Share

Lima

Author: zinny
last update Last Updated: 2021-07-08 03:54:45

Dayva berjalan keluar menuju basement apartemen, dia mengambil benda pipih yang berlogo sebuah apel tergigit dan selembar kartu nama di kantong celananya, kemudian memencet tombol di layar apel tergigit sesuai nomer kartu nama tersebut.

Dering pertama belum ada jawaban, dering kedua juga belum ada jawaban, hingga suara dering ketiga terdengar suara seorang perempuan di ujung handphone.

"Halo, Aku Dayva?" sapa Dayva pada perempuan tersebut.

"Hari ini kita bisa bertemu?" 

"Oke, kita bertemu di cafe itu satu jam lagi," lanjut Dayva berbicara pada perempuan tersebut.

Dayva melajukan mobilnya, menjauh dari apartemen Amel, menuju tempat bertemu perempuan itu.

Karena jalanan sudah tidak macet, sekitar empat puluh lima menit jarak yang ditempuh Dayva untuk sampai di cafe tersebut. Mobil Dayva berhenti di depan sebuah Cafe. Saat memasuki cafe Dayva mencari sosok orang yang telah membuat janji dengannya, tapi sayang orang tersebut belum datang. Akhirnya Dayva memutuskan untuk duduk di depan jendela besar menghadap jalan raya.

Cafe ini memang sudah terkenal hampir di semua kalangan, apalagi letaknya yang berada di pinggir jalan besar, memudahkan orang untuk menemukannya. Gaya desain cafe yang unik juga membuat sebagian orang tertarik untuk sekedar singgah sejenak.

Cafe itu hampir seluruh sisi bangunan memakai kaca transparan, di tambah beberapa daun yang menjalar dan menutupi sebagian kaca, beralaskan kayu, dengan lampu-lampu yang menggantung di atas. Di depan bartender terdapat gantungan pot bunga berukuran kecil. Di sudut cafe terdapat pohon tua yang sudah kering, di sampingnya juga terdapat beberapa deret rak buku yang disusun berbentuk hati. Cafe ini sangat cocok untuk para instragrammer.

Seorang perempuan memasuki cafe dengan rambut panjang sepunggung yang di urai dan masih memakai baju kerja yang sama terakhir kali meraka bertemu. Dewi. Gadis yang di tunggu Dayva dari tadi. Dia berjalan diiringi suara ketukan sepatu high hillnya di lantai kayu tersebut kearah tempat duduk Dayva.

"Maaf, lama nunggu ya?" Sapa perempuan itu sambil duduk di depan Dayva.

"Gak seberapa lama, kira-kira cuma sepuluh menit kok," jawab Dayva, melirik jam di tangannya

"Eh... kita pesan makan dulu ya.. aku laper belum sempat makan dari tadi,"

"Oke," tanda setuju dari Dayva, melambaikan tangan untuk memanggil waiters di cafe tersebut.

Setelah memesan beberapa makanan. Dayva mulai bertanya, "Ceritakan kepada ku semua hal tentang Amel!"

"Sebelum aku memberitahu, boleh aku bertanya sesuatu?" 

"Apa?"

"Kenapa kau sangat ingin mengenal soal Amel?"

"Aku tidak tau, hanya saja bagi ku, dia membuat ku semakin tertarik padanya,"

"Apa kau akan mempermainkannya?"

"Tidak, aku tahu rasanya di permainkan, buat apa aku harus mempermainkan Amel,"

"Baiklah, aku akan sedikit percaya padamu, tapi jika kau mempermainkannya akan beri kau suntik mati,"

"Terserah kau saja,"

"Amel menderita antrofobia yaitu fobia kecemasan sosial  yang membuat Amel kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, kau ingat saat dia pingsan kemarin, itu terjadi kalau dia terlalu takut," jelas Dewi

"Lalu bagaimana cara dia bisa sembuh?"

"Dia harus melakukan terapi, untuk menghilangkan rasa takutnya,"

"Terus kenapa dia tidak menjalankan terapi?"

"Dulu dia sering melakukan terapi, tapi sudah enam bulan ini dia tak pernah datang lagi,"

"Kenapa?"

"Aku tidak tau, aku sudah membujuknya berkali-kali, tapi dia tetep tidak mau, malahan dia menganti nomer teleponnya untuk menghindar dari ku,"

Seorang waiters datang memotong pembicaraan mereka, di tangannya membawa beberapa makanan, sambil berkata, "Permisi, pesanan makanannya, Tuan,"

Meletakkan satu persatu makanan tersebut di atas meja.

"Semua sudah tersedia sesuai pesan, Tuan," lanjut waiters tersebut, kemudian menjauh dari meja mereka.

"Makan dulu, Wi," ajak Dayva.

"..." tanpa menjawab Dewi sudah menyantap makan yang berada di atas meja dengan lahap.

"Lalu, apa tidak ada cara lain?"

"Sebetulnya tanpa dia melakukan terapi juga bisa, yang harus kita lakukan merubah pikirannya dan membuat dia percaya dengan orang lain,"

"Kenapa kau tidak melakukannya?"

"Hei.., meskipun aku sahabatnya, tetap saja aku belum bisa membuat Amel percaya pada ku sepenuhnya, apalagi dia tipe orang yang tidak mudah di paksa,"

"Sahabat macam apa kau?"

"Kau tak tahu bagaimana susahnya dia untuk di dekati?"

"Maksudnya?"

"Katanya temen-teman SMA dulu, dia tidak seperti itu, setelah ibunya meninggal dia jadi makin tertutup, dan aku mengenalnya setelah ibunya meninggal,"

"Sebenarnya apa yang membuat dia seperti itu?"

"Aku sering menemani dia terapis, saat mulai menghipnotisnya, dia tidak bercerita malahan menangis terus menerus, kemudian terbangun tanpa perintah,"

"Kenapa bisa begitu?"

"Aku tidak tau, Dr.Ayu saja sampai kesulitan menghadapinya,"

"Dokter Ayu?"

"Dia dokter yang menangani Amel, aku yang mengenalnya, Ayu teman ku waktu kuliah kedokteran dulu,"

"..."

"Sudahlah, yang penting sekarang kita harus bisa membuat Amel sembuh, apa kau akan benar-benar membantu Amel?"

"Aku akan mencobanya!"

Dayva yang merasa kasihan memutuskan untuk membantu Amel sembuh dari fobianya.

Saat Dayva membayar makanan di kasir, dari belakang Dayva mendengar seseorang menyapanya, sebuah suara yang sudah di hafalnya muncul. Suara seseorang yang telah mengkhianatinya. Alan.

"Oh, kebetulan yang sangat menarik, bisa bertemu dengan mu disini,"

"Bagi mu keberuntungan tapi, bagi ku sebuah kesialan,"

"Jangan begitu, apa kau tidak ingat indahnya masa pertemanan kita?"

"Cih, kau masih bisa berkata kita berteman! hei... seorang teman tidak akan merebut pacar temannya! apa kau tidak malu melakukannya?"

"Aku tidak merebut Rena dari sisimu, Sayangnya Rena sendiri lebih memilih aku dari pada kau,"

Dayva yang mendengar kata-kata Alan amarahnya sudah akan meledak, tapi dia tahan karena Dayva sadar saat ini masih berada di dalam cafe.

"Kebetulan kita bertemu disini, Aku akan bertunangan dengan Rena, Aku akan sangat senang jika kau mau datang," ejek Alan merasa menang.

"Kau kirim undangannya ke kantor dan tenang saja, Aku pasti akan datang!"

Dayva meninggalkan Cafe dengan cepat, Dayva sampai lupa jika saat ini dia sedang bersama Dewi.

Dewi yang melihat Dayva keluar cafe, mengejarnya dengan berlari kecil.

"Day, tunggu, dia Alan kan?" panggil Dewi

"Iya, kau sendiri kenal dengannya?" jawab singkat Dayva

"Iya, dia pacar Rena kan?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku saudara tiri Rena, mereka akan bertunangan minggu ini,"

"Jika kau saudara tiri Rena! kenapa aku tidak pernah bertemu dengan mu?"

"Karena aku tidak tinggal satu rumah dengan orang tua ku dan juga Rena,"

"Kenapa?"

"Ceritanya panjang, sudahlah jangan di bahas lagi, jangan lupa segera bawa Amel terapi, aku kirim nomer telepon Dr.Ayu pada mu,"

"Ya.. ya.. ya..," jawab Dayva sambil mengangguk-angguk.

Kemudian mereka menuju mobil sendiri-sendiri dan pergi meninggalkan cafe tersebut.

Related chapters

  • Just alone   Enam

    Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos."Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva."Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang

    Last Updated : 2021-08-06
  • Just alone   Tujuh

    "Siapa lagi yang datang malam-malam begini?" gumam Amel sambil melangkah kearah pintu.Saat membuka pintu Amel terkejut dengan kedatangan Dayva sekali lagi."Ada apa lagi?" tanya Amel"Ini..." tunjuk Dayva kearah tangan yang membawa bungkusan makan.Dayva menerobos masuk kedalam, kemudian meletakan makannya diatas meja. Amel mengikuti arah Dayva meletakan makannya. Awalnya Amel cuma melirik makananya kemudian Dayva membuka makan tersebut yang membuat perut Amel bertambah lapar dan menelan ludahnya. Dayva melihat kelakuan amel menyuruh untuk segera makan."Ayo dimakan! aku tau kau lapar," tawarkan makanan."Aku tidak lapar kok," ucap Amel mencoba untuk mengelak."Kau itu selalu saja menutupi, sudah jelas-jelas perut mu lapar, lihat dari tadi kau memegang perut mu,"Amel yang mendengar ucapan Dayva terdiam. Hingga terdengar suara cacing dalam perutnya bernyanyi."Aku sudah mendengar cacing dalam perutmu sudah berbuny

    Last Updated : 2021-08-06
  • Just alone   Delapan

    Tidak seperti biasanya Amel membeli beberapa kebutuhan yang dia perlukan di sebuah supermarket. Supermarket itu berjarak lumayan jauh dari apartemen miliknya. Tujuan dia hanya untuk menjauh dari Dayva yang sudah tiga hari ini selalu menekan bel apartemen tak perduli siang ataupun malam hari.Sudah hampir sepuluh menit Amel mengantri di depan kasir. Tapi tiba-tiba dari belakang, penutup kepala jaket yang dia kenakan ditarik oleh Dayva secara paksa keluar dari antrian kasir. Lelaki itu juga meletakan barang belanjaan Amel di sembarang tempat. Dia tidak perduli pandangan orang-orang yang melihat aksinya. Lelaki yang beberapa hari ini berusaha dia hindari.Amel bermaksud untuk melepaskan tangan lelaki itu dari penutup kepala jaketnya, tapi hal itu sangat sulit karena Dayva menariknya lumayan tinggi apalagi ukuran tinggi badan Amel yang bisa dikatakan kurang, sambil berkata,"Ka-kau mau apa? le-lepaskan jaket ku!""Kenapa berbelanja disini?" Dayva melepaskan t

    Last Updated : 2021-08-07
  • Just alone   Sembilan

    Dari tempatnya berdiri Dayva dapat mendengar pecahan gelas dan suara makian seorang gadis. Dayva, Tirta, dan Bisma yang penasaran dengan keributan itu memilih mendatangi sumber suara. Tak hanya mereka bertiga para tamu undang yang lain juga ikut. Bahkan Alan dan Rena sang pemilik acara juga ikut mendatangi asal keributan.Betapa terkejutnya Dayva saat mengetahui jika yang di maki gadis itu adalah Amel. Awalnya Dayva diam saja karena dia ingin tau apa yang akan di lakukan Amel. Tapi, melihat Amel yang hanya mengucapkan kata maaf saja membuat Dayva emosi, tanpa sadar langkah kaki mendekati Amel. Menyuruh Amel pergi dan menyerahkan masalahnya kepada Dayva.Amel yang di bentak oleh Dayva memilih pergi. Tapi, dia bingung harus berjalan kemana hingga langkah kakinya melewati depan toilet. Dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sana. Di depan wastafel terdengar samar-samar dua orang perempuan sedang berbicara,"Eh.. menurut mu pacar Dayva sekarang gimana?" tanya Yuk

    Last Updated : 2021-08-07
  • Just alone   Sepuluh

    Dayva yang terbangun dari tidurnya, merabah sisi tempat tidurnya. Tidak merasakan sosok tubuh Amel, Dayva beranjak dari tempat tidur. Berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Amel sambil sesekali memanggil nama Amel, tapi tidak ada jawaban.Dari balik pintu kamar mandi, terdengar suara memericik air. Dayva sangat yakin jika Amel berada di kamar mandi. Dayva menunggu hingga Amel keluar. Sudah hampir sepuluh puluh menit Dayva menunggu. Namun, Amel tak kunjung keluar. Akhirnya Dayva mengetuk pintu."Amelll.. kau di dalam?" tanya DayvaKetukan pertama, tak ada jawaban. Dayva mencoba lagi."Kalau di dalam jawab dong..!"Sekali lagi tak ada jawaban. Dayva mulai merasa khawatir."Mel, ku panggil gak jawab, aku buka pintunya secara paksa!" ancam Dayva. Tapi, tetaptidak ada jawaban.Dayva mencari kunci cadangan kamar mandi di dalam lemari. Setelah menemukan kunci Dayva bergegas membuka pintu kamar mandi.CklekPintu kama

