Hari ini Ferdi melangsungkan Aqiqah untuk si kembar acara berjalan dengan lancar. Ferdi menggelar acara hanya mengundang tetangga komplek saja, selebihnya ada kerabat dan karyawan di kantor. Perasaan Ferdi masih belum tenang karena Naima masih belum ada pergerakan sama sekali.Ferdi didampingi oleh Lastri, karena si kembar memang sedang butuh kasih sayang seorang ibu. Untung saja Lastri memiliki ASI yang melimpah sehingga si kembar tiap hari semakin berisi. Si kembar sangat nyaman digendongan Lastri. Ferdi yang melihatnya terenyuh karena si kembar nyaris tidak ada keluhan selama bersama Lastri. Semoga ketulusan Lastri benar-benar dari hatinya menjadi ibu persusuan untuk si kembar karena Naima tetaplah Ibu dari Ardi dan Ardan dan tidak bisa tergantikan oleh siapa pun."Nak, mama pamit pulang, ya, setelah acara selesai. Kasihan rumahnya tidak terurus." Mamanya Naima pamit untuk balik ke rumah setelah acara si kembar selesai. Mama dan papanya Naima sudah hampir 3 minggu mendampingi Fer
"Naima ...!" ternyata Ferdi hanya mimpi, terlihat seperti nyata sekali. Ferdi sesenggukan mengira itu kenyataan. Mamanya Naima langsung berlari menuju kamarnya Ferdi."Mama masih disini?""Iya, Nak. Badanmu panas semenjak semalam, papamu juga tidak kasih mama izin untuk pulang. Kondisi Naima belum pulih. Mimpi apa, Nak?" semua penghuni rumah kumpul di kamar tidur Ferdi.Luka yang mendalam membuat kesehatan Ferdi menurun, kesetiaan diuji ketika pasangan yang kita cintai sedang tidak baik-baik saja. Bergegas Ferdi bangkit untuk segera menuju rumah sakit. Ini mungkin firasat bahwa Naima juga sangat merindukannya."Ma, Ferdi mimpi Naima meninggal." Semua yang berada di kamar hening, merasakan cinta yang luar biasa dari Ferdi untuk istrinya."Itu hanya mimpi, Nak. Mama baru pulang dari rumah sakit dan kondisi Naima masih seperti semula.""Terima kasih, Ma.""Fer, ini namanya ujian rumah tangga. Papa dulu juga lebih parah dari ini. Jika kita ikhlas pasti kita lebih kuat menjalaninya." Papan
Bergegas Lastri ke luar karena takut ketahuan. Perawat berlarian karena monitor yang berbunyi. Lastri berhenti di depan ruangan sembari mendengar perkembangan Naima. "Kenapa bisa berbunyi, apa ada orang yang masuk?" salah satu perawat menanyakan ke temannya, Lastri bisa mendengar dengan jelas. "Baiknya kita laporkan ke pak Ferdi, tumben pak Ferdi 2 hari tidak menjenguk istrinya." Lastri terus tersenyum menambah keyakinan jika Ferdi sudah mulai melupakan istrinya. Namun siapa perempuan yang tadi, apakah dia juga punya motif jahat dengan Naima? Semua pertanyaan itu muncul di benaknya Lastri."Aku harus segera pulang, sebelum ketahuan," gumam Lastri.***Ferdi sedang menggendong Ardi sedangkan Ardan di gendong oleh neneknya. Mereka duduk berdua sambil bernostalgia. Mamanya Naima sudah seperti ibu sendiri bagi Ferdi. Sesekali Mamanya Naima menasehati Ferdi agar tetap hati-hati karena kita tidak tahu hati seseorang."Darimana, mbak Lastri?" tanya Ferdi yang melihat Lastri seperti takut k
"Kak Naima ...."Lastri seperti ketakutan melihat Naima, sementara Naima dengan santai masuk ke dalam rumah. "Kenapa takut begitu, Lastri?" tanya Naima yang duduk di sofa ruang tamu."Gak, kak. Cuma ....""Cuma apa, Las?" Lastri sangat ketakutan membuat Naima terus tersenyum."Mana suami dan anak-anak saya, Las? Saya menunggunya di rumah sakit hampir dua minggu, tak ada satu pun yang menjenguk setelah saya sembuh dari koma." Lastri terus memegang dadanya merasakan ketakutan yang luar biasa."Untung saja saya di kasih alamat ini oleh perawat, mana suami dan anak-anak saya Las?""Maaf, kak. Saya tidak tahu keberadaan suami kakak dan anak-anak kakak. Rumah ini sudah menjadi milik saya kak.""Kenapa bisa jadi milikmu, kita hanya sepupu-an tidak ada sangkut paut kamu memiliki rumah ini." Lastri hanya diam, seperti belum siap menerima kedatangan Naima."Ferdi 'kan sudah bangkrut, kak. Dan rumah ini diberikan kepada saya karena memberikan ASI kepada anak-anak kakak.""Kenapa jadi tidak masu
Naima turun dan melihat banyak tamu sosialita nya Lastri. Penampilan Lastri pun berubah. Kelihatan sekali hidupnya yang penuh dengan kemewahan. Beda jauh dari Lastri yang dulu, Lastri yang polos dan lugu. Lebih tepatnya pura-pura demi melancarkan aksinya. Naima baru mendengar cerita dari mamanya, bahwa Lastri memang penipu kelas kakap berani menghalalkan segala cara demi kepuasannya tersampaikan, menyesal telah memberinya ruang waktu di rumah ini.Mereka sedang berkumpul di ruang tamu, ada yang bawa berlian, dan segala pernak pernik sosialitanya, Naima hanya menguping pembicaraan mereka sebelum memulai misinya."Jeng, rumahnya besar banget. Enak, ya, punya suami kaya.""Iya, suami CEO memang sangat menjanjikan," ucap Lastri. What? Jadi dia menceritakan ke semua orang bahwa dia adalah istrinya si Abang?"Jeng Las, mana, sih, suamimu? Selama kami ke sini tidak pernah terlihat.""Dia sibuk di kantor, biasa akhir tahun begini banyak yang harus di selesaikan.""Enak sekali, sih, hidupmu,
Di dalam kontrakan Ferdi dan Naima benar -benar hidup apa adanya, Naima memang sangat pandai mengelola keuangan. Ketika Ferdi memberikan semua sisa uang yang ada, Naima langsung mengelolanya dengan sangat baik."Ada saatnya kita di atas dan ada saatnya kita di bawah, sayang." Ferdi memeluk istrinya menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Naima hanya mengangguk mendengar semua nasihat dari suaminya. Beberapa aset sudah di jual untuk membayar semua hutang yang tersisa. Ferdi benar-benar di titik nol, memulai dari awal lagi."Ujian rumah tangga itu kadang bukan dari kesetiaan, melainkan bisa harta benda dan kesehatan. Yang paling mahal dari semua ini adalah kesehatan. Melihat si kembar tidak kurang kasih sayang dan istri abang yang manis bisa sehat kembali itu adalah anugerah yang luar biasa bagi abang." Naima menitikkan air mata melihat suaminya yang terbiasa hidup mewah jauh lebih kuat dibandingkan dirinya.Tebusan rumah sakit Naima memang sangat besar, ruangan dan obat-obatan se
Usaha yang tidak membuahkan hasil membuat Ferdi akhirnya mulai melamar pekerjaan. Sedikit tertekan karena beberapa perusahaan tempat dia melamar ikut menghujat dan menghinanya. Padahal, mereka sebagian tahu bahwa Ferdi dikhianati oleh rekan bisnisnya. Begitulah kejamnya dunia bisnis ketika berada di atas dipuja, tapi ketika berada di bawah harus siap dihina bahkan tidak dianggap sama sekali."Sebaiknya pak Ferdi melamar di tempat yang lain." Begitu ucapan setiap Ferdi melamar. Walau Feri merasa aneh, tetapi dia optimis semua akan indah pada waktunya."Terima kasih, Pak." Ferdi sadar diri tak membalas kata-kata yang begitu terkesan pedas menurutnya.Hari ini Ferdi pulang membawa kegagalan lagi, berada di titik nol memang harus siap mental. Kata-kata yang tidak pantas begitu mudah dilontarkan, kadang ketika kita butuh bantuan bukan malah dibantu, justru dihujat dan dihina begitu saja dengan mudah. Namun, Ferdi percaya pasti akan ada selalu orang baik ketika kita melakukan kebaikan. Hidu
Aryo dan tim IT langsung bekerja, mereka menyusun rencana terlebih dahulu. Namun, kedatangan Aryo dan tim sebenarnya bukan untuk membahas rancangan perusahaan baru Ferdi, melainkan membuka kecurangan dari Bram dan istrinya--Lisa."Pak menurut saya lebih baik pak Ferdi fokus mengembalikan nama baik terlebih dahulu, setelah itu kita rilis perusahaan baru ini." Aryo benar, menurut Naima cuma buang-buang uang dan energi, jika persiapan tidak maksimal."Tapi bagaimana caranya, yo?" Aryo tersenyum sembari mengeluarkan bukti-bukti yang telah dilakukan Bram dan komplotannya."Lusa perusahaan bapak resmi menjadi milik Bram, kita tidak punya waktu banyak.""Jadi kalian ke sini bukan membantu rilis rancangan perusahaan yang ingin saya buat.""Bukaaaan ...!" mereka kompak berseru. "Hm, kirain kalian ke sini membantu. Oke dah kalau begitu kapan kita mulai permainannya?""Sekarang pak Ferdi ...!!" kompak Aryo dan tim berseru.Menurut cerita Aryo, Lisa sudah merancang sejak lama dengan suaminya unt