Home / Romansa / Jodoh Tak Salah Alamat / Bab 8 Karena Ku Sayang

Share

Bab 8 Karena Ku Sayang

Author: Sensen
last update Last Updated: 2021-06-01 16:22:39

Ziya berlari menghampiri teman-temannya yang menunggu di depan UGD. "Gaeess, thankyou banget ya. Kalian hebat deh kek super hero yang pernah aku tonton waktu kecil," kelakar Ziya merangkul sahabat-sahabatnya yang bisa terjangkau.

Mereka mengerutkan dahinya bersamaan. "Apaan? Power rangers? Yeah, aku ranger merah. Merah kan berani!" sahut Sofyan memamerkan otot lengannya yang kecil.

"Ih bukan," tampik Ziya cepat.

"Apaan dong?" Kali ini Wahyu yang bertanya.

"Teletubbies, berpelukan!" seru Ziya memeluk teman-temannya. Membuat mereka menepuk jidatnya saling berpelukan.

"Ehm!" Suara deheman membuat keenam orang yang saling merangkul itu kalang kabut. Mereka segera saling melepas tautan lengan berpura-pura sibuk.

Ada yang sibuk mengoperasikan ponsel, padahal tidak ada notif apa pun. Ada yang menggaruk kepalanya, ada juga yang berpura-pura saling mengobrol.

Reza melipat kedua lengannya sembari menatap mereka tajam. Ziya pun hanya menundukkan kepala. Reza selalu melarang keras Ziya melakukan kontak fisik dengan laki-laki, siapa pun itu kecuali kedua kakaknya. Namun gerakan refleknya membuat gadis itu lupa jika ia ada di lingkup sang kakak yang judes dan galak itu.

"Apa-apaan kamu, Zii?" sentak Reza membuat Ziya semakin takut.

"Maaf, Kak," ucapnya pelan tidak berani menatap mata tajam kakaknya yang seolah hendak mengiris-ngiris tubuhnya.

"Apa kayak gini kelakuan kamu di luar rumah, hah?" Reza menarik napasnya. "Pulang sekarang!" imbuhnya berteriak. Tak peduli banyak pasang mata yang memperhatikannya.

Mata Ziya sudah berkaca-kaca. Ia berlari meninggalkan teman-temannya sembari mengusap kasar air matanya. Segera ia melajukan motornya menuju ke rumah.

Tidak ada yang berani membantah atau menyanggah ucapan Reza. Mereka tahu, ucapan mereka tidak akan ada artinya di mata Reza.

Setelah menatap satu per satu para sahabat Ziya, Reza kembali ke ruangannya. Ia melepas jas kebesarannya, menyambar kunci mobil dan bergegas pulang.

Sampainya di rumah, Reza segera mencari adik perempuan satu-satunya itu. "Ziyaa!" panggil Reza berteriak di ruang tamu.

"Ada apasih, Bang?" Rio yang baru menuruni anak tangga turut terkejut mendengar teriakan kakaknya.

"Panggil Ziya ke sini. Kalau perlu seret dia!" serunya berkacak pinggang.

Rio mengernyitkan dahinya. Rasa penasaran bergelayut dalam sanubarinya. Tanpa bertanya lagi, ia segera menghampiri kamar adiknya. Mengetuk pintu.

"Dek, dipanggil Abang," ucap Rio.

Tak mendengar jawaban, Rio memutar handle pintu yang ternyata tidak terkunci. Nampak Ziya tidur tengkurap, menyembunyikan wajahnya di bantal.

"Dek," panggil Rio lagi menyentuh bahunya.

Ziya mendudukkan tubuhnya. Air matanya masih mengalir dengan derasnya. Dibentak-bentak di depan umum itu rasanya sesuatu.

"Ayo turun, nanti Bang Reza makin marah," ujar Rio lagi. Ziya mengangguk lalu mencuci wajahnya dan segera turun menemui kakaknya. diikuti oleh Rio.

Ziya menghela napas kasar. Ia sudah siap jika akan dimarahi kembali. Pandangannya terus menunduk.

"Tahun ajaran ini kamu harus kuliah!" tandas Reza dengan dingin.

"Tapi, Kak ...."

"Tidak ada tapi-tapian! 2 tahun kami membebaskanmu untuk bersenang-senang dengan pilihanmu. Sekarang saatnya kamu menuruti keinginan Kakak. Mau jadi apa kamu? Gaul sama temen-temen cowok, main rangkul-rangkulan segala!" tegas Reza membuat Ziya tidak berkutik.

Semua teman-teman Ziya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga mereka tidak ada yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka bekerja pun untuk membantu orang tuanya.

"Ngerti nggak, Zi?" bentak Reza sekali lagi.

"Terserah!" sahut Ziya berlari kembali ke kamar.

Rio menelan salivanya. Sebenarnya tidak tega melihat adik kesayangannya dimarahi seperti itu. Rio segera menghampiri Ziya yang ternyata kembali meringkuk di ranjang.

"Zii," panggil Rio menyentuh bahu adiknya yang bergetar.

"Apa? Kakak mau bentak-bentak aku juga? Bentak aja, Kak bentak!" teriak Ziya menangis tersedu.

Mendengar penuturan itu, Reza masuk perlahan tanpa menimbulkan suara. Ia memberi kode pada Rio agar meninggalkan mereka berdua. Rio mengangguk dan menuruti sang kakak.

"Kak Reza nggak pernah sayang sama aku. Kak Reza jahat! Aku benci Kakak!" teriaknya tanpa membalikkan tubuhnya.

Terbesit rasa bersalah dalam hatinya. Ia memang keterlaluan. Tidak seharusnya bersikap seperti tadi.

"Dek," ujar Reza mendaratkan tubuhnya di tepi ranjang Ziya.

"Pergi!" pekik Ziya yang begitu mengenal suara itu.

Namun bukannya beranjak, Reza membangunkan paksa Ziya. Meski gadis itu terus meronta minta dilepaskan.

Grep!

Reza memeluk adiknya dengan erat. Ziya terus memukul-mukul dada Reza dengan kedua tangan mungilnya. "Aku benci Kakak!" ujarnya saat merasa lelah.

"Maaf." Reza mengecup kening Ziya.

"Kakak sangat menyayangimu. Kakak hanya ingin yang terbaik untuk masa depanmu. Dan lagi, Kakak hanya ingin menjagamu, Dek. Kakak nggak mau terjadi apa-apa sama kamu." Reza mengusap-usap punggung Ziya.

"Mereka temen-temen Ziya, Kak. Kami sudah lama berteman. Kakak juga tahu 'kan? Mereka tidak pernah jahatin Ziya. Mereka juga sama deperti kakak, selalu menjaga Ziya. Tapi Kakak selalu berlebihan!" gerutu Ziya dengan suara parau.

Reza mengembuskan napasnya kasar. Menurutnya nggak ada pertemanan yang tulus antara perempuan dan laki-laki. Ia sangat takut adiknya disakiti.

"Iya maafin Kakak. Kuliah ya, Dek. Kamu mau jadi apa? Dokter? Atau mau jadi pebisnis? Atau akuntan? Sudah saatnya kamu serius dengan kehidupanmu. Kakak nggak akan membiarkan kamu terus seperti ini. Semua demi kehidupanmu," ujar Reza dengan memohon.

Akhirnya Ziya melepas pelukannya, lalu mengangguk, "Tapi syaratnya Ziya masih boleh ketemu temen-temen Ziya. Dan Ziya masih boleh narik kalau senggang."

"Tidak, nanti kamu kecapean! Kalau sekedar main boleh saja.Tapi ingat, tetep ada batasannya." Mulai dengan nada yang tidak mau dibantah.

Ziya menyebikkan bibirnya. Mau tidak mau ia harus menuruti sang kakak. "Aku mau jadi dokter, Kak. Biar bisa pake jas keren kayak Kakak," ucap Ziya nyengir.

"Ck! Jadi dokter cuma ngejar jas doang?" sindir Reza mengacak rambut adiknya.

"Ya nggak juga sih. Hehe. Nanti kalau Kakak udah nikah biar bisa selalu ngobatin Ibu kalau lagi sakit," ucapnya.

"Baiklah persiapkan dirimu. Kakak yang urus semua pendaftarannya," ujar Reza.

Tak berapa lama ponsel Reza berdering. Rekannya yang bertugas di rumah sakit tempatnya mengabdi sedang ada urusan mendadak. Sehingga memintanya untuk menggantikan jam kerjanya.

"Kakak pergi dulu," pamit Reza terburu-buru.

"Baru sampe rumah udah pergi lagi," gerutu Ziya.

