak menuju ke dapur menyiapkan apa yang aku minta. "Assalamualaikum …!" Terdengar suara seseorang yang selama beberapa hari ini menghilang. Suara yang aku rindukan. "Waalaikumsalam," jawabku seraya menyambut Riska. Riska langsung memelukku erat. "Kangen banget sama kamu, Va," ucap Riska. "Ah, aku nggak, biasa aja!" jawabku bohong. Riska kemudian mendorongku. "Tega banget kamu!" Aku menarik tangan Riska kemudian merangkulnya. "Gitu aja ngambek. Ya kangen lah," lanjutku. Tak lama berselang, Tristan datang. "Tiap hari dia minta pulang, katanya kangen si kembar, kangen kamu, kangen Bi R

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 158 Pesan ancaman

    Pagi ini, aku tengah bersiap pergi ke kantor. Jadwal sudah dikirim lewat email oleh Nana–sekretarisku. "Kanda, mungkin nanti aku pulangnya sore," ucapku pada suamiku. Suamiku sekarang lebih banyak di rumah. Hanya sesekali ke kantor itupun tidak lama. "Apa Dinda sibuk?" "Lumayan, ada berkas yang harus aku pelajari dari hasil meeting kemarin, juga ada meeting dengan klien siang nanti." Pekerjaan yang kemarin tertunda karena sibuk dengan kasus Seno, kini harus menumpuk pada hari ini. Biasanya ada Riska dan Tristan yang menghandle, tapi mereka baru akan kembali tiga hari lagi. Dari foto yang dikirim Riska, terlihat dia sangat bahagia. Syukurlah, aku ikut senang melihatnya. Sebenarnya ada rasa kehilangan beberapa hari tidak mendengar suara khas Riska. Untung saja besok setelah honeymoon mereka akan tinggal disini terlebih dahulu. Kali ini aku setuju dengan hadiah rumah yang besar dari suamiku, bisa menampung orang banyak. "Jangan terlalu capek, kalau ada apa-apa hubungi Kanda." Sua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 157 Dia tidak takut!

    Waktu menunjukkan pukul delapan malam, saat semua prosedur pembebasan Seno telah selesai. Dengan langkah yang gembira Seno berjalan menuju ke mobil."Aku lapar," ucapku saat diperjalanan menuju pulang."Saya juga lapar, Nona Bos," sahut Pak Agus. "Kanda juga, dari siang belum makan," imbuh suamiku. "Ha ha ha." Kami semua tergelak tertawa bersama. Saking fokusnya pada Seno kami lupa mengisi perut kami.Sebelum sampai rumah, kami memutuskan untuk terlebih dahulu membeli makanan untuk dibawa pulang. Menu yang paling disukai oleh anak-anak. Ayam goreng tepung kriuk-kriuk begitu anaku menyebutnya. "Pak Agus, bagikan juga makanannya pada bodyguard serta yang lainnya ya." "Siap, Nona Bos," sahut Pak Agus."Om Seno …!" teriak Arthur saat melihat Seno masuk ke rumah. Dia langsung meminta Seno untuk menggendongnya. Padahal Arthur sudah berusia enam tahun tapi tetap saja jika ada Seno ataupun Tristan dia akan langsung minta gendong. Berbeda dengan Alvina, dia hanya akan memeluk Seno dan memi

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 156 Buronan

    Mendengar perintah suamiku, anak buah suamiku dengan cekatan langsung mengambil laptop dan menyalakannya. Aku dan suamiku kemudian duduk di kursi tepat di hadapan mereka.Raut wajah mereka berubah pucat setelah melihat putaran rekaman CCTV. Salah satu dari mereka memang tidak terlihat jelas wajahnya tapi jika dilihat dari rekaman CCTV mobil Seno akan sangat terlihat jelas."Apa mereka pelakunya, Va?" tanya Pakde Parmin. "Iya Pakde, tapi mereka belum mau mengaku.""Apa kalian masih mau menyangkal setelah melihat rekaman itu?" Lanjut suamiku bertanya.Mereka berdua saling pandang satu sama lain. Keringat bahkan sudah terlihat jelas mengalir pada wajah mereka. Mereka tentu saja takut, tidak ada celah lagi buat mereka untuk menghindar."Kalian mau menjawabnya atau anak buah saya yang bertindak?" ancam suamiku.Bodyguard di belakang mereka bahkan sudah menarik baju bagian leher mereka. "A—ampun, saya akan mengatakannya," ucap laki-laki berkaos putih dengan mimik wajah ketakutan."Kataka

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 155 Membawa pelaku

    Percakapan dengan Aldo sengaja aku keraskan volumenya, agar satu ruangan ini bisa mendengarnya. "Bagaimana ini, Kanda?" "Tenanglah, sudah ada titik terang," jawab suamiku. "Kalian, segera bawa kesini dua orang yang menanyakan alamat pada Aldo!" Perintah suamiku pada anak buahnya. "Siap Bos!" jawab mereka serempak. Aku terus mondar-mandir di teras, menanti kedatangan Pakde Parmin dan Pak Agus. "Dinda, sini duduk. Jangan mondar mandir terus seperti itu," titah suamiku. Aku tak menggubrisnya, terus saja aku melangkah maju lalu kembali lagi. "Dinda …." Lagi, suamiku memanggil namaku. Mau tak mau aku menurutinya, duduk di samping suamiku di kursi teras. Tiiin Tiin Terdengar klakson mobil di depan, dengan segera Pak Satpam membuka pintu gerbang. Pertama masuk adalah mobil sedan hitam milik suamiku, disusul kemudian mobil sport milik Seno. Aku sangat penasaran dengan mobil Seno, bahkan sebelum mobil itu berhenti aku sudah berlari menghampirinya. Pintu mobil Seno terbuka, kelua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 154 CCTV

    "Dia dituduh membawa narkoba Mbak," jawab Ibu."Nggak mungkin Seno seperti itu, ini pasti ada kesalahan, atau mungkin ada yang menjebaknya!" "Permisi Bos, mereka sudah datang," ucap Pak Agus. "Suruh mereka tunggu di ruang tamu.""Siap, Bos."Suamiku kemudian meletakkan sendoknya, meminum air putih yang ada di depannya, kemudian beranjak dan meninggalkan meja makan."Bude, tolong temani Ibu ya," pintaku pada Bude Ratmi. Aku kemudian menyusul suamiku, menemui orang-orang suruhan suamiku."Aku berikan tugas untuk kalian minta rekaman CCTV hari ini yang ada di toko buku Pelita, kafe Remaja juga di sekitar kampus Seno. Selidiki juga teman yang bersama Seno!" titah suamiku. "Akan ku kirim foto Seno pada kalian!""Siap Bos!" sahut mereka serempak. Lima orang dengan pawakan tinggi kekar kini beranjak dan meninggalkan ruang tamu.***Keesokan harinya, aku tengah bersiap untuk menemani Ibu ke kantor polisi. Semua jadwal kantor sudah aku serahkan dengan Pak Ilyas, direktur keuangan pada perusa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status