Naima masih mengatur nafasnya menyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, ternyata Dinda melakukan cara yang lain. Luar biasa memang Dinda, entah ini namanya obsesi atau apalah namanya, totalitas sekali ingin merebut Ferdi. "Santai saja, Bu. Pak Ferdi pasti melakukan yang terbaik." Salah satu asisten Carlota menenangkan.Drrt, ponsel berbunyi Ferdi menelpon, dia pasti khawatir karena Naima membuka ponsel dan sudah tahu apa yang terjadi. Sister Carlota pasti yang memberitahu Ferdi."Sayang dimana?""Masih di mobil sayang, emang kenapa?""Nanti masuk ke perusahaan lewat jalur belakang.""Ada masalah sayang?""Keselamatanmu yang terpenting sayang, Dinda membuat klarifikasi palsu, sehingga banyak orang yang ingin mengacaukan peresmiannmu hari ini." Dada Naima turun naik benar-benar menguji iman dan mental."Terus aku harus bagaimana, Sayang?""Tenang saja, Sayang. Semuanya pasti baik-baik saja.""Tunggu Abang datang, abang sedang mencari solusi demi keselamatnmu.""Bang, kita jangan
Naima dilarikan ke rumah sakit, Ferdi sangat khawatir sekali. Beberapa kali dia meminta maaf karena telah membuat Naima mendapatkan kejadian demi kejadian yang membuat Naima stress hingga pingsan.Ferdi terus memegang tangan Naima, merasakan takut yang luar biasa istri manisnya kenapa-kenapa, tapi setelah mendengar penuturan Dokter wajahnya berubah bahagia.***Setelah sekian lama pingsan akhirnya Naima bangun, ada infus ditangannya. Ferdi sedang tertidur pulas di sampingnya. Sepertinya kecapean menunggu Naima. Merasakan Naima bangun Ferdi ikut bangun juga."Sudah bangun, sayang? Apanya yang sakit." Ferdi langsung memeluk istrinya, Naima hanya senyum-senyum melihat suaminya."Aku sudah baikan kok, sayang." Naima membalas pelukan suaminya."Kasitahu Abang, apanya yang sakit, sayang?""Masih pusing dan sedikit mual, sayang." Ferdi malah senyum-senyum mendengar penuturan istrinya."Abang kenapa senyum-senyum gitu?" "Soalnya abang mau jadi seorang ayah dari istri manisku ini.""Apa!? Mak
Ferdi dan Naima pulang dari klinik. Ferdi terus memanjakan istrinya, bersyukur anugerah yang luar biasa dikasih bonus bayi kembar. Meski ucapan dokter masih terngiang, "Istri bapak hamil kembar dengan satu kantong janin."Dokter menjelaskan Hamil 1 kantung (monochorionic monoamniotic gestation, kembar MoMo) sesungguhnya sangat jarang terjadi. Pada kehamilan seperti ini, janin yang dikandung identik, dan berbagi plasenta serta kantung ketuban, namun memiliki 2 tali pusat yang terpisah. Kondisi ini terbentuk karena 1 sel telur yang dibuahi 1 sel sperma namun terlambat membelah.Dibanding jenis kembar yang lain, kehamilan 1 kantung ini sangatlah berisiko. Adapun beberapa risiko kehamilan yang sering mengintai kehamilan seperti ini adalah janin terlilit tali pusar, twin to twin transfusion syndrome (TTTS), persalinan prematur, janin meninggal dalam kandungan (IUFD), bayi meninggal usai dilahirkan (stillbirth), dan sebagainya. Menurut beragam literatur, potensi janin kembar Momo untuk bisa
Naima naik ke panggung memeluk suaminya, semua ikut terharu melihat pasangan ini. Ferdi sampai mengeluarkan air mata melihat istrinya yang pelan-pelan naik panggung, semua seperti larut terbawa oleh suasana lagunya Ferdi."Terima kasih telah menjadi suami terhebatku, Sayang," ucap Naima sambil merangkul erat suaminya."Aku yang berterima kasih sayang, karena bersedia menjadi istri dan ibu anak-anak kita nanti." Naima terus mengeluarkan air mata merasakan ketulusan dari suaminya.Penonton riuh tepuk tangan merasakan kebaperan yang luar biasa melihat pasangan romantis ini, disaat di luar sana banyak para suami yang cuek dengan istrinya. Ferdi justru selalu menjadikan istrinya sebagai ratu apalagi disaat sedang hamil tua.***Naima terlihat bahagia sekali, perlengkapan si kembar sudah hampir 100%, Ferdi yang melihat istrinya terus tersenyum. Mereka sudah tidak sabar bertemu dengan si kembar, Naima terlihat ngos-ngosan karena perutnya makin besar."Biar Abang saja, sayang." Ferdi membantu
Ferdi terus mengeluarkan air mata di dekat istrinya, melihatnya tidak ada pergerakan sama sekali membuat dunia Ferdi terasa runtuh. Naima terlihat sangat cantik dilengkapi alat-alat ditubuhnya. Beberapa kali dokter memeriksa Naima yang tidak ada kemajuan setiap harinya. Justru si kembar yang mengalami kemajuan yang pesat berat badannya semakin bertambah, seperti menguatkan dirinya yang sedang mengalami ujian yang luar biasa melihat istrinya hidup, tapi terlihat seperti tidak bernyawa.“Bagaimana, dok, dengan istri saya?”“Berdoalah, Pak. Tidak ada yang bisa mengalahkan yang namanya do’a.” Dokter hanya bisa menyarankan seperti itu. Saat ini Ferdi harus kuat karena ada dua jagoan yang sedang menanti dirinya untuk bangkit.“Ayo, nak. Kita rawat dua jagoan kita.” Mamanya Naima ikut mneyemangati ferdi agar tidak larut dalam kesedihan.“Iya, Ma.”“Si kembar dikasih nama siapa?”“Belum ke arah sana, Ma. Kemarin bundanya bilang tunggu mereka lahir baru dikasih nama.”“Tapi sudah ada gambaran
Hari ini Ferdi melangsungkan Aqiqah untuk si kembar acara berjalan dengan lancar. Ferdi menggelar acara hanya mengundang tetangga komplek saja, selebihnya ada kerabat dan karyawan di kantor. Perasaan Ferdi masih belum tenang karena Naima masih belum ada pergerakan sama sekali.Ferdi didampingi oleh Lastri, karena si kembar memang sedang butuh kasih sayang seorang ibu. Untung saja Lastri memiliki ASI yang melimpah sehingga si kembar tiap hari semakin berisi. Si kembar sangat nyaman digendongan Lastri. Ferdi yang melihatnya terenyuh karena si kembar nyaris tidak ada keluhan selama bersama Lastri. Semoga ketulusan Lastri benar-benar dari hatinya menjadi ibu persusuan untuk si kembar karena Naima tetaplah Ibu dari Ardi dan Ardan dan tidak bisa tergantikan oleh siapa pun."Nak, mama pamit pulang, ya, setelah acara selesai. Kasihan rumahnya tidak terurus." Mamanya Naima pamit untuk balik ke rumah setelah acara si kembar selesai. Mama dan papanya Naima sudah hampir 3 minggu mendampingi Fer
"Naima ...!" ternyata Ferdi hanya mimpi, terlihat seperti nyata sekali. Ferdi sesenggukan mengira itu kenyataan. Mamanya Naima langsung berlari menuju kamarnya Ferdi."Mama masih disini?""Iya, Nak. Badanmu panas semenjak semalam, papamu juga tidak kasih mama izin untuk pulang. Kondisi Naima belum pulih. Mimpi apa, Nak?" semua penghuni rumah kumpul di kamar tidur Ferdi.Luka yang mendalam membuat kesehatan Ferdi menurun, kesetiaan diuji ketika pasangan yang kita cintai sedang tidak baik-baik saja. Bergegas Ferdi bangkit untuk segera menuju rumah sakit. Ini mungkin firasat bahwa Naima juga sangat merindukannya."Ma, Ferdi mimpi Naima meninggal." Semua yang berada di kamar hening, merasakan cinta yang luar biasa dari Ferdi untuk istrinya."Itu hanya mimpi, Nak. Mama baru pulang dari rumah sakit dan kondisi Naima masih seperti semula.""Terima kasih, Ma.""Fer, ini namanya ujian rumah tangga. Papa dulu juga lebih parah dari ini. Jika kita ikhlas pasti kita lebih kuat menjalaninya." Papan
Bergegas Lastri ke luar karena takut ketahuan. Perawat berlarian karena monitor yang berbunyi. Lastri berhenti di depan ruangan sembari mendengar perkembangan Naima. "Kenapa bisa berbunyi, apa ada orang yang masuk?" salah satu perawat menanyakan ke temannya, Lastri bisa mendengar dengan jelas. "Baiknya kita laporkan ke pak Ferdi, tumben pak Ferdi 2 hari tidak menjenguk istrinya." Lastri terus tersenyum menambah keyakinan jika Ferdi sudah mulai melupakan istrinya. Namun siapa perempuan yang tadi, apakah dia juga punya motif jahat dengan Naima? Semua pertanyaan itu muncul di benaknya Lastri."Aku harus segera pulang, sebelum ketahuan," gumam Lastri.***Ferdi sedang menggendong Ardi sedangkan Ardan di gendong oleh neneknya. Mereka duduk berdua sambil bernostalgia. Mamanya Naima sudah seperti ibu sendiri bagi Ferdi. Sesekali Mamanya Naima menasehati Ferdi agar tetap hati-hati karena kita tidak tahu hati seseorang."Darimana, mbak Lastri?" tanya Ferdi yang melihat Lastri seperti takut k