****************

Di rumah sakit, derap langkah perawat berlarian mendorong brankar dengan seorang pasien tak sadarkan diri, dari lubang hidungnya terus mengalir darah. Keluarganya turut mengikuti menyamakan langkah mereka diiringi isak tangis.

Mereka segera masuk ruang IGD untuk diperiksa, namun tidak membiarkan pihak keluarga mengikuti.

Beberapa saat kemudian, Dokter yang berjaga di IGD menghubungi Reza yang mana seorang dokter spesialis onkolog atau yang disebut spesialis kanker.

Reza bergegas ke IGD untuk menentukan tindakan pada pasien. Saat melihat wajahnya, ia merasa tidak asing.

"Dia?" gumam Reza.

Bersambung~

Related chapters

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 9 Tidak Tahu Diri

    "Dok?" Seorang perawat menyadarkan lamunan Reza."Eh, iya." Reza melihat hasil diagnosisnya. Lalu kembali melakukan pemeriksaan lebih detail untuk menetapkan diagnosis dan jenis penyakitnya.Reza melakukan beberapa tes. Di antaranya tes darah dan tes sumsum tulang belakang. Setelah mengambil sampelnya, Reza meminta segera dibawa ke laboratorium."Pindahkan pasien ke rawat inap," titah Reza melenggang pergi keluar ruang IGD."Keluarga pasien?" ucap Reza berdiri di antara mereka."Kami orang tua Meysa, Dok. Bagaimana keadaannya?" Papa Meysa berdiri sambil memapah istrinya."Untuk sementara, pasien harus dirawat intensive sampai menunggu hasil lab keluar. Apakah sudah lama Meysa mengalami gejala seperti ini?" tanya Reza.Mamanya kembali terisak, sedang tante Meysa yang turut mengantar gadis itu, bergegas ke tempat pendaftaran."Dokter, dia divonis l

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 10 Diagnosa

    Jam pulang sudah terlewati, namun Reza tidak beranjak dari tempat duduknya. Menunggu hasil laborat seorang pasien yang pernah ditolong oleh adiknya. Meski ia tidak begitu mengenal Meysa. Namun hati kecilnya ingin membantu penyembuhannya.Terdengar suara pintu yang diketuk. Lalu menyembullah seorang perawat membawakan hasil yang dia tunggu-tunggu sejak semalam. Biasanya membutuhkan waktu berhari-hari. Namun, ia terus mendesak agar segera ditangani."Permisi, Dok. Ini hasilnya," ucap perawat itu menyerahkan sebuah stopmap."Terima kasih. Oh iya tolong panggilkan orang tua pasien kemari," titah Reza."Baik, Dok. Permisi." Perawat itu undur diri.Sedangkan Reza mengambil kaca matanya untuk mengamati dan membaca hasil pemeriksaan Meysa. Setiap kata dan angka ia cerna dengan baik. Agar tidak ada kesalahan dalam menetapkan diagnosis.Keningnya berkerut dalam, menandakan ia sangat serius ka

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 11 Salah Sangka

    Wanita baya itu menoleh sangat pelan, bibinya bergetar ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa terucap. Sampai pada akhirnya ibu itu pingsan. Dengan sigap Arjuna menopangnya.Lalu Arjuna beranjak dan merebahkan tubuhnya perlahan untuk memosisikan agar nyaman. Bukan di kursi, melainkan di trotoar. Karena letaknya yang datar dan keras. Ia berlutut sejajar dengan kepala dan bahu ibu tersebut.Sampai beberapa saat, Catuda Squad berbondong-bondong hendak berangkat ke pangkalan ojek, minus Ziya."Gengs, itu laki-laki yang kita tolong bukan?" Edi menunjuk ke arah Arjuna yang menghadap ke jalan raya."Iya betul. Eh eh, ngapain tuh orang. Gila mau bunuh orang di keramaian," cetus Sofyan menimpali.Mereka segera menghampiri Arjuna. Lalu segera turun dan memiting tangan Arjuna ke belakang."Mau ngapain kamu?" sembur Wahyu."Apaan sih, tolong ibu itu

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 12 Operasi

    "Atas nama adikku, saya benar-benar minta maaf. Langsung saja ini darurat. Apa kamu seorang dokter kardiologi?" tanya Reza tanpa basa basi setelah masuk ke ruang IGD.Arjuna mengangguk tanpa suara. Keduanya saling bersitatap, tampak sorot mata kesedihan dipancarkan oleh Reza. Dokter spesialis kanker itu mengembuskan napas lega. Ia seolah mendapat oksigen berlebih di sekitarnya setelah sedari tadi dadanya serasa sesak terhimpit beban yang sangat berat."Saya Reza, atas nama klinik ini saya mohon bantuanmu untuk menyelamatkan nyawa ibu saya sekali lagi. Ini sangat darurat. Kondisinya semakin melemah. Kepala divisi kardiologi sedang seminar di luar kota, dokter bedahnya mengalami kecelakaan." Reza menatap penuh permohonan.Arjuna berkerut kening, "Apa yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya.Hembusan napas kasar Reza terdengar menggelitik indera pendengaran. "Tolong operasi ibuku," ucap Reza lirih menepuk

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 13 Rasa yang aneh

    Arjuna masih menangis, tanpa mempedulikan pertanyaan Ziya. Pandangannya menunduk tak mau beralih, seolah lantai itu adalah sesuatu yang sangat menarik."Kak! Tolong katakan sesuatu, jangan diam saja!" pekik Ziya menarik-narik baju Arjuna.Pria itu masih diam saja, ia terus mengabaikan Ziya yang terus berteriak di sampingnya. Sampai pada akhirnya, Arjuna beranjak dari duduknya. Berjalan gontai entah kemana.Ziya menarik lengan Arjuna, "Apa yang Anda lakukan pada ibu saya!" geram Ziya berteriak.Arjuna hanya melirik lengannya, menatap Ziya yang berlinang air mata. Juna masih merasakan sesak di dadanya. Tenggorokannya masih tercekat.Pintu operasi terbuka, semua perawat mendorong brankar dengan senyum mengukir wajah mereka. Mengangguk ketika melihat Ziya."Ibu," sapanya melepas lengan Arjuna mendekati brankar."Operasi berhasil, beliau masih di bawah pengaruh bius. Aka

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 14 Mengunjungi Meysa

    Klontang!Sendok yang digenggam Arjuna tetiba terlepas dari tangannya. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak baik. Tapi ia sendiri pun tak tahu apa itu.Rio dan Reza beralih pandang pada pria itu. Pandangannya mendadak kosong. Sebuah senggolan di lengannya membuyarkan lamunannya."Ada apa, Jun?" tanya Reza khawatir."Eh, enggak apa-apa, Za." Arjuna meneguk segelas air putih dalam 4 kali tegukan besar."Kalau gitu, aku mandi dulu, Kak," ucap Rio bergegas meninggalkan ruang makan.Arjuna nampak sudah tak berselera makan. Ia meletakkan sendoknya. Mengembuskan napas beratnya berulang kali."Mungkin kamu lelah, beristirahatlah. Bibi sudah menyiapkan kamar tamu untukmu," terang Reza."Iya, terima kasih," balas Arjuna beranjak menuju kamarnya.Tubuhnya yang memang terasa amat letih, membuat Arjuna cepat terlelap. Melemaskan otot-oto

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 15 Kabar Bahagia atau Sebaliknya?

    Sudah beberapa jam berlalu, Arjuna masih bergelut dengan pikiran dan hatinya. Ia memutuskan keluar kamar, tak sengaja berpapasan dengan Ziya yang mau ke dapur."Eh! Mau ke mana, Kak?" tanya Ziya. Matanya yang tadi mengantuk tiba-tiba melek lagi."Cari angin," balas Arjuna singkat.Ziya melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 2 malam. "He? Tengah malam mau cari angin di mana? ACnya mati?" ucap Ziya lagi.Namun tak membalas lagi, Arjuna melenggang ke dapur. Ia mulai membuka kulkas dan menuangkan air putih lalu meneguknya dengan cepat. Ziya yang tadinya ingin minum pun mengikutinya.Setelahnya, Arjuna tak langsung kembali ke kamar. Ia duduk di kursi makan tak jauh dari dapur. Kedua lengannya menopang dagunya."Apa yang sedang kakak pikirkan?" tanya Ziya memperhatikan sedari tadi."Bukan urusanmu!" jawab Arjuna tanpa menoleh.'Lah, perasaa

    Last Updated : 2021-06-08
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 16 Hampir Saja

    Langkah kaki tanpa suara, dengan pandangan lurus ke depan, senyum yang tak lepas dari bibirnya menyapa siapa saja orang yang dikenalnya.Ziya Thalia, perempuan tegas dan tidak bisa feminim seperti wanita pada umumnya, mulai menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan. Namun ia benci pada pria yang agresif dan terang-terangan mendekatinya.Baru saja memarkirkan motor matic dan melepaskan helm, seseorang menepuk bahunya. Sontak Ziya memutar pandangan menatap sang pemilik tangan."Ih, apaan sih Al pegang-pegang! Bukan muhrim tahu!" tandas Ziya pada Alvin--teman satu kelasnya, sembari menepis tangan pria itu."Yaelah, Zi jangan galak-galak napa sama Abang," ujar Alvin terus menggodanya.Ziya memutar bola matanya malas. Kalau saja teman-temannya kuliah juga, sudah tak berbentuk tuh muka. Malah, bisa jadi rata kali dihabisi para Catuda.'Hemm ... jadi rindu kalian,' gumam Ziya melangkah masuk kelas.Walau dicuekin, Alvin tak gentar untuk ter

    Last Updated : 2021-06-26

Latest chapter

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 19 Meet Up

    Ziya bersemangat turun dari motor Arjuna. Ia mengenakan kebaya berwarna peach dengan celana berbahan satin berwarna senada. Rambutnya digerai dan hanya diikat beberapa helai ke belakang. Riasannya pun sederhana, kalau tidak dipaksa sang ibu, dia malas melakukannya."Eh, mau ke mana?" tanya Juna menarik lengan Ziya."Mau masuk lah, Kak. Acaranya 'kan di dalam," tunjuk Ziya ke arah masjid.Arjuna turun dari motornya dan melepas helm yang dikenakannya. "Masuk masjid pake helm?" decak Arjuna tertawa terbahak."Eh!" Ziya meraba-raba kepalnya lalu menyengir kuda. Segera ia lepas helm lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan melalui kaca spion motor Juna."Nih, Kak. Makasih ya," ujar Ziya mengulurkan lengannya.Langkah Ziya pun semakin dipercepat, tak sabar menjadi saksi kebahagiaan kakak pertamanya. Mungkin karena mengenakan flat shoes, makanya ia mudah berlari.

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 18 Curhat

    "Zii? Zizi? Ziya?" seloroh Arjuna melambaikan tangan, memanggil Ziya yang lagi-lagi terbengong."Eh," Ziya terkejut. Ia pun jadi salah tingkah karena ketahuan menatap Arjuna sedari tadi.Ziya mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Jemarinya menyelipkan anak rambutnya yang tidak berantakan ke belakang telinga. Ia juga meraih gelas dan minum untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering."Segitunya liatin aku. Naksir ya?" goda Arjuna melipat kedua lengannya di atas meja, sambil tersenyum lebar pada Ziya. Memperlihatkan kedua lesung pipinya."Apaan sih. Tadi, tanya apa, Kak? Maaf lagi nggak fokus," elak Ziya tidak berani menatap manik sang lawan bicara."Eemm ... kenapa kemarin malam-malam telepon? Aku telepon balik tapi nggak tersambung," tanya Arjuna kembali melanjutkan makannya.Ziya terdiam, ingatannya berputar pada kejadian malam itu. Tubuhnya kembali ge

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 17 Juna Kembali

    Juna mengerutkan alisnya. Pasalnya tiba-tiba malam-malam begini Ziya telepon. Banyak pertanyaan di benaknya. Namun baru sepersekian detik dingkatnya, sambungan terputus. Bahkan mati ketika ditelepon balik."Ada apa, ya? Ah mungkin mau mastiin aja kali lusa aku dateng apa nggak," pikir Arjuna meletakkan kembali ponselnya lalu merebahkan tubuhnya dan tidur.Sementara itu, Ziya masih gemetaran dipelukan Alvin. Pria itu lalu melepas jaketnya dan dipakaikan pada Ziya. Alvin keluar dari gudang memapah Ziya. Pandangannya mengedar mendapati tas dan seisinya berhamburan di jalan yang amat sepi tersebut."Udah, tenang aja. Ada aku, okay?" ucap Alvin menenangkan Ziya. Gadis itu hanya mengangguk, sesekali menyeka air mata yang berjatuhan."Jangan tinggal," rengek Ziya ketika Alvin hendak memunguti barang-barangnya."Aku mau ambilin tas kamu. Tuh bukunya juga. Bentar, tenang aja. Temen-temenku pasti ud

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 16 Hampir Saja

    Langkah kaki tanpa suara, dengan pandangan lurus ke depan, senyum yang tak lepas dari bibirnya menyapa siapa saja orang yang dikenalnya.Ziya Thalia, perempuan tegas dan tidak bisa feminim seperti wanita pada umumnya, mulai menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan. Namun ia benci pada pria yang agresif dan terang-terangan mendekatinya.Baru saja memarkirkan motor matic dan melepaskan helm, seseorang menepuk bahunya. Sontak Ziya memutar pandangan menatap sang pemilik tangan."Ih, apaan sih Al pegang-pegang! Bukan muhrim tahu!" tandas Ziya pada Alvin--teman satu kelasnya, sembari menepis tangan pria itu."Yaelah, Zi jangan galak-galak napa sama Abang," ujar Alvin terus menggodanya.Ziya memutar bola matanya malas. Kalau saja teman-temannya kuliah juga, sudah tak berbentuk tuh muka. Malah, bisa jadi rata kali dihabisi para Catuda.'Hemm ... jadi rindu kalian,' gumam Ziya melangkah masuk kelas.Walau dicuekin, Alvin tak gentar untuk ter

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 15 Kabar Bahagia atau Sebaliknya?

    Sudah beberapa jam berlalu, Arjuna masih bergelut dengan pikiran dan hatinya. Ia memutuskan keluar kamar, tak sengaja berpapasan dengan Ziya yang mau ke dapur."Eh! Mau ke mana, Kak?" tanya Ziya. Matanya yang tadi mengantuk tiba-tiba melek lagi."Cari angin," balas Arjuna singkat.Ziya melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 2 malam. "He? Tengah malam mau cari angin di mana? ACnya mati?" ucap Ziya lagi.Namun tak membalas lagi, Arjuna melenggang ke dapur. Ia mulai membuka kulkas dan menuangkan air putih lalu meneguknya dengan cepat. Ziya yang tadinya ingin minum pun mengikutinya.Setelahnya, Arjuna tak langsung kembali ke kamar. Ia duduk di kursi makan tak jauh dari dapur. Kedua lengannya menopang dagunya."Apa yang sedang kakak pikirkan?" tanya Ziya memperhatikan sedari tadi."Bukan urusanmu!" jawab Arjuna tanpa menoleh.'Lah, perasaa

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 14 Mengunjungi Meysa

    Klontang!Sendok yang digenggam Arjuna tetiba terlepas dari tangannya. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak baik. Tapi ia sendiri pun tak tahu apa itu.Rio dan Reza beralih pandang pada pria itu. Pandangannya mendadak kosong. Sebuah senggolan di lengannya membuyarkan lamunannya."Ada apa, Jun?" tanya Reza khawatir."Eh, enggak apa-apa, Za." Arjuna meneguk segelas air putih dalam 4 kali tegukan besar."Kalau gitu, aku mandi dulu, Kak," ucap Rio bergegas meninggalkan ruang makan.Arjuna nampak sudah tak berselera makan. Ia meletakkan sendoknya. Mengembuskan napas beratnya berulang kali."Mungkin kamu lelah, beristirahatlah. Bibi sudah menyiapkan kamar tamu untukmu," terang Reza."Iya, terima kasih," balas Arjuna beranjak menuju kamarnya.Tubuhnya yang memang terasa amat letih, membuat Arjuna cepat terlelap. Melemaskan otot-oto

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 13 Rasa yang aneh

    Arjuna masih menangis, tanpa mempedulikan pertanyaan Ziya. Pandangannya menunduk tak mau beralih, seolah lantai itu adalah sesuatu yang sangat menarik."Kak! Tolong katakan sesuatu, jangan diam saja!" pekik Ziya menarik-narik baju Arjuna.Pria itu masih diam saja, ia terus mengabaikan Ziya yang terus berteriak di sampingnya. Sampai pada akhirnya, Arjuna beranjak dari duduknya. Berjalan gontai entah kemana.Ziya menarik lengan Arjuna, "Apa yang Anda lakukan pada ibu saya!" geram Ziya berteriak.Arjuna hanya melirik lengannya, menatap Ziya yang berlinang air mata. Juna masih merasakan sesak di dadanya. Tenggorokannya masih tercekat.Pintu operasi terbuka, semua perawat mendorong brankar dengan senyum mengukir wajah mereka. Mengