Share

TIGA

Penulis: zinny
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-04 09:25:12

"Toni, masuk kantor ku sekarang!" perintah Davya dari dalam ruang kantor

Tok

Tok

Tok

​Toni mengetuk pintu kantor Dayva.

"Masuk!" perintah Dayva lagi.

Toni membuka pintu, kemudian berdiri di depan Dayva.

"Ada apa bos manggil aku?" 

"Kau kenal ma cewek yang baru aja kesini?" 

Dengan dagu yang di topang dengan kedua tangannya Dayva menunggu jawaban dari Toni.

"Aku gak tau namanya bos, tapi dia kesini satu minggu sekali dan selalu malam hari kaya tadi malam," jelas Toni

"Oke kalau begitu kamu boleh pergi!" usir Dayva kepada Toni.

"Siap bos," jawab Toni sambil melangkah pergi.

"Kirain mau naikin gaji, ternyata tanya soal cewek," cibir Toni saat keluar dari kantor Dayva

"Aku denger Ton, gaji mu gak aku tambah, malahan aku kurangin,"

"Lah...jangan bos, maaf," mendengar ucapan Dayva, Toni masuk lagi ke dalam kantor, dengan kedua telapak tangan menyatu. Tanda minta maaf. Dan duduk di depan Dayva.

"Kau itu kalau masalah duit cepet banget minta maafnya," ucap Dayva tersenyum melihat ulah dari sahabat sekaligus pegawainya.

"Gimana ya? Soalnya ini menyangkut kebutuhan hidup," jawab Toni sambil tersenyum.

"Eh.. kalau cewek barusan ke sini lagi beritahu aku ya..," pinta Dayva

"Oke..., tapi Rena mau kau taruh mana?"

"Ku buang, udahlah jangan bahas Rena!"

"Lagi bertengkar ma dia?"

"Bukan bertengkar lagi, aku udah putus ma dia,"

"Lah.., kenapa? bukannya kau mau kasih cincin ke dia?"

"Rena selingkuh ma Alan,"

"Apa? Rena selingkuh? Ma Alan?" tanya Toni, yang tiba-tiba berdiri dari kursi.

"Iya.., iya.., kau tak dengar aku ngomong apa tadi? kau tanya lagi, aku potong gaji kau! ini waktunya jam kerja bukan jam istirahat!" tegas Dayva.

"Iya... Iya.. bos!" sahut Toni sambil keluar dari ruang kerja Dayva.

*****

Semenjak perkenalan dengan Amel, Dayva sering terbayang wajah Amel. Dia merasa Amel berbeda dengan gadis lain, apalagi Rena mantan pacarnya. Gadis lain akan berusaha mendekatinya dan selalu bersikap agresif, belum lagi dengan cara mereka berpenampilan terlalu terbuka.

Dayva merasa berbeda dengan Amel, tubuh yang kecil, hodie yang kebesaran, wajah tanpa make up, sikapnya yang sedikit malu-malu dan yang paling membuat Dayva senang adalah suaranya yang lembut seperti spon cake. Bahkan satu minggu ini Dayva tak bisa berkerja dengan tenang. Amel seperti candu sulit untuk melepaskan pikirannya dari Amel, Dayva berharap bisa cepat bertemu Amel lagi.

Hampir tiap malam dalam satu minggu ini, Dayva menunggu kedatangan Amel di mini  marketnya dan malam ini Dayva mulai percaya ucapan Toni karena Dayva melihat Amel sedang memilih barang-barang belanjaannya.

Karena mini market sudah mulai sepi. Dayva yang melihat Amel akan menuju kasir, segera dia bergegas menuju kasir terlebih dahulu.

Dayva melihat Toni akan mendekat kemudian Dayva memberi isyarat tangan yang di kibas-kibas kepada Toni untuk menjauh dari meja kasir. Toni pun mengerti isyarat dari bosnya, dia memilih pergi karena ini perintah bosnya.

Amel meletakan barang belanjaannya di atas meja kasir.

"Hai, kita ketemu lagi," sapa Dayva dengan senyumnya.

"...." Amel melihat Dayva dan mengangukan kepala.

"Ini saja belanjanya, ada yang diperlukan lagi?"

"...." Amel menggelengkan kepalanya.

"Totalnya Rp.400.000,"

"..." Amel menyerahkan uangnya kepada Dayva.

"Kalau mau kita bisa mengobrol dicafe depan sana," tunjuk Dayva kearah cafe sebrang mini market.

"..." Amel menggelengkan kepala, dia mengambil barang belanjaannya dan keluar dari mini market

Disisi lain Toni yang diam-diam memperhatikan tingkah laku bosnya, merasa terhibur dengan kejadian tersebut karena baru kali ini dia melihat ada gadis yang menolak ajakan dari bosnya.

"Mang enak di cuekin," gumum Toni sambil ketawa pelan menutup mulutnya.

Kemudian Toni bergegas menuju meja kasir yang sudah ditinggalkan Dayva.

Dayva yang tidak di hiraukan Amel, mengambil topi milik Toni di bawa meja kasir. Dayva memilih diam-diam mengikuti Amel dari belakang. Saat Amel menoleh Dayva akan bersembunyi.

*****

Dua hari kemudian..

Amel masih berkutat dengan layar laptop yang menampilkan destinasi pariwisata, sebetulnya Amel ingin jalan-jalan ketempat-tempat tersebut, tapi dia masih belum ada keberanian. Entahlah kapan keberaniaan Amel akan muncul.

"Suatu hari aku pasti akan kesana," gumam Amel sambil tersenyum.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan Amel masih belum memejamkan mata. Hingga suara bell terdengar membuyarkan konsentasinya. Amel berfikir mungkin suara itu dari bell rumah tetangganya. Namun begitu bell kembali berbunyi, dan Amel yakin jika itu bell rumahnya.  Amel berfikir kembali, dia tidak memesan makan online, akhirnya Amel beranjak menuju pintu.

Setelah melihat dari balik tirai, Amel merasa tidak mengenal orang tersebut, untuk berjaga-jaga Amel ngambil tongkat bisbol dan memegangnya erat-erat.

Bell kembali berbunyi untuk ketiga kalinya, Amel memberanikan diri untuk membuka sedikit pintu. Tanpa sadar tongkat bisbol yang di pegang Amel mendarat di kepala Dayva.

Dhuak!

Dhuak!

Dhuak!

Terdengar pukulan di kepala Dayva hingga tiga kali.

"Aduh! aduh! aduh!" rintih Dayva kesakitan sambil memegang kepalanya

Amel yang tidak tau harus berbuat apa, secara reflek menutup pintu kembali dan tidak menghiraukan Dayva yang masih merintih kesakitan.

"Untuk apa dia kesini? apa masih ada barang aku yang tertinggal disana? bagaimana dia bisa menemukan apartemen ku? padahal di dompet ku tidak ada alamat apartemen ini? bagaimana keadaan laki-laki itu? apa dia baik-baik saja setelah aku pukul? apa mungkin dia sudah mati?" tanya Amel pada diri sendri.

"Tidak.., tidak.. tidak mungkin dia mati cuma gara-gara aku pukul?" lanjut tanya Amel lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Kemudian Amel mengintip dari balik tirai, untuk memastikan keadaan Dayva.  Tapi setelah di lihat lagi Dayva sudah tidak berada disana. Karena masih ragu, Amel memutuskan untuk membuka sedikit pintu apartemennya, tapi sekali lagi dia tidak menemukan Dayva. Amel menutup pintu kembali dan duduk di balik pintu.

Tanpa sadar dia sudah duduk selama tiga puluh menit di depan pintu. Amel mulai bangkit dan meletakan tongkat bisbolnya. Tapi rasa cemas itu tidak berhenti karena berbagai pertanyaan masih melintas di pikirannya. Amel yang bertambah rasa gelisah, dia berjalan mondar-mandir, sekali-kali dia meremas rambut dan menggigit jari kuku tangannya. Tidak kuat dengan isi pikirannya, Amel memilih menuju kamar untuk meminum obatnya, menenangkan diri dan merebahkan tubuhnya, kemudian Amel mulai bisa tidur.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
yah abiiiiis,penasaran sama lanjutannya (T-T ) kakak ada sosmed ga? aku pingin follow biar bisa keep up ama cerita2nya kakak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Just alone   Empat

    Toni mengikuti Dayva, karena melihat Dayva masuk kekantor sambil memegang kepalanya."Ambilkan aku obat!""Kau kenapa?""Habis dipukul orang pakek tongkat bisbol,"Terdengar suara tawa Toni sangat keras, Dayva yang melihat Toni ketawa lebih memilih memalingkan muka."Puas-puasin kau ketawa, entar aku potong gaji mu," mendapat ancam seperti itu Toni berusaha menahan tawanya."Udahlah, ambilin aku obat, pusing kepala ku,"Sepuluh menit kemudian Toni datang membawa kotak obat, lalu membantu Dayva membersihkan lukanya."Gila tu cewek, aku bela-belain datang ke apartemennya cuma mau kenalan, tapi malahan aku di pukul pakek tongkat bisbol," cerita Dayva dengan satu tarikan nafas"Kau mungkin ngomong sesuatu yang nyinggung perasaannya?""Aku? aku belum ngomng apa-apa, aku cuma mencet bell apartemennya sampai tiga kali, terus pintunya terbuka tiba-tiba kepala aku dipukul,""Terus cewek itu gimana?""Cewek tu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Just alone   Lima

    Dayva berjalan keluar menuju basement apartemen, dia mengambil benda pipih yang berlogo sebuah apel tergigit dan selembar kartu nama di kantong celananya, kemudian memencet tombol di layar apel tergigit sesuai nomer kartu nama tersebut.Dering pertama belum ada jawaban, dering kedua juga belum ada jawaban, hingga suara dering ketiga terdengar suara seorang perempuan di ujung handphone."Halo, Aku Dayva?" sapa Dayva pada perempuan tersebut."Hari ini kita bisa bertemu?""Oke, kita bertemu di cafe itu satu jam lagi," lanjut Dayva berbicara pada perempuan tersebut.Dayva melajukan mobilnya, menjauh dari apartemen Amel, menuju tempat bertemu perempuan itu.Karena jalanan sudah tidak macet, sekitar empat puluh lima menit jarak yang ditempuh Dayva untuk sampai di cafe tersebut. Mobil Dayva berhenti di depan sebuah Cafe. Saat memasuki cafe Dayva mencari sosok orang yang telah membuat janji dengannya, tapi sayang orang tersebut belum datang. A

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Just alone   Enam

    Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos."Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva."Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Just alone   Tujuh

    "Siapa lagi yang datang malam-malam begini?" gumam Amel sambil melangkah kearah pintu.Saat membuka pintu Amel terkejut dengan kedatangan Dayva sekali lagi."Ada apa lagi?" tanya Amel"Ini..." tunjuk Dayva kearah tangan yang membawa bungkusan makan.Dayva menerobos masuk kedalam, kemudian meletakan makannya diatas meja. Amel mengikuti arah Dayva meletakan makannya. Awalnya Amel cuma melirik makananya kemudian Dayva membuka makan tersebut yang membuat perut Amel bertambah lapar dan menelan ludahnya. Dayva melihat kelakuan amel menyuruh untuk segera makan."Ayo dimakan! aku tau kau lapar," tawarkan makanan."Aku tidak lapar kok," ucap Amel mencoba untuk mengelak."Kau itu selalu saja menutupi, sudah jelas-jelas perut mu lapar, lihat dari tadi kau memegang perut mu,"Amel yang mendengar ucapan Dayva terdiam. Hingga terdengar suara cacing dalam perutnya bernyanyi."Aku sudah mendengar cacing dalam perutmu sudah berbuny

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Just alone   Delapan

    Tidak seperti biasanya Amel membeli beberapa kebutuhan yang dia perlukan di sebuah supermarket. Supermarket itu berjarak lumayan jauh dari apartemen miliknya. Tujuan dia hanya untuk menjauh dari Dayva yang sudah tiga hari ini selalu menekan bel apartemen tak perduli siang ataupun malam hari.Sudah hampir sepuluh menit Amel mengantri di depan kasir. Tapi tiba-tiba dari belakang, penutup kepala jaket yang dia kenakan ditarik oleh Dayva secara paksa keluar dari antrian kasir. Lelaki itu juga meletakan barang belanjaan Amel di sembarang tempat. Dia tidak perduli pandangan orang-orang yang melihat aksinya. Lelaki yang beberapa hari ini berusaha dia hindari.Amel bermaksud untuk melepaskan tangan lelaki itu dari penutup kepala jaketnya, tapi hal itu sangat sulit karena Dayva menariknya lumayan tinggi apalagi ukuran tinggi badan Amel yang bisa dikatakan kurang, sambil berkata,"Ka-kau mau apa? le-lepaskan jaket ku!""Kenapa berbelanja disini?" Dayva melepaskan t

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Just alone   Sembilan

    Dari tempatnya berdiri Dayva dapat mendengar pecahan gelas dan suara makian seorang gadis. Dayva, Tirta, dan Bisma yang penasaran dengan keributan itu memilih mendatangi sumber suara. Tak hanya mereka bertiga para tamu undang yang lain juga ikut. Bahkan Alan dan Rena sang pemilik acara juga ikut mendatangi asal keributan.Betapa terkejutnya Dayva saat mengetahui jika yang di maki gadis itu adalah Amel. Awalnya Dayva diam saja karena dia ingin tau apa yang akan di lakukan Amel. Tapi, melihat Amel yang hanya mengucapkan kata maaf saja membuat Dayva emosi, tanpa sadar langkah kaki mendekati Amel. Menyuruh Amel pergi dan menyerahkan masalahnya kepada Dayva.Amel yang di bentak oleh Dayva memilih pergi. Tapi, dia bingung harus berjalan kemana hingga langkah kakinya melewati depan toilet. Dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sana. Di depan wastafel terdengar samar-samar dua orang perempuan sedang berbicara,"Eh.. menurut mu pacar Dayva sekarang gimana?" tanya Yuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Just alone   Sepuluh

    Dayva yang terbangun dari tidurnya, merabah sisi tempat tidurnya. Tidak merasakan sosok tubuh Amel, Dayva beranjak dari tempat tidur. Berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Amel sambil sesekali memanggil nama Amel, tapi tidak ada jawaban.Dari balik pintu kamar mandi, terdengar suara memericik air. Dayva sangat yakin jika Amel berada di kamar mandi. Dayva menunggu hingga Amel keluar. Sudah hampir sepuluh puluh menit Dayva menunggu. Namun, Amel tak kunjung keluar. Akhirnya Dayva mengetuk pintu."Amelll.. kau di dalam?" tanya DayvaKetukan pertama, tak ada jawaban. Dayva mencoba lagi."Kalau di dalam jawab dong..!"Sekali lagi tak ada jawaban. Dayva mulai merasa khawatir."Mel, ku panggil gak jawab, aku buka pintunya secara paksa!" ancam Dayva. Tapi, tetaptidak ada jawaban.Dayva mencari kunci cadangan kamar mandi di dalam lemari. Setelah menemukan kunci Dayva bergegas membuka pintu kamar mandi.CklekPintu kama

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Just alone   Sebelas

    Dayva menyandarkan tubuhnya di kursi kantornya, dia masih teringat kejadian dua jam lalu, mungkin jika Toni tidak menelepon dia masih bersama dengan Amel.Sesekali Dayva menyentuh bibirnya. Meskipun hanya beberapa detik, ciuman itu masih terasa lembut saat bibirnya menyentuh perlahan bibir Amel. Meskipun ini bukan ciuman pertama Dayva dengan lawan jenis tapi ciuman tadi pagi terasa berbeda. Apalagi Amel tak membalas ciumannya sangat berbeda saat dia berciuman dengan gadis lain yang dengan mudah Dayva dapat mengakses seluruh bibir bahkan tubuh mereka. Hal itu membuat dia gila karena terus memikirkan Amel. Dari ciuman itu Dayva dapat merasakan ketakutan dan juga kecemasaan yang Amel rasakan.Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunannya."Kau ini gak bisa ketuk pintu dulu?" tanya Dayva kesal saat Toni masuk kedalam ruang kantornya."Aku sudah mengetuknya, kau saja tak dengar," jawab Toni dengan senyuman, seolah tidak ada rasa bersalah."Kau itu gak di

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05

Bab terbaru

  • Just alone   14. Pantai 2

    "Mel ... Mel ... maaf ," pinta Dayva, dengan suara yang keluar sedikit tinggi. Saat Amel berlari meninggalkan dirinya."Bodoh ... Bodoh ...," Dayva memaki dirinya sendiri atas perbuatan. Memukul kepala dengan tangannya dan juga menjambak rambutnya sendiri. Merasa bersalah karena tidak dapat menahan rasa teramat besar ingin selalu melumat bibir berwarna merah jambu itu.Setelah menyesali perbuatannya dia beranjak untuk mencari Amel, dia berjalan menyusuri pinggiran pantai. Cahaya yang masih minim membuat Dayva sulit menemukan Amel.Namun, suara teriakan seorang gadis yang dia yakini itu suara Amel, membuat dia berlari ke arah sumber suara. Apalagi dia melihat Amel yang telah di tampar oleh seseorang lelaki yang tidak dia kenal. Aliran darah Dayva terasa cepat, hawa panas mulai memuncak dari dalam tubuh.Dayva berlari mendekati mereka lalu dari arah belakang dia menjambak rambut lelaki mabuk itu, hingga jatuh di atas pasir kemudian dengan cepat menindih perut

  • Just alone   13. Pantai

    Dayva sudah berdiri di depan apartemen sambil menyandarkan tubuhnya di samping mobil hitam kesayangannya. Memakai celana jins, kemeja berwarna hitam yang lengan kemejanya sudah tekuk hingga siku, dan tak lupa kacamata hitam bertengger di atas hidung mancungnya. Tangannya memegang ponsel kemudian menekan tombol panggilan pada ponselnya. Tapi sayang, panggilan pertama hingga panggilan ketiga tidak ada jawaban. Dayva tidak menyerah, dia kembali melakukan panggilan telepon ke empat kalinya dan penantiannya terjawab."Ha-halo... ," suara panggilan terjawab dari ujung ponselnya."Kau lama sekali! dari mana saja kau?" tanya Dayva menahan amarah."Ma-maaf, aku tadi di kamar mandi," jawab Amel."Kamar mandi?" senyum Dayva mengembang, amarahnya juga menghilang mendengar jawaban itu otak Dayva mulai mesum."Jangan berpikiran mesum!" balas gadis di seberang telepon seolah tau isi pikiran Dayva."Kenapa jika aku berpikiran mesum? lagi pula aku sudah pern

  • Just alone   12

    Dasar tukang pemaksa, dia benar-benar gila menutup pintu dan menyuruh ku membereskan apartemennya," maki Amel setelah menerima telepon dari Dayva.Sesekali dia menyigarkan rambutnya dan menjambaknya lalu sesekali juga dia melihat keatap sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Dia juga beberapa kali mengusap wajahnya. Sangat terlihat jika dia merasa kesal dengan sikap pemilik kamar itu yang seenaknya sendiri."Kalau saja aku tadi tidak lari kedalam kamar, pasti tidak akan seperti ini," lanjut Amel menyesali tindakannya.Hingga sebuah pesan WhatsApp masuk kedalam ponsel Amel. Tanpa perlu Amel membuka wa, dia sudah bisa membaca pesan tersebut,'Bersihkan apartemen ku sekalian kau masak makan malam untuk ku, kau tidak akan bisa keluar, sebelum aku kembali,'Isi pesan yang sama dengan yang Dayva ucapkan di telepon tadi.Pertama Amel pun memulai membersihkan kamar yang dia tempati semalam. Dia mengganti Seprai yang kotor dan basah karena

  • Just alone   Sebelas

    Dayva menyandarkan tubuhnya di kursi kantornya, dia masih teringat kejadian dua jam lalu, mungkin jika Toni tidak menelepon dia masih bersama dengan Amel.Sesekali Dayva menyentuh bibirnya. Meskipun hanya beberapa detik, ciuman itu masih terasa lembut saat bibirnya menyentuh perlahan bibir Amel. Meskipun ini bukan ciuman pertama Dayva dengan lawan jenis tapi ciuman tadi pagi terasa berbeda. Apalagi Amel tak membalas ciumannya sangat berbeda saat dia berciuman dengan gadis lain yang dengan mudah Dayva dapat mengakses seluruh bibir bahkan tubuh mereka. Hal itu membuat dia gila karena terus memikirkan Amel. Dari ciuman itu Dayva dapat merasakan ketakutan dan juga kecemasaan yang Amel rasakan.Suara pintu terbuka, membuyarkan lamunannya."Kau ini gak bisa ketuk pintu dulu?" tanya Dayva kesal saat Toni masuk kedalam ruang kantornya."Aku sudah mengetuknya, kau saja tak dengar," jawab Toni dengan senyuman, seolah tidak ada rasa bersalah."Kau itu gak di

  • Just alone   Sepuluh

    Dayva yang terbangun dari tidurnya, merabah sisi tempat tidurnya. Tidak merasakan sosok tubuh Amel, Dayva beranjak dari tempat tidur. Berjalan keluar kamar, mencari keberadaan Amel sambil sesekali memanggil nama Amel, tapi tidak ada jawaban.Dari balik pintu kamar mandi, terdengar suara memericik air. Dayva sangat yakin jika Amel berada di kamar mandi. Dayva menunggu hingga Amel keluar. Sudah hampir sepuluh puluh menit Dayva menunggu. Namun, Amel tak kunjung keluar. Akhirnya Dayva mengetuk pintu."Amelll.. kau di dalam?" tanya DayvaKetukan pertama, tak ada jawaban. Dayva mencoba lagi."Kalau di dalam jawab dong..!"Sekali lagi tak ada jawaban. Dayva mulai merasa khawatir."Mel, ku panggil gak jawab, aku buka pintunya secara paksa!" ancam Dayva. Tapi, tetaptidak ada jawaban.Dayva mencari kunci cadangan kamar mandi di dalam lemari. Setelah menemukan kunci Dayva bergegas membuka pintu kamar mandi.CklekPintu kama

  • Just alone   Sembilan

    Dari tempatnya berdiri Dayva dapat mendengar pecahan gelas dan suara makian seorang gadis. Dayva, Tirta, dan Bisma yang penasaran dengan keributan itu memilih mendatangi sumber suara. Tak hanya mereka bertiga para tamu undang yang lain juga ikut. Bahkan Alan dan Rena sang pemilik acara juga ikut mendatangi asal keributan.Betapa terkejutnya Dayva saat mengetahui jika yang di maki gadis itu adalah Amel. Awalnya Dayva diam saja karena dia ingin tau apa yang akan di lakukan Amel. Tapi, melihat Amel yang hanya mengucapkan kata maaf saja membuat Dayva emosi, tanpa sadar langkah kaki mendekati Amel. Menyuruh Amel pergi dan menyerahkan masalahnya kepada Dayva.Amel yang di bentak oleh Dayva memilih pergi. Tapi, dia bingung harus berjalan kemana hingga langkah kakinya melewati depan toilet. Dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sana. Di depan wastafel terdengar samar-samar dua orang perempuan sedang berbicara,"Eh.. menurut mu pacar Dayva sekarang gimana?" tanya Yuk

  • Just alone   Delapan

    Tidak seperti biasanya Amel membeli beberapa kebutuhan yang dia perlukan di sebuah supermarket. Supermarket itu berjarak lumayan jauh dari apartemen miliknya. Tujuan dia hanya untuk menjauh dari Dayva yang sudah tiga hari ini selalu menekan bel apartemen tak perduli siang ataupun malam hari.Sudah hampir sepuluh menit Amel mengantri di depan kasir. Tapi tiba-tiba dari belakang, penutup kepala jaket yang dia kenakan ditarik oleh Dayva secara paksa keluar dari antrian kasir. Lelaki itu juga meletakan barang belanjaan Amel di sembarang tempat. Dia tidak perduli pandangan orang-orang yang melihat aksinya. Lelaki yang beberapa hari ini berusaha dia hindari.Amel bermaksud untuk melepaskan tangan lelaki itu dari penutup kepala jaketnya, tapi hal itu sangat sulit karena Dayva menariknya lumayan tinggi apalagi ukuran tinggi badan Amel yang bisa dikatakan kurang, sambil berkata,"Ka-kau mau apa? le-lepaskan jaket ku!""Kenapa berbelanja disini?" Dayva melepaskan t

  • Just alone   Tujuh

    "Siapa lagi yang datang malam-malam begini?" gumam Amel sambil melangkah kearah pintu.Saat membuka pintu Amel terkejut dengan kedatangan Dayva sekali lagi."Ada apa lagi?" tanya Amel"Ini..." tunjuk Dayva kearah tangan yang membawa bungkusan makan.Dayva menerobos masuk kedalam, kemudian meletakan makannya diatas meja. Amel mengikuti arah Dayva meletakan makannya. Awalnya Amel cuma melirik makananya kemudian Dayva membuka makan tersebut yang membuat perut Amel bertambah lapar dan menelan ludahnya. Dayva melihat kelakuan amel menyuruh untuk segera makan."Ayo dimakan! aku tau kau lapar," tawarkan makanan."Aku tidak lapar kok," ucap Amel mencoba untuk mengelak."Kau itu selalu saja menutupi, sudah jelas-jelas perut mu lapar, lihat dari tadi kau memegang perut mu,"Amel yang mendengar ucapan Dayva terdiam. Hingga terdengar suara cacing dalam perutnya bernyanyi."Aku sudah mendengar cacing dalam perutmu sudah berbuny

  • Just alone   Enam

    Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos."Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva."Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status