    Last Updated : 2021-08-07
  • Just alone   Sebelas

    Dayva menyandarkan tubuhnya di kursi kantornya, dia masih teringat kejadian dua jam lalu, mungkin jika Toni tidak menelepon dia masih bersama dengan Amel.Sesekali Dayva menyentuh bibirnya. Meskipun hanya beberapa detik, ciuman itu masih terasa lembut saat bibirnya menyentuh perlahan bibir Amel. Meskipun ini bukan ciuman pertama Dayva dengan lawan jenis tapi ciuman tadi pagi terasa berbeda. Apalagi Amel tak membalas ciumannya sangat berbeda saat dia berciuman dengan gadis lain yang dengan mudah Dayva dapat mengakses seluruh bibir bahkan tubuh mereka. Hal itu membuat dia gila karena terus memikirkan Amel. Dari ciuman itu Dayva dapat merasakan ketakutan dan juga kecemasaan yang Amel rasakan.Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunannya."Kau ini gak bisa ketuk pintu dulu?" tanya Dayva kesal saat Toni masuk kedalam ruang kantornya."Aku sudah mengetuknya, kau saja tak dengar," jawab Toni dengan senyuman, seolah tidak ada rasa bersalah."Kau itu gak di

    Last Updated : 2021-09-05
  • Just alone   12

    Dasar tukang pemaksa, dia benar-benar gila menutup pintu dan menyuruh ku membereskan apartemennya," maki Amel setelah menerima telepon dari Dayva.Sesekali dia menyigarkan rambutnya dan menjambaknya lalu sesekali juga dia melihat keatap sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Dia juga beberapa kali mengusap wajahnya. Sangat terlihat jika dia merasa kesal dengan sikap pemilik kamar itu yang seenaknya sendiri."Kalau saja aku tadi tidak lari kedalam kamar, pasti tidak akan seperti ini," lanjut Amel menyesali tindakannya.Hingga sebuah pesan WhatsApp masuk kedalam ponsel Amel. Tanpa perlu Amel membuka wa, dia sudah bisa membaca pesan tersebut,'Bersihkan apartemen ku sekalian kau masak makan malam untuk ku, kau tidak akan bisa keluar, sebelum aku kembali,'Isi pesan yang sama dengan yang Dayva ucapkan di telepon tadi.Pertama Amel pun memulai membersihkan kamar yang dia tempati semalam. Dia mengganti Seprai yang kotor dan basah karena

    Last Updated : 2021-09-07
  • Just alone   13. Pantai

    Dayva sudah berdiri di depan apartemen sambil menyandarkan tubuhnya di samping mobil hitam kesayangannya. Memakai celana jins, kemeja berwarna hitam yang lengan kemejanya sudah tekuk hingga siku, dan tak lupa kacamata hitam bertengger di atas hidung mancungnya. Tangannya memegang ponsel kemudian menekan tombol panggilan pada ponselnya. Tapi sayang, panggilan pertama hingga panggilan ketiga tidak ada jawaban. Dayva tidak menyerah, dia kembali melakukan panggilan telepon ke empat kalinya dan penantiannya terjawab."Ha-halo... ," suara panggilan terjawab dari ujung ponselnya."Kau lama sekali! dari mana saja kau?" tanya Dayva menahan amarah."Ma-maaf, aku tadi di kamar mandi," jawab Amel."Kamar mandi?" senyum Dayva mengembang, amarahnya juga menghilang mendengar jawaban itu otak Dayva mulai mesum."Jangan berpikiran mesum!" balas gadis di seberang telepon seolah tau isi pikiran Dayva."Kenapa jika aku berpikiran mesum? lagi pula aku sudah pern

    Last Updated : 2021-09-08

Latest chapter

  • Just alone   14. Pantai 2

    "Mel ... Mel ... maaf ," pinta Dayva, dengan suara yang keluar sedikit tinggi. Saat Amel berlari meninggalkan dirinya."Bodoh ... Bodoh ...," Dayva memaki dirinya sendiri atas perbuatan. Memukul kepala dengan tangannya dan juga menjambak rambutnya sendiri. Merasa bersalah karena tidak dapat menahan rasa teramat besar ingin selalu melumat bibir berwarna merah jambu itu.Setelah menyesali perbuatannya dia beranjak untuk mencari Amel, dia berjalan menyusuri pinggiran pantai. Cahaya yang masih minim membuat Dayva sulit menemukan Amel.Namun, suara teriakan seorang gadis yang dia yakini itu suara Amel, membuat dia berlari ke arah sumber suara. Apalagi dia melihat Amel yang telah di tampar oleh seseorang lelaki yang tidak dia kenal. Aliran darah Dayva terasa cepat, hawa panas mulai memuncak dari dalam tubuh.Dayva berlari mendekati mereka lalu dari arah belakang dia menjambak rambut lelaki mabuk itu, hingga jatuh di atas pasir kemudian dengan cepat menindih perut

  • Just alone   13. Pantai

    Dayva sudah berdiri di depan apartemen sambil menyandarkan tubuhnya di samping mobil hitam kesayangannya. Memakai celana jins, kemeja berwarna hitam yang lengan kemejanya sudah tekuk hingga siku, dan tak lupa kacamata hitam bertengger di atas hidung mancungnya. Tangannya memegang ponsel kemudian menekan tombol panggilan pada ponselnya. Tapi sayang, panggilan pertama hingga panggilan ketiga tidak ada jawaban. Dayva tidak menyerah, dia kembali melakukan panggilan telepon ke empat kalinya dan penantiannya terjawab."Ha-halo... ," suara panggilan terjawab dari ujung ponselnya."Kau lama sekali! dari mana saja kau?" tanya Dayva menahan amarah."Ma-maaf, aku tadi di kamar mandi," jawab Amel."Kamar mandi?" senyum Dayva mengembang, amarahnya juga menghilang mendengar jawaban itu otak Dayva mulai mesum."Jangan berpikiran mesum!" balas gadis di seberang telepon seolah tau isi pikiran Dayva."Kenapa jika aku berpikiran mesum? lagi pula aku sudah pern

  • Just alone   12

    Dasar tukang pemaksa, dia benar-benar gila menutup pintu dan menyuruh ku membereskan apartemennya," maki Amel setelah menerima telepon dari Dayva.Sesekali dia menyigarkan rambutnya dan menjambaknya lalu sesekali juga dia melihat keatap sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Dia juga beberapa kali mengusap wajahnya. Sangat terlihat jika dia merasa kesal dengan sikap pemilik kamar itu yang seenaknya sendiri."Kalau saja aku tadi tidak lari kedalam kamar, pasti tidak akan seperti ini," lanjut Amel menyesali tindakannya.Hingga sebuah pesan WhatsApp masuk kedalam ponsel Amel. Tanpa perlu Amel membuka wa, dia sudah bisa membaca pesan tersebut,'Bersihkan apartemen ku sekalian kau masak makan malam untuk ku, kau tidak akan bisa keluar, sebelum aku kembali,'Isi pesan yang sama dengan yang Dayva ucapkan di telepon tadi.Pertama Amel pun memulai membersihkan kamar yang dia tempati semalam. Dia mengganti Seprai yang kotor dan basah karena

  • Just alone   Sebelas

    Dayva menyandarkan tubuhnya di kursi kantornya, dia masih teringat kejadian dua jam lalu, mungkin jika Toni tidak menelepon dia masih bersama dengan Amel.Sesekali Dayva menyentuh bibirnya. Meskipun hanya beberapa detik, ciuman itu masih terasa lembut saat bibirnya menyentuh perlahan bibir Amel. Meskipun ini bukan ciuman pertama Dayva dengan lawan jenis tapi ciuman tadi pagi terasa berbeda. Apalagi Amel tak membalas ciumannya sangat berbeda saat dia berciuman dengan gadis lain yang dengan mudah Dayva dapat mengakses seluruh bibir bahkan tubuh mereka. Hal itu membuat dia gila karena terus memikirkan Amel. Dari ciuman itu Dayva dapat merasakan ketakutan dan juga kecemasaan yang Amel rasakan.Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunannya."Kau ini gak bisa ketuk pintu dulu?" tanya Dayva kesal saat Toni masuk kedalam ruang kantornya."Aku sudah mengetuknya, kau saja tak dengar," jawab Toni dengan senyuman, seolah tidak ada rasa bersalah."Kau itu gak di

  • Just alone   Sepuluh

    Dayva yang terbangun dari tidurnya, merabah sisi tempat tidurnya. Tidak merasakan sosok tubuh Amel, Dayva beranjak dari tempat tidur. Berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Amel sambil sesekali memanggil nama Amel, tapi tidak ada jawaban.Dari balik pintu kamar mandi, terdengar suara memericik air. Dayva sangat yakin jika Amel berada di kamar mandi. Dayva menunggu hingga Amel keluar. Sudah hampir sepuluh puluh menit Dayva menunggu. Namun, Amel tak kunjung keluar. Akhirnya Dayva mengetuk pintu."Amelll.. kau di dalam?" tanya DayvaKetukan pertama, tak ada jawaban. Dayva mencoba lagi."Kalau di dalam jawab dong..!"Sekali lagi tak ada jawaban. Dayva mulai merasa khawatir."Mel, ku panggil gak jawab, aku buka pintunya secara paksa!" ancam Dayva. Tapi, tetaptidak ada jawaban.Dayva mencari kunci cadangan kamar mandi di dalam lemari. Setelah menemukan kunci Dayva bergegas membuka pintu kamar mandi.CklekPintu kama

  • Just alone   Sembilan

    Dari tempatnya berdiri Dayva dapat mendengar pecahan gelas dan suara makian seorang gadis. Dayva, Tirta, dan Bisma yang penasaran dengan keributan itu memilih mendatangi sumber suara. Tak hanya mereka bertiga para tamu undang yang lain juga ikut. Bahkan Alan dan Rena sang pemilik acara juga ikut mendatangi asal keributan.Betapa terkejutnya Dayva saat mengetahui jika yang di maki gadis itu adalah Amel. Awalnya Dayva diam saja karena dia ingin tau apa yang akan di lakukan Amel. Tapi, melihat Amel yang hanya mengucapkan kata maaf saja membuat Dayva emosi, tanpa sadar langkah kaki mendekati Amel. Menyuruh Amel pergi dan menyerahkan masalahnya kepada Dayva.Amel yang di bentak oleh Dayva memilih pergi. Tapi, dia bingung harus berjalan kemana hingga langkah kakinya melewati depan toilet. Dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sana. Di depan wastafel terdengar samar-samar dua orang perempuan sedang berbicara,"Eh.. menurut mu pacar Dayva sekarang gimana?" tanya Yuk

  • Just alone   Delapan

    Tidak seperti biasanya Amel membeli beberapa kebutuhan yang dia perlukan di sebuah supermarket. Supermarket itu berjarak lumayan jauh dari apartemen miliknya. Tujuan dia hanya untuk menjauh dari Dayva yang sudah tiga hari ini selalu menekan bel apartemen tak perduli siang ataupun malam hari.Sudah hampir sepuluh menit Amel mengantri di depan kasir. Tapi tiba-tiba dari belakang, penutup kepala jaket yang dia kenakan ditarik oleh Dayva secara paksa keluar dari antrian kasir. Lelaki itu juga meletakan barang belanjaan Amel di sembarang tempat. Dia tidak perduli pandangan orang-orang yang melihat aksinya. Lelaki yang beberapa hari ini berusaha dia hindari.Amel bermaksud untuk melepaskan tangan lelaki itu dari penutup kepala jaketnya, tapi hal itu sangat sulit karena Dayva menariknya lumayan tinggi apalagi ukuran tinggi badan Amel yang bisa dikatakan kurang, sambil berkata,"Ka-kau mau apa? le-lepaskan jaket ku!""Kenapa berbelanja disini?" Dayva melepaskan t

  • Just alone   Tujuh

    "Siapa lagi yang datang malam-malam begini?" gumam Amel sambil melangkah kearah pintu.Saat membuka pintu Amel terkejut dengan kedatangan Dayva sekali lagi."Ada apa lagi?" tanya Amel"Ini..." tunjuk Dayva kearah tangan yang membawa bungkusan makan.Dayva menerobos masuk kedalam, kemudian meletakan makannya diatas meja. Amel mengikuti arah Dayva meletakan makannya. Awalnya Amel cuma melirik makananya kemudian Dayva membuka makan tersebut yang membuat perut Amel bertambah lapar dan menelan ludahnya. Dayva melihat kelakuan amel menyuruh untuk segera makan."Ayo dimakan! aku tau kau lapar," tawarkan makanan."Aku tidak lapar kok," ucap Amel mencoba untuk mengelak."Kau itu selalu saja menutupi, sudah jelas-jelas perut mu lapar, lihat dari tadi kau memegang perut mu,"Amel yang mendengar ucapan Dayva terdiam. Hingga terdengar suara cacing dalam perutnya bernyanyi."Aku sudah mendengar cacing dalam perutmu sudah berbuny

  • Just alone   Enam

    Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos."Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva."Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status