Seorang laki-laki menghentikan laju mobilnya di dalam basemen apartemen. Dia duduk di belakang kemudi mobil, kemudian merogoh kantung jas untuk mengambil sebuah kotak bludru kecil, dia membuka tutup kotak kecil tersebut berulang kali, setelah puas melihatnya, dia memasukan kembali kotak kecil itu kedalam kantong jasnya.
Sebelum keluar dari mobil dia mencoba menelepon seseorang, tapi sayang telepon tersebut tidak diangkat. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari mobil dengan membawa serangkaian bunga mawar putih, bunga kesukaan pacarnya. Lalu dia berjalan memasuki gedung apartemen tak lupa sebuah senyum yang tak lepas dari wajahnya.
Dia berniat untuk memberi kejutan kepada pacarnya. Sudah satu minggu mereka tidak bertemu, bukannya dia tidak mau bertemu pacarnya, karena kesibukan pekerjaan yang mengharuskan dia untuk menyelesaikan tugas keluar kota.Dayva alfaro nama laki-laki itu. Usianya masih dua puluh tujuh tahun, di usianya yang masih muda dia sudah memiliki beberapa cabang minimarket disetiap daerah. Latar belakang orang tuanya seorang pengusaha juga memudahkan Dayva menjadi sukses di usianya sekarang.Dayva alfaro wajah tampan, berbadan tegak, tinggi sekitar seratus delapan puluh lima sentimeter, rambut lurus, dan bola mata berwarna coklat.Dengan langkah pasti Dayva memencet nomer pin apartemen pacarnya. Laki-laki itu meletakkan serangkaian bunga mawar putih di atas meja. Kemudian melepaskan jasnya dan juga melonggarkan dasinya setelah itu dia duduk di sofa ruang tamu.
Apartemen yang sepi membuat dia sedikit heran, dia berpikir mungkin pacarnya sedang keluar membeli sesuatu. Tapi melihat lampu kamar pacarnya menyala, dia berdiri melangkah menuju kamar pacarnya, langkah kakinya terhenti saat mendengar sebuah suara,
"Aaahhhkkk... Aaaahhkk.. terus sayang.."Laki-laki itu terdiam ditempatnya samar-samar terdengar suara wanita yang dia kenal, tapi dia takut jika yang dia dengar salah. Dia di buat semakin terkejut ketika sebuah suara di dengarnya lagi.
"Aaahhhkkk... lebih cepat sayang..,"Dengan langkah cepat Dayva melangkahkan kakinya menuju satu-satunya kamar di dalam apartemen. Dengan tangan bergetar dia membuka pintu kamar pacarnya.
CEKLEK...
Pintu terbuka, betapa terkejutnya laki-laki itu melihat dengan mata kepala sendiri. Di atas ranjang ada sepasang laki-laki dan gadis, sama-sama dalam keadaan telanjang dan si gadis berada di bawah tubuh laki-laki itu, yang keduanya sangat dikenal olehnya. Mereka adalah pacar dan sahabat Dayva. Berniat memberi kejutan malahan dia yang mendapatkan kejutan.
Pacarnya bernama Rena, sedangkan sahabatnya bernama Alan. Laki-laki itu tak pernah membayangkan pacar dan sahabat baiknya dalam satu ranjang, membuatnya tanpa banyak bicara bergerak mendekat kearah Alan dan menarik tubuhnya dari atas ranjang hingga jatuh ke lantai.
Bukk
Bukk
Bukkk
Terdengar laki-laki itu menghantam Alan berkali-kali, tapi Alan tak membalas pukulannya. Malahan Alan terlihat senang melihat reaksi Dayva.
"Hentikan Dayva! hentikan!" jerit Rena sambil memakai selimut sebagai penutup tubuhnya.
Tapi dia tak menghiraukannya, dia tetap memukul Alan tanpa ampun. Meskipun Rena mencoba untuk menarik tubuh Dayva, tetep saja usahanya tidak berhasil. Laki-laki itu sudah di penuhi oleh amarah yang tak bisa di bendung lagi.
Berulang kali Rena berteriak dan menangis, tapi tetap saja dia tak menghiraukannya. Merasa sudah lelah laki-laki itu berdiri,
"KITA PUTUS,"
Dua kata yang dia katakan untuk Rena.
"Aku gak mau kita putus kaya gini, dengerin penjelasaan aku dulu," ucap Rena.
Rena mencoba meraih tangan Dayva, tapi tangan Rena di tepis olehnya.Meskipun terdengar suara Rena memanggil-manggil namanya. Dengan langkah pasti Dayva berjalan menuju kearah pintu keluar, tanpa menoleh ke belakang.
Rena berniat untuk mengejarnya, tapi Rena sadar bahwa dia hanya memakai selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Brengsek!" umpat Dayva dari balik kursi kemudinya sambil memukul-mukul dan meremas setir kemudi mobil.
"Sejak kapan mereka bermain di belakang ku? kenapa aku gak pernah curiga dengan mereka!" ucap laki-laki itu pada diri sendiri.
Dayva tidak berniat untuk pulang ke apartemennya karena terlalu banyak kenangan antara dia dan Rena.
Jalanan malam yang sudah sepi memudahkan laki-laki itu melajukan mobilnya dengan cepat. Hingga mobil yang dia kendarai sampai di depan sebuah minimarket.
*******
Seorang gadis melangkah menuju depan jendela apartemennya sambil membawa secangkir teh hangat yang dia buat untuk menemaninya.Dari posisi itu, gadis tersebut dapat melihat bagaimana suasana kota surabaya saat malam hari. Terlihat sangat indah karena berada di ketinggian, kerlap kerlip lampu kota menghibur badan dan juga matanya yang lelah akibat seharian berada di depan laptop.
Langit malam ini terlihat semakin indah karena terjadi fenomena alam yaitu terjadinya gerhana bulan total merah, yang hanya terjadi setiap seratus sembilan puluh lima tahun sekali.
Gadis itu merasa beruntung, lalu dia merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah benda pipih. Kemudian benda pipih itu dia arahkan menghadap langit bersiap-siap untuk memotretnya.
Setelah berhasil memotretnya, gadis itu melihat langit dan benda pipih tersebut secara bergantian sambil tersenyum. Di masuk kembali benda pipih itu kedalam kantung celananya.
Kamar yang selalu sunyi, karena gadis itu selalu sendirian di dalam apartemen kecilnya.
Dia bernama Amelia calista menderita fobia kecemasan sosial (antrofobia) yang membuat dia kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Amelia Calista berbadan kecil, karena tinggi badannya hanya sekitar seratus lima puluh lima sentimeter, berkulit kuning langsat, bola mata coklat, dan berambut hitam sebahu.
Panggilannya Amel, dia seorang penulis novel online, jadi dia melakukan semua kegiatan di dalam rumah. Keluar rumah pun hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Itupun dia lakukan hanya satu minggu sekali, selebihnya dia akan memesan makanan secara online.
Amel masih berada di depan jendela, sampai terdengar bunyi perut Amel yang meminta untuk di isi. Langkah kaki Amel tertujuh di depan pintu lemari pendingin, saat di buka tidak terdapat makanan apa-apa. Amel memegang perutnya yang sudah terasa perih dan melirik jam dinding yang sudah pukul sebelas malam.
Tanpa pikir panjang Amel meraih jaket hodie dengan ukuran yang hampir menutupi sebagian tubuhnya, tak lupa dia memakai masker.
Sebelum dia membuka pintu rumahnya, Amel mengeluarkan sebagian kepalanya lalu dia menengok arah kanan dan kiri. Amel menarik nafas panjang lalu di hembuskannya melalui mulut, merasa lega karena tak terlihat orang. Amel mulai melangkahkan kakinya keluar rumah dan berjalan cepat sambil sekali-kali melihat kanan kiri menuju minimarket dua puluh empat jam di dekat apartemennya.
******
Setelah sampai di mini market, dengan langkah pasti Amel mengambil keranjang belanja dan memasukan kebutuhan yang dia perlukan untuk stok makan di lemari pendinginnya. Amel yang merasa sudah cukup belanjaanya, kemudian dia membayar ke kasir, tapi didepan kasir tidak orang. Amel hanya berdiri saja dan menengok kanan kiri, tanpa bersuara.
Dengan langkah terburu-buru seorang laki-laki datang dan berdiri di depan meja kasir. Dia Toni mahesa, sahabat sekaligus supervisor minimarket milik Dayva. Toni bersahabat dengan Dayva mulai dari SMA, karena ibunya seorang janda dan mempunyai dua orang adik, mengharuskan dia untuk mencari uang, akhirnya dia memutuskan untuk tidak kuliah. Toni sangat bersyukur mempunyai sahabat Dayva, karena dengan ijasah Toni yang cuma SMA, dia bisa mendapatkan perkerjaan seorang supervisor dan juga menjadi orang kepercayaan Dayva. Karena Toni memerlukan uang lebih, jadi dia juga mengambil sif malam pada salah satu minimarket yang masih memerlukan pegawai.
"Maaf kak, lama menunggu," ucap Toni
"....." Amel mengangukan kepala
"Ada yang diperlukan lagi, Kak," tanya kasir minimarket
"...," Amel hanya menggelengkan kepala, sambil melirik nama petugas kasir yang bernama Toni.
"Totalnya Rp.345.000, Kak" ucap Toni kasir minimarket lagi.
"...," sekali lagi Amel menjawab hanya mengangukan kepala sambil menyerahkan uang Rp.400.000.
"Kembalinya Rp.65.000, terima kasih, Kak," lanjut Toni.
Tanpa menjawab Amel keluar dari minimarket tersebut. Saat akan membuka pintu, dari arah berlawanan tanpa sengaja Amel menabrak seorang laki-laki, hingga tubuh Amel jatuh ke lantai.
"Aaahhhkkkk.....!!" teriak Amel sambil cepat-cepat berdiri dan berlari sekencang-kencangnya.*****
Dengan nafas yang masih memburu Amel masih berusaha menormalkan nafasnya sehabis berlari kencang. Amel duduk di belakang pintu masuk apartemennya, menutup wajah dengan kedua tangannnya dan hanya bertumpuh dengan kedua lututnya. Dia masih selalu bersembunyi dalam ketakutannya dan selalu menangis dalam diam.
Keadaan sepi dalam apartemen menambah tangisan Amel semakin keras tapi tertahan dengan tangannya sendiri yang menutup mulutnya. Hal seperti ini bukan pertama kali untuk Amel, dia sudah berulang kali mencoba untuk tidak lari saat bertemu orang, tapi tidak mudah. Setiap kali dia mencoba memberanikan diri, semakin besar pula ketakutan yang dirasakannya.
Tiga puluh menit berlalu, Amel mulai mengangkat kepala, menghapus air matanya dan menegakan tubuhnya yang masih lemah. Kemudian dia berjalan perlahan sambil meraba dinding-dinding tembok agar tak terjatuh hingga sampai di dalam kamarnya.
Saat sampai di dalam kamar Amel duduk di tepi ranjang, kemudian membuka lemari kecil di sisi ranjang dan mengambil sebuah obat bertuliskan sertraline.
Sertraline adalah obat untuk menangani depresi, obat itu bisa membuat pikiran orang menjadi tenang dan menimbulkan efek meningkatan rasa kantuk yang berat.
Amel mengambil satu butir lalu dengan cepat obat itu dia telan. Kemudian Amel merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Mengambil selimut d tepi ranjang kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya kecuali bagian kepalanya, hanya hitungan menit Amel sudah tertidur pulas.
Sementara itu di tempat yang lain. Dayva berjalan menuju kantor kecil miliknya yang terasa nyaman dan tersusun rapi. Di dalam ruang kerja Dayva mengubah kantornya menjadi senyaman mungkin, bahkan dia juga mengubah sofa panjang yang bisa untuk duduk di ubah menjadi tempat tidur. Dayva mengunci pintu dan mulai merebakan tubuhnya untuk beristirahat tidur.Beberapa kali Dayva masih saja mencoba memejamkan matanya, sayangnya usaha dia tak juga berhasil.Akhirnya Dayva memutuskan untuk duduk, kemudian berjalan menuju meja kerjanya. Dia duduk sambil melihat atap langit ruang kerjanya, sekilas tampak kejadian yang dia alami beberapa jam yang lalu.Dayva tidak menyangka akan di khiyanati oleh pacar sekaligus teman baiknya. Alan yang merupakan teman dekat mulai duduk bangku kuliah tega merebut pacarnya. Dayva berfikir akan mencari tahu apa penyebab Alan menghianatinya.Setelah puas mengingat kejadian yang membuat dia kecewa, Dayva melirik dompet biru bergambar doraem
"Toni, masuk kantor ku sekarang!" perintah Davya dari dalam ruang kantorTokTokTokToni mengetuk pintu kantor Dayva."Masuk!" perintah Dayva lagi.Toni membuka pintu, kemudian berdiri di depan Dayva."Ada apa bos manggil aku?""Kau kenal ma cewek yang baru aja kesini?"Dengan dagu yang di topang dengan kedua tangannya Dayva menunggu jawaban dari Toni."Aku gak tau namanya bos, tapi dia kesini satu minggu sekali dan selalu malam hari kaya tadi malam," jelas Toni"Oke kalau begitu kamu boleh pergi!" usir Dayva kepada Toni."Siap bos," jawab Toni sambil melangkah pergi."Kirain mau naikin gaji, ternyata tanya soal cewek," cibir Toni saat keluar dari kantor Dayva"Aku denger Ton, gaji mu gak aku tambah, malahan aku kurangin,""Lah...jangan bos, maaf," mendengar ucapan Dayva, Toni masuk lagi ke dalam kantor, dengan kedua telapak tangan menyatu. Tanda minta maaf. Dan dud
Toni mengikuti Dayva, karena melihat Dayva masuk kekantor sambil memegang kepalanya."Ambilkan aku obat!""Kau kenapa?""Habis dipukul orang pakek tongkat bisbol,"Terdengar suara tawa Toni sangat keras, Dayva yang melihat Toni ketawa lebih memilih memalingkan muka."Puas-puasin kau ketawa, entar aku potong gaji mu," mendapat ancam seperti itu Toni berusaha menahan tawanya."Udahlah, ambilin aku obat, pusing kepala ku,"Sepuluh menit kemudian Toni datang membawa kotak obat, lalu membantu Dayva membersihkan lukanya."Gila tu cewek, aku bela-belain datang ke apartemennya cuma mau kenalan, tapi malahan aku di pukul pakek tongkat bisbol," cerita Dayva dengan satu tarikan nafas"Kau mungkin ngomong sesuatu yang nyinggung perasaannya?""Aku? aku belum ngomng apa-apa, aku cuma mencet bell apartemennya sampai tiga kali, terus pintunya terbuka tiba-tiba kepala aku dipukul,""Terus cewek itu gimana?""Cewek tu
Dayva berjalan keluar menuju basement apartemen, dia mengambil benda pipih yang berlogo sebuah apel tergigit dan selembar kartu nama di kantong celananya, kemudian memencet tombol di layar apel tergigit sesuai nomer kartu nama tersebut.Dering pertama belum ada jawaban, dering kedua juga belum ada jawaban, hingga suara dering ketiga terdengar suara seorang perempuan di ujung handphone."Halo, Aku Dayva?" sapa Dayva pada perempuan tersebut."Hari ini kita bisa bertemu?""Oke, kita bertemu di cafe itu satu jam lagi," lanjut Dayva berbicara pada perempuan tersebut.Dayva melajukan mobilnya, menjauh dari apartemen Amel, menuju tempat bertemu perempuan itu.Karena jalanan sudah tidak macet, sekitar empat puluh lima menit jarak yang ditempuh Dayva untuk sampai di cafe tersebut. Mobil Dayva berhenti di depan sebuah Cafe. Saat memasuki cafe Dayva mencari sosok orang yang telah membuat janji dengannya, tapi sayang orang tersebut belum datang. A
Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos."Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva."Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang
"Siapa lagi yang datang malam-malam begini?" gumam Amel sambil melangkah kearah pintu.Saat membuka pintu Amel terkejut dengan kedatangan Dayva sekali lagi."Ada apa lagi?" tanya Amel"Ini..." tunjuk Dayva kearah tangan yang membawa bungkusan makan.Dayva menerobos masuk kedalam, kemudian meletakan makannya diatas meja. Amel mengikuti arah Dayva meletakan makannya. Awalnya Amel cuma melirik makananya kemudian Dayva membuka makan tersebut yang membuat perut Amel bertambah lapar dan menelan ludahnya. Dayva melihat kelakuan amel menyuruh untuk segera makan."Ayo dimakan! aku tau kau lapar," tawarkan makanan."Aku tidak lapar kok," ucap Amel mencoba untuk mengelak."Kau itu selalu saja menutupi, sudah jelas-jelas perut mu lapar, lihat dari tadi kau memegang perut mu,"Amel yang mendengar ucapan Dayva terdiam. Hingga terdengar suara cacing dalam perutnya bernyanyi."Aku sudah mendengar cacing dalam perutmu sudah berbuny
Tidak seperti biasanya Amel membeli beberapa kebutuhan yang dia perlukan di sebuah supermarket. Supermarket itu berjarak lumayan jauh dari apartemen miliknya. Tujuan dia hanya untuk menjauh dari Dayva yang sudah tiga hari ini selalu menekan bel apartemen tak perduli siang ataupun malam hari.Sudah hampir sepuluh menit Amel mengantri di depan kasir. Tapi tiba-tiba dari belakang, penutup kepala jaket yang dia kenakan ditarik oleh Dayva secara paksa keluar dari antrian kasir. Lelaki itu juga meletakan barang belanjaan Amel di sembarang tempat. Dia tidak perduli pandangan orang-orang yang melihat aksinya. Lelaki yang beberapa hari ini berusaha dia hindari.Amel bermaksud untuk melepaskan tangan lelaki itu dari penutup kepala jaketnya, tapi hal itu sangat sulit karena Dayva menariknya lumayan tinggi apalagi ukuran tinggi badan Amel yang bisa dikatakan kurang, sambil berkata,"Ka-kau mau apa? le-lepaskan jaket ku!""Kenapa berbelanja disini?" Dayva melepaskan t
Dari tempatnya berdiri Dayva dapat mendengar pecahan gelas dan suara makian seorang gadis. Dayva, Tirta, dan Bisma yang penasaran dengan keributan itu memilih mendatangi sumber suara. Tak hanya mereka bertiga para tamu undang yang lain juga ikut. Bahkan Alan dan Rena sang pemilik acara juga ikut mendatangi asal keributan.Betapa terkejutnya Dayva saat mengetahui jika yang di maki gadis itu adalah Amel. Awalnya Dayva diam saja karena dia ingin tau apa yang akan di lakukan Amel. Tapi, melihat Amel yang hanya mengucapkan kata maaf saja membuat Dayva emosi, tanpa sadar langkah kaki mendekati Amel. Menyuruh Amel pergi dan menyerahkan masalahnya kepada Dayva.Amel yang di bentak oleh Dayva memilih pergi. Tapi, dia bingung harus berjalan kemana hingga langkah kakinya melewati depan toilet. Dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sana. Di depan wastafel terdengar samar-samar dua orang perempuan sedang berbicara,"Eh.. menurut mu pacar Dayva sekarang gimana?" tanya Yuk
"Mel ... Mel ... maaf ," pinta Dayva, dengan suara yang keluar sedikit tinggi. Saat Amel berlari meninggalkan dirinya."Bodoh ... Bodoh ...," Dayva memaki dirinya sendiri atas perbuatan. Memukul kepala dengan tangannya dan juga menjambak rambutnya sendiri. Merasa bersalah karena tidak dapat menahan rasa teramat besar ingin selalu melumat bibir berwarna merah jambu itu.Setelah menyesali perbuatannya dia beranjak untuk mencari Amel, dia berjalan menyusuri pinggiran pantai. Cahaya yang masih minim membuat Dayva sulit menemukan Amel.Namun, suara teriakan seorang gadis yang dia yakini itu suara Amel, membuat dia berlari ke arah sumber suara. Apalagi dia melihat Amel yang telah di tampar oleh seseorang lelaki yang tidak dia kenal. Aliran darah Dayva terasa cepat, hawa panas mulai memuncak dari dalam tubuh.Dayva berlari mendekati mereka lalu dari arah belakang dia menjambak rambut lelaki mabuk itu, hingga jatuh di atas pasir kemudian dengan cepat menindih perut
Dayva sudah berdiri di depan apartemen sambil menyandarkan tubuhnya di samping mobil hitam kesayangannya. Memakai celana jins, kemeja berwarna hitam yang lengan kemejanya sudah tekuk hingga siku, dan tak lupa kacamata hitam bertengger di atas hidung mancungnya. Tangannya memegang ponsel kemudian menekan tombol panggilan pada ponselnya. Tapi sayang, panggilan pertama hingga panggilan ketiga tidak ada jawaban. Dayva tidak menyerah, dia kembali melakukan panggilan telepon ke empat kalinya dan penantiannya terjawab."Ha-halo... ," suara panggilan terjawab dari ujung ponselnya."Kau lama sekali! dari mana saja kau?" tanya Dayva menahan amarah."Ma-maaf, aku tadi di kamar mandi," jawab Amel."Kamar mandi?" senyum Dayva mengembang, amarahnya juga menghilang mendengar jawaban itu otak Dayva mulai mesum."Jangan berpikiran mesum!" balas gadis di seberang telepon seolah tau isi pikiran Dayva."Kenapa jika aku berpikiran mesum? lagi pula aku sudah pern
Dasar tukang pemaksa, dia benar-benar gila menutup pintu dan menyuruh ku membereskan apartemennya," maki Amel setelah menerima telepon dari Dayva.Sesekali dia menyigarkan rambutnya dan menjambaknya lalu sesekali juga dia melihat keatap sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Dia juga beberapa kali mengusap wajahnya. Sangat terlihat jika dia merasa kesal dengan sikap pemilik kamar itu yang seenaknya sendiri."Kalau saja aku tadi tidak lari kedalam kamar, pasti tidak akan seperti ini," lanjut Amel menyesali tindakannya.Hingga sebuah pesan WhatsApp masuk kedalam ponsel Amel. Tanpa perlu Amel membuka wa, dia sudah bisa membaca pesan tersebut,'Bersihkan apartemen ku sekalian kau masak makan malam untuk ku, kau tidak akan bisa keluar, sebelum aku kembali,'Isi pesan yang sama dengan yang Dayva ucapkan di telepon tadi.Pertama Amel pun memulai membersihkan kamar yang dia tempati semalam. Dia mengganti Seprai yang kotor dan basah karena
Dayva menyandarkan tubuhnya di kursi kantornya, dia masih teringat kejadian dua jam lalu, mungkin jika Toni tidak menelepon dia masih bersama dengan Amel.Sesekali Dayva menyentuh bibirnya. Meskipun hanya beberapa detik, ciuman itu masih terasa lembut saat bibirnya menyentuh perlahan bibir Amel. Meskipun ini bukan ciuman pertama Dayva dengan lawan jenis tapi ciuman tadi pagi terasa berbeda. Apalagi Amel tak membalas ciumannya sangat berbeda saat dia berciuman dengan gadis lain yang dengan mudah Dayva dapat mengakses seluruh bibir bahkan tubuh mereka. Hal itu membuat dia gila karena terus memikirkan Amel. Dari ciuman itu Dayva dapat merasakan ketakutan dan juga kecemasaan yang Amel rasakan.Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunannya."Kau ini gak bisa ketuk pintu dulu?" tanya Dayva kesal saat Toni masuk kedalam ruang kantornya."Aku sudah mengetuknya, kau saja tak dengar," jawab Toni dengan senyuman, seolah tidak ada rasa bersalah."Kau itu gak di
Dayva yang terbangun dari tidurnya, merabah sisi tempat tidurnya. Tidak merasakan sosok tubuh Amel, Dayva beranjak dari tempat tidur. Berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Amel sambil sesekali memanggil nama Amel, tapi tidak ada jawaban.Dari balik pintu kamar mandi, terdengar suara memericik air. Dayva sangat yakin jika Amel berada di kamar mandi. Dayva menunggu hingga Amel keluar. Sudah hampir sepuluh puluh menit Dayva menunggu. Namun, Amel tak kunjung keluar. Akhirnya Dayva mengetuk pintu."Amelll.. kau di dalam?" tanya DayvaKetukan pertama, tak ada jawaban. Dayva mencoba lagi."Kalau di dalam jawab dong..!"Sekali lagi tak ada jawaban. Dayva mulai merasa khawatir."Mel, ku panggil gak jawab, aku buka pintunya secara paksa!" ancam Dayva. Tapi, tetaptidak ada jawaban.Dayva mencari kunci cadangan kamar mandi di dalam lemari. Setelah menemukan kunci Dayva bergegas membuka pintu kamar mandi.CklekPintu kama
Dari tempatnya berdiri Dayva dapat mendengar pecahan gelas dan suara makian seorang gadis. Dayva, Tirta, dan Bisma yang penasaran dengan keributan itu memilih mendatangi sumber suara. Tak hanya mereka bertiga para tamu undang yang lain juga ikut. Bahkan Alan dan Rena sang pemilik acara juga ikut mendatangi asal keributan.Betapa terkejutnya Dayva saat mengetahui jika yang di maki gadis itu adalah Amel. Awalnya Dayva diam saja karena dia ingin tau apa yang akan di lakukan Amel. Tapi, melihat Amel yang hanya mengucapkan kata maaf saja membuat Dayva emosi, tanpa sadar langkah kaki mendekati Amel. Menyuruh Amel pergi dan menyerahkan masalahnya kepada Dayva.Amel yang di bentak oleh Dayva memilih pergi. Tapi, dia bingung harus berjalan kemana hingga langkah kakinya melewati depan toilet. Dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sana. Di depan wastafel terdengar samar-samar dua orang perempuan sedang berbicara,"Eh.. menurut mu pacar Dayva sekarang gimana?" tanya Yuk
Tidak seperti biasanya Amel membeli beberapa kebutuhan yang dia perlukan di sebuah supermarket. Supermarket itu berjarak lumayan jauh dari apartemen miliknya. Tujuan dia hanya untuk menjauh dari Dayva yang sudah tiga hari ini selalu menekan bel apartemen tak perduli siang ataupun malam hari.Sudah hampir sepuluh menit Amel mengantri di depan kasir. Tapi tiba-tiba dari belakang, penutup kepala jaket yang dia kenakan ditarik oleh Dayva secara paksa keluar dari antrian kasir. Lelaki itu juga meletakan barang belanjaan Amel di sembarang tempat. Dia tidak perduli pandangan orang-orang yang melihat aksinya. Lelaki yang beberapa hari ini berusaha dia hindari.Amel bermaksud untuk melepaskan tangan lelaki itu dari penutup kepala jaketnya, tapi hal itu sangat sulit karena Dayva menariknya lumayan tinggi apalagi ukuran tinggi badan Amel yang bisa dikatakan kurang, sambil berkata,"Ka-kau mau apa? le-lepaskan jaket ku!""Kenapa berbelanja disini?" Dayva melepaskan t
"Siapa lagi yang datang malam-malam begini?" gumam Amel sambil melangkah kearah pintu.Saat membuka pintu Amel terkejut dengan kedatangan Dayva sekali lagi."Ada apa lagi?" tanya Amel"Ini..." tunjuk Dayva kearah tangan yang membawa bungkusan makan.Dayva menerobos masuk kedalam, kemudian meletakan makannya diatas meja. Amel mengikuti arah Dayva meletakan makannya. Awalnya Amel cuma melirik makananya kemudian Dayva membuka makan tersebut yang membuat perut Amel bertambah lapar dan menelan ludahnya. Dayva melihat kelakuan amel menyuruh untuk segera makan."Ayo dimakan! aku tau kau lapar," tawarkan makanan."Aku tidak lapar kok," ucap Amel mencoba untuk mengelak."Kau itu selalu saja menutupi, sudah jelas-jelas perut mu lapar, lihat dari tadi kau memegang perut mu,"Amel yang mendengar ucapan Dayva terdiam. Hingga terdengar suara cacing dalam perutnya bernyanyi."Aku sudah mendengar cacing dalam perutmu sudah berbuny
Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos."Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva."Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang