Home / Romansa / Jodoh Tak Salah Alamat / Bab 4 Cinta Bisa Membuat Gila

Share

Bab 4 Cinta Bisa Membuat Gila

Author: Sensen
last update Last Updated: 2021-05-28 18:59:56

"Pada ributin apa sih?" tanya Ziya memutar topinya ke belakang. Gadis itu mengenakan inner kaos pendek berlapis hem panjang kedodoran dengan celana jeans sobek-sobek.

"Kamu!" seru mereka semua bersamaan.

Ziya mengerjap-ngerjapkan matanya. Dua telunjuknya mengarah pada wajahnya. "Aku kenapa?" gumamnya.

Pertemanan yang terjalin sejak mereka duduk di bangku SMP, hingga lulus SMA, sampai kini kompak bekerja sebagai pengemudi ojol, membuat mereka semua begitu akrab. Berkumpul dengan para lelaki sama sekali tidak membuat Ziya khawatir.

Mereka tulus dan baik. Jika ada yang mendekati Ziya atau ada yang mengerjai gadis itu, para sahabatnya akan menjadi garda terdepan untuk melindunginya. Namun karenanya, Ziya tidak pernah bisa berpenampilan feminim.

"Nggak apa, lupain aja. Ntar malem nongki-nongki yuk. Ada kafe baru buka loh di persimpangan jalan sana," sanggah Farid yang tak mau semakin tersudutkan.

"Hemm ... kakakku biasanya nggak kasih izin. Ibu juga," desah Ziya mengerucutkan bibir.

"Kan ada kita Zii? Kita yang bakal minta izin. Ayolah," rayu Farid lagi.

"Kita? Lo aja kali, gue enggak! Tau sendiri Abang Reza galaknya minta ampun." Wahyu bergidik mengingat kemarahan Reza, kakak Ziya. Sewaktu mengantar pulang gadis itu larut malam saat acara kelulusan.

Ziya menyunggingkan tawa kecil. "Cemen! Kak Reza tu baik tauk," belanya.

"Baek apanya, gue pernah kena bogem karena kemaleman nganter lo." Sofyan menimpali.

"Yee ... itumah karena si abang sayang sama adeknya. Tenang aja, sekarang udah jinak dia. Kayaknya sih karena mau nikah," cetus Ziya memainkan ponselnya.

"Eitt! Cabut dulu ya. Ada penumpang nih," pamit Ziya mengangkat tangannya lalu melambai.

Segera Ziya mengenakan jaket dan helmnya menjemput penumpangnya.

*****

Dika terbengong melihat Arjuna melompat kegirangan. Seperti anak kecil yang diiming-imingi es krim. Ia turut beranjak dari duduknya.

"Jun, mandi dulu wei! Gila mau keluar dengan wajah kusut awut-awutan gitu," cibir Dika.

Arjuna melihat penampilannya yang memang compang-camping, rambut kering berantakan.

"Wait, 5 menit." Arjuna segera menyimpan kotak cincinnya di laci nakas. Lalu bergegas mandi.

"Cih! 5 menit? Mandi apa cuci muka?" gumam Dika mendaratkan tubuhnya di sofa.

Benar saja 5 menit kemudian, Arjuna sudah rapi dan terlihat lebih segar. Dika mengangkat sebelah alisnya.

"Lu mandi, Jun?" Dika memastikan.

"Iyalah," sahutnya sembari merapikan rambutnya lalu menyemprotkan parfum kesukaan Meysa.

"Serah lu lah. Ayo," ajak Dika melenggang pergi dari kamar sahabatnya itu.

Mereka lalu melaju dengan mobil Dika. "Dik, nanti kalau aku dapetin alamatnya dan benar di Yogya, aku mau cuti sebulan," ucap Arjuna.

"Cuti sebulan Palamu! Lu pikir rumah sakit milik Mbahmu apa?" geram Dika dengan sejuta kekesalannya menempeleng kepala Arjuna. Sedang satu tangannya masih fokus menyetir.

'Cinta emang bikin orang gila dan nggak bisa berpikir logis,' gerutu Dika dalam hati.

"Yaelah, aku kan mau nyari Meysa, terus berdua-duaan dulu melepas rindu. Makanya jangan jadi perjaka tua. Biar tahu rasanya jatuh cinta," ucap Arjuna melemparkan tatapan remeh.

"Berisik! Gue nggak mau jatuh cinta. Cinta cuma bisa bikin orang jadi gila. Kayak lu gini," elak Dika.

"Awas aja, nelen ludah yang udah dikeluarin," seringai Arjuna.

Beberapa menit kemudian, mobil telah sampai di pelataran rumah sakit tempat mereka mengabdi. Arjuna segera keluar dari mobil dan berlari menuju HRD.

Dika menggelengkan kepalanya, "Cih! Emang gila!" cibirnya lalu keluar mengikuti Arjuna.

Setelah sampai, Arjuna segera meminta data-data Meysa termasuk surat resign wanita itu. Telunjuknya terus bergeser membantu matanya untuk membaca lebih cepat. Hingga jarinya terhenti, kedua matanya membelalak.

Hampir-hampir Arjuna meremas kertas-kertas di hadapannya. Kalau saja Dika tidak mencegahnya. Bagaimana tidak? Tertulis di surat resign bahwa alasan Meysa adalah hendak menikah di kampung halaman neneknya.

Jantung Arjuna serasa ditusuk ribuan jarum. Rasa sesak pun menggumpal di dadanya. Darahnya berdesir hebat. Kakinya gatal hendak menendang meja apa saja yang ada di hadapannya.

"Tenangin diri lo. Nggak inget apa rengekan kita dapetin ini semua?" bisik Dika mengingatkan sembari menggenggam erat lengan Arjuna yang mengeras karena mengepal.

Ya, itu adalah privasi. Pihak HRD tidak bisa memberikannya sembarangan. Namun karena banyak alasan, dan segala bujuk rayu Arjuna juga Dika akhirnya bisa mendapatkan dokumen-dokumen milik Meysa.

Geraham Arjuna mengetat, tatapannya nyalang penuh amarah. Dika turut mengamati berkas-berkas itu. Lalu mengambil ponselnya, membidik kamera di salah satu lembaran kertas itu.

Takut Arjuna tidak bisa menahan amarah lebih lama lagi, Dika pun segera membereskan satu bandel berkas milik Meysa. Lalu mengembalikannya pada HRD.

"Terima kasih banyak atas bantuannya," ucap Dika meletakkan di atas meja.

"Saya harap ini pertama dan yang terakhir kalinya," balas salah satu HRD itu.

Dika mengangguk lalu melenggang pergi. Ia kembali menghampiri Arjuna yang masih memanas.

"Ayo," ajak Diķa menarik lengan Arjuna.

Pria itu masih bergeming, tak mau beranjak dari duduknya. "Gue udah dapet alamatnya," terang Dika.

Mendengarnya, Arjuna berdiri seketika. Pikirannya kalut tak dapat berpikir jernih. Hanya emosi yang menguasai dirinya saat ini.

Sesampainya di mobil, Dika mengirimkan hasil jepretannya ke nomor Arjuna. "Udah gue kirim alamatnya. Gue mau pulang, nanti masuk jam 2," gumam Dika kesal menyalakan mesin mobilnya.

Arjuna masih bungkam, perjalanan pun berbanding terbalik saat berangkat tadi. Akhirnya Dika memilih untuk memutar musik di mobilnya.

****************

Langit kini menggelap. Matahari kembali terbenam di peraduannya. Ziya diperbolehkan bekerja namun tak boleh melebihi waktu maghrib. Jika melanggar, ibunya akan berceramah sehari semalam penuh.

"Balik dulu ya semua, nanti emak marah," pamit Ziya pada semua teman-temannya.

"Yoi hati-hati," seru teman-temannya bersamaan.

"Zii, tunggu!" Teriakan Farid membuatnya menghentikan langkah.

Ziya menaikkan kedua alisnya. Seolah bertanya, "Ada apa?"

Farid pun setengah berlari menghampirinya. "Nanti malam gimana?" tanyanya. Ia belum mendapatkan jawaban yang memuaskan tadi.

"Yang lain? Aku ngikut aja. Asal nanti ada yang jemput. Dah ya, nanti kabarin aja. Aku balik dulu. Assalamualaikum!" seru Ziya melenggang cepat.

"Waalaikumsalam," sahut Farid pelan.

Ziya mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Sampai di pelataran rumah, Ziya memarkirkan motornya dan melenggang masuk.

Di ruang tengah, ia menemukan keluarganya sudah memulai makan malam tanpa dirinya. Pandangannya mengarah pada jam di dinding. Masih menunjukkan pukul 18.30.

"Kok tumben mereka makan malam tanpa aku? Eh eh siapa tuh?" gumam Ziya pelan.

Karena penasaran, ia pun bergegas masuk. Menyambar ayam goreng dan melahapnya sambil berdiri.

"Ziya! Nggak ada salam nggak ada suara main nyelonong aja!" seru Ibu marah.

"Hehe ... maafkan anakmu yang cantik ini, Bu. Assalamualaikum," ucap Ziya pelan menarik tangan kanan ibunya.

"Waalaikumsalam," sahut mereka bersamaan. Kecuali wanita yang duduk di samping Rio. Hanya mengulum senyum dan mengangguk ketika melihat Ziya.

"Zi! Jorok banget. Mandi dulu sana! Salat terus baru makan. Banyak kuman tuh tanganmu!" gerutu Rio.

Ziya hanya menyengir. Bukannya menuruti ucapan si abang, malah mendaratkan tubuh di samping ibunya. Berhadapan dengan wanita asing yang baru dilihatnya.

"Kakak pacarnya Kak Rio, ya?" tembak Ziya menaik turunkan alisnya menatap perempuan itu dengan seulas senyum.

Bersambung~

Related chapters

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 5 Aku Meysa

    "Ziya, yang sopan kamu sama tamu!" tegur Rio pada adiknya dengan tatapan tak suka. Ia takut akan menimbulkan ketidaknyamanan pada gadis di sebelahnya."Iih, aku 'kan cuma nanya. Kenalin, Kak, aku Ziya. Adeknya Rio yang paling imut manis seantero desa ini," cetus Ziya mengulurkan tangannya.Belum sampai dibalas, Rio segera menepis tangan Ziya. Pria itu menatapnya tajam, membuat Ziya bergidik dan mengapit kedua bibirnya. Menandakan dia akan berhenti berbicara."Ziya, kamu mandi dulu, Nak. Keburu habis waktu maghribnya." Ibu Resi memperingatkan dengan lembut.Akhirnya Ziya beranjak dari duduknya. Bersungut kesal pada sang kakak yang suka bersikap semena-mena dan pemaksa. Saat melangkah melalui wanita yang dianggap asing itu, tiba-tiba lengannya disergap."Aku Meysa," tuturnya lembut tersenyum manis."Ah, cantik sekali. Senang bisa kenal sama Kakak yang lembut dan baik hati," celetuk Zi

    Last Updated : 2021-05-28
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 6 Prinsip

    Bagai kerupuk yang disiram air, kelima pemuda sohib Ziya merunduk semakin dalam setelah tatapan tajam dari Reza yang membuat suasana tiba-tiba mencekam."Hem!" balas Reza singkat melenggang masuk ke rumah."Eh," seru semua orang terkejut."Itu beneran Bang Reza?" canda Sofyan menunjuk ke arah pintu yang tertutup."Iyalah, lu pikir siapa? Hantu?" balas Ziya menggembungkan pipinya."Aneh aja, kek bukan Bang Reza. Nggak ada ceramah kek tempo hari," timpal Wahyu."Dahlah ayo, waktu kita nggak banyak nih!" ajak Farid tidak sabaran. Ia menarik lengan Ziya agar mengikutinya. Membukakan pintu mobil di samping kemudi diikuti semua kawan-kawan yang duduk di belakang.Di sepanjang jalan, mereka masih terheran-heran dengan sikap Reza tadi. Sedang Ziya cuek saja sambil memainkan ponselnya. Sedang Farid hanya berani mencuri-curi pandang melalui ekor matanya.

    Last Updated : 2021-05-30
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 7 Menemukanmu

    Hari pun berganti, semburat jingga melukis langit di Kota Yogja sore itu. Saat berhenti di lampu merah, pandangan Arjuna terusik kala melihat segerombolan orang-orang yang sedang mengintimidasi seorang pedagang.Sebenarnya ia malas ikut campur, tapi hati nuraninya berkata sebaliknya. Rasa kasihan akhirnya menuntunnya untuk berhenti di sebuah kedai angkringan."Mana setoran!" teriak seorang berbadan kekar menggebrak meja."Maaf, Mas. Tapi saya baru buka. Belum ada pembeli," sahut seorang Bapak tua dengan gemetar."Alah alasan!" pekiknya lalu menendang sebuah kursi panjang dan beberapa kursi plastik membuat penjual itu terlonjak kaget. Semua porak poranda.Arjuna mendekat, mendorong pelan bahu pria itu. "Jangan kasar sama orang tua. Bicara pelan-pelan kan bisa?" ujarnya menatap tajam."Siapa kamu! Nggak usah ikut campur!" teriak preman itu lagi tepat di hadapan Arjuna."Bukan ikut campur, Bung. Hati-hati dengan azab karena kasar dengan orang t

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 8 Karena Ku Sayang

    Ziya berlari menghampiri teman-temannya yang menunggu di depan UGD. "Gaeess, thankyou banget ya. Kalian hebat deh kek super hero yang pernah aku tonton waktu kecil," kelakar Ziya merangkul sahabat-sahabatnya yang bisa terjangkau.Mereka mengerutkan dahinya bersamaan. "Apaan? Power rangers? Yeah, aku ranger merah. Merah kan berani!" sahut Sofyan memamerkan otot lengannya yang kecil."Ih bukan," tampik Ziya cepat."Apaan dong?" Kali ini Wahyu yang bertanya."Teletubbies, berpelukan!" seru Ziya memeluk teman-temannya. Membuat mereka menepuk jidatnya saling berpelukan."Ehm!" Suara deheman membuat keenam orang yang saling merangkul itu kalang kabut. Mereka segera saling melepas tautan lengan berpura-pura sibuk.Ada yang sibuk mengoperasikan ponsel, padahal tidak ada notif apa pun. Ada yang menggaruk kepalanya, ada juga yang berpura-pura saling mengobrol.Reza melipat

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 9 Tidak Tahu Diri

    "Dok?" Seorang perawat menyadarkan lamunan Reza."Eh, iya." Reza melihat hasil diagnosisnya. Lalu kembali melakukan pemeriksaan lebih detail untuk menetapkan diagnosis dan jenis penyakitnya.Reza melakukan beberapa tes. Di antaranya tes darah dan tes sumsum tulang belakang. Setelah mengambil sampelnya, Reza meminta segera dibawa ke laboratorium."Pindahkan pasien ke rawat inap," titah Reza melenggang pergi keluar ruang IGD."Keluarga pasien?" ucap Reza berdiri di antara mereka."Kami orang tua Meysa, Dok. Bagaimana keadaannya?" Papa Meysa berdiri sambil memapah istrinya."Untuk sementara, pasien harus dirawat intensive sampai menunggu hasil lab keluar. Apakah sudah lama Meysa mengalami gejala seperti ini?" tanya Reza.Mamanya kembali terisak, sedang tante Meysa yang turut mengantar gadis itu, bergegas ke tempat pendaftaran."Dokter, dia divonis l

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 10 Diagnosa

    Jam pulang sudah terlewati, namun Reza tidak beranjak dari tempat duduknya. Menunggu hasil laborat seorang pasien yang pernah ditolong oleh adiknya. Meski ia tidak begitu mengenal Meysa. Namun hati kecilnya ingin membantu penyembuhannya.Terdengar suara pintu yang diketuk. Lalu menyembullah seorang perawat membawakan hasil yang dia tunggu-tunggu sejak semalam. Biasanya membutuhkan waktu berhari-hari. Namun, ia terus mendesak agar segera ditangani."Permisi, Dok. Ini hasilnya," ucap perawat itu menyerahkan sebuah stopmap."Terima kasih. Oh iya tolong panggilkan orang tua pasien kemari," titah Reza."Baik, Dok. Permisi." Perawat itu undur diri.Sedangkan Reza mengambil kaca matanya untuk mengamati dan membaca hasil pemeriksaan Meysa. Setiap kata dan angka ia cerna dengan baik. Agar tidak ada kesalahan dalam menetapkan diagnosis.Keningnya berkerut dalam, menandakan ia sangat serius ka

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 11 Salah Sangka

    Wanita baya itu menoleh sangat pelan, bibinya bergetar ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa terucap. Sampai pada akhirnya ibu itu pingsan. Dengan sigap Arjuna menopangnya.Lalu Arjuna beranjak dan merebahkan tubuhnya perlahan untuk memosisikan agar nyaman. Bukan di kursi, melainkan di trotoar. Karena letaknya yang datar dan keras. Ia berlutut sejajar dengan kepala dan bahu ibu tersebut.Sampai beberapa saat, Catuda Squad berbondong-bondong hendak berangkat ke pangkalan ojek, minus Ziya."Gengs, itu laki-laki yang kita tolong bukan?" Edi menunjuk ke arah Arjuna yang menghadap ke jalan raya."Iya betul. Eh eh, ngapain tuh orang. Gila mau bunuh orang di keramaian," cetus Sofyan menimpali.Mereka segera menghampiri Arjuna. Lalu segera turun dan memiting tangan Arjuna ke belakang."Mau ngapain kamu?" sembur Wahyu."Apaan sih, tolong ibu itu

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 12 Operasi

    "Atas nama adikku, saya benar-benar minta maaf. Langsung saja ini darurat. Apa kamu seorang dokter kardiologi?" tanya Reza tanpa basa basi setelah masuk ke ruang IGD.Arjuna mengangguk tanpa suara. Keduanya saling bersitatap, tampak sorot mata kesedihan dipancarkan oleh Reza. Dokter spesialis kanker itu mengembuskan napas lega. Ia seolah mendapat oksigen berlebih di sekitarnya setelah sedari tadi dadanya serasa sesak terhimpit beban yang sangat berat."Saya Reza, atas nama klinik ini saya mohon bantuanmu untuk menyelamatkan nyawa ibu saya sekali lagi. Ini sangat darurat. Kondisinya semakin melemah. Kepala divisi kardiologi sedang seminar di luar kota, dokter bedahnya mengalami kecelakaan." Reza menatap penuh permohonan.Arjuna berkerut kening, "Apa yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya.Hembusan napas kasar Reza terdengar menggelitik indera pendengaran. "Tolong operasi ibuku," ucap Reza lirih menepuk

    Last Updated : 2021-06-01

Latest chapter

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 19 Meet Up

    Ziya bersemangat turun dari motor Arjuna. Ia mengenakan kebaya berwarna peach dengan celana berbahan satin berwarna senada. Rambutnya digerai dan hanya diikat beberapa helai ke belakang. Riasannya pun sederhana, kalau tidak dipaksa sang ibu, dia malas melakukannya."Eh, mau ke mana?" tanya Juna menarik lengan Ziya."Mau masuk lah, Kak. Acaranya 'kan di dalam," tunjuk Ziya ke arah masjid.Arjuna turun dari motornya dan melepas helm yang dikenakannya. "Masuk masjid pake helm?" decak Arjuna tertawa terbahak."Eh!" Ziya meraba-raba kepalnya lalu menyengir kuda. Segera ia lepas helm lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan melalui kaca spion motor Juna."Nih, Kak. Makasih ya," ujar Ziya mengulurkan lengannya.Langkah Ziya pun semakin dipercepat, tak sabar menjadi saksi kebahagiaan kakak pertamanya. Mungkin karena mengenakan flat shoes, makanya ia mudah berlari.

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 18 Curhat

    "Zii? Zizi? Ziya?" seloroh Arjuna melambaikan tangan, memanggil Ziya yang lagi-lagi terbengong."Eh," Ziya terkejut. Ia pun jadi salah tingkah karena ketahuan menatap Arjuna sedari tadi.Ziya mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Jemarinya menyelipkan anak rambutnya yang tidak berantakan ke belakang telinga. Ia juga meraih gelas dan minum untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering."Segitunya liatin aku. Naksir ya?" goda Arjuna melipat kedua lengannya di atas meja, sambil tersenyum lebar pada Ziya. Memperlihatkan kedua lesung pipinya."Apaan sih. Tadi, tanya apa, Kak? Maaf lagi nggak fokus," elak Ziya tidak berani menatap manik sang lawan bicara."Eemm ... kenapa kemarin malam-malam telepon? Aku telepon balik tapi nggak tersambung," tanya Arjuna kembali melanjutkan makannya.Ziya terdiam, ingatannya berputar pada kejadian malam itu. Tubuhnya kembali ge

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 17 Juna Kembali

    Juna mengerutkan alisnya. Pasalnya tiba-tiba malam-malam begini Ziya telepon. Banyak pertanyaan di benaknya. Namun baru sepersekian detik dingkatnya, sambungan terputus. Bahkan mati ketika ditelepon balik."Ada apa, ya? Ah mungkin mau mastiin aja kali lusa aku dateng apa nggak," pikir Arjuna meletakkan kembali ponselnya lalu merebahkan tubuhnya dan tidur.Sementara itu, Ziya masih gemetaran dipelukan Alvin. Pria itu lalu melepas jaketnya dan dipakaikan pada Ziya. Alvin keluar dari gudang memapah Ziya. Pandangannya mengedar mendapati tas dan seisinya berhamburan di jalan yang amat sepi tersebut."Udah, tenang aja. Ada aku, okay?" ucap Alvin menenangkan Ziya. Gadis itu hanya mengangguk, sesekali menyeka air mata yang berjatuhan."Jangan tinggal," rengek Ziya ketika Alvin hendak memunguti barang-barangnya."Aku mau ambilin tas kamu. Tuh bukunya juga. Bentar, tenang aja. Temen-temenku pasti ud

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 16 Hampir Saja

    Langkah kaki tanpa suara, dengan pandangan lurus ke depan, senyum yang tak lepas dari bibirnya menyapa siapa saja orang yang dikenalnya.Ziya Thalia, perempuan tegas dan tidak bisa feminim seperti wanita pada umumnya, mulai menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan. Namun ia benci pada pria yang agresif dan terang-terangan mendekatinya.Baru saja memarkirkan motor matic dan melepaskan helm, seseorang menepuk bahunya. Sontak Ziya memutar pandangan menatap sang pemilik tangan."Ih, apaan sih Al pegang-pegang! Bukan muhrim tahu!" tandas Ziya pada Alvin--teman satu kelasnya, sembari menepis tangan pria itu."Yaelah, Zi jangan galak-galak napa sama Abang," ujar Alvin terus menggodanya.Ziya memutar bola matanya malas. Kalau saja teman-temannya kuliah juga, sudah tak berbentuk tuh muka. Malah, bisa jadi rata kali dihabisi para Catuda.'Hemm ... jadi rindu kalian,' gumam Ziya melangkah masuk kelas.Walau dicuekin, Alvin tak gentar untuk ter

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 15 Kabar Bahagia atau Sebaliknya?

    Sudah beberapa jam berlalu, Arjuna masih bergelut dengan pikiran dan hatinya. Ia memutuskan keluar kamar, tak sengaja berpapasan dengan Ziya yang mau ke dapur."Eh! Mau ke mana, Kak?" tanya Ziya. Matanya yang tadi mengantuk tiba-tiba melek lagi."Cari angin," balas Arjuna singkat.Ziya melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 2 malam. "He? Tengah malam mau cari angin di mana? ACnya mati?" ucap Ziya lagi.Namun tak membalas lagi, Arjuna melenggang ke dapur. Ia mulai membuka kulkas dan menuangkan air putih lalu meneguknya dengan cepat. Ziya yang tadinya ingin minum pun mengikutinya.Setelahnya, Arjuna tak langsung kembali ke kamar. Ia duduk di kursi makan tak jauh dari dapur. Kedua lengannya menopang dagunya."Apa yang sedang kakak pikirkan?" tanya Ziya memperhatikan sedari tadi."Bukan urusanmu!" jawab Arjuna tanpa menoleh.'Lah, perasaa

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 14 Mengunjungi Meysa

    Klontang!Sendok yang digenggam Arjuna tetiba terlepas dari tangannya. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak baik. Tapi ia sendiri pun tak tahu apa itu.Rio dan Reza beralih pandang pada pria itu. Pandangannya mendadak kosong. Sebuah senggolan di lengannya membuyarkan lamunannya."Ada apa, Jun?" tanya Reza khawatir."Eh, enggak apa-apa, Za." Arjuna meneguk segelas air putih dalam 4 kali tegukan besar."Kalau gitu, aku mandi dulu, Kak," ucap Rio bergegas meninggalkan ruang makan.Arjuna nampak sudah tak berselera makan. Ia meletakkan sendoknya. Mengembuskan napas beratnya berulang kali."Mungkin kamu lelah, beristirahatlah. Bibi sudah menyiapkan kamar tamu untukmu," terang Reza."Iya, terima kasih," balas Arjuna beranjak menuju kamarnya.Tubuhnya yang memang terasa amat letih, membuat Arjuna cepat terlelap. Melemaskan otot-oto

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 13 Rasa yang aneh

    Arjuna masih menangis, tanpa mempedulikan pertanyaan Ziya. Pandangannya menunduk tak mau beralih, seolah lantai itu adalah sesuatu yang sangat menarik."Kak! Tolong katakan sesuatu, jangan diam saja!" pekik Ziya menarik-narik baju Arjuna.Pria itu masih diam saja, ia terus mengabaikan Ziya yang terus berteriak di sampingnya. Sampai pada akhirnya, Arjuna beranjak dari duduknya. Berjalan gontai entah kemana.Ziya menarik lengan Arjuna, "Apa yang Anda lakukan pada ibu saya!" geram Ziya berteriak.Arjuna hanya melirik lengannya, menatap Ziya yang berlinang air mata. Juna masih merasakan sesak di dadanya. Tenggorokannya masih tercekat.Pintu operasi terbuka, semua perawat mendorong brankar dengan senyum mengukir wajah mereka. Mengangguk ketika melihat Ziya."Ibu," sapanya melepas lengan Arjuna mendekati brankar."Operasi berhasil, beliau masih di bawah pengaruh bius. Aka

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 12 Operasi

    "Atas nama adikku, saya benar-benar minta maaf. Langsung saja ini darurat. Apa kamu seorang dokter kardiologi?" tanya Reza tanpa basa basi setelah masuk ke ruang IGD.Arjuna mengangguk tanpa suara. Keduanya saling bersitatap, tampak sorot mata kesedihan dipancarkan oleh Reza. Dokter spesialis kanker itu mengembuskan napas lega. Ia seolah mendapat oksigen berlebih di sekitarnya setelah sedari tadi dadanya serasa sesak terhimpit beban yang sangat berat."Saya Reza, atas nama klinik ini saya mohon bantuanmu untuk menyelamatkan nyawa ibu saya sekali lagi. Ini sangat darurat. Kondisinya semakin melemah. Kepala divisi kardiologi sedang seminar di luar kota, dokter bedahnya mengalami kecelakaan." Reza menatap penuh permohonan.Arjuna berkerut kening, "Apa yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya.Hembusan napas kasar Reza terdengar menggelitik indera pendengaran. "Tolong operasi ibuku," ucap Reza lirih menepuk

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 11 Salah Sangka

    Wanita baya itu menoleh sangat pelan, bibinya bergetar ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa terucap. Sampai pada akhirnya ibu itu pingsan. Dengan sigap Arjuna menopangnya.Lalu Arjuna beranjak dan merebahkan tubuhnya perlahan untuk memosisikan agar nyaman. Bukan di kursi, melainkan di trotoar. Karena letaknya yang datar dan keras. Ia berlutut sejajar dengan kepala dan bahu ibu tersebut.Sampai beberapa saat, Catuda Squad berbondong-bondong hendak berangkat ke pangkalan ojek, minus Ziya."Gengs, itu laki-laki yang kita tolong bukan?" Edi menunjuk ke arah Arjuna yang menghadap ke jalan raya."Iya betul. Eh eh, ngapain tuh orang. Gila mau bunuh orang di keramaian," cetus Sofyan menimpali.Mereka segera menghampiri Arjuna. Lalu segera turun dan memiting tangan Arjuna ke belakang."Mau ngapain kamu?" sembur Wahyu."Apaan sih, tolong ibu itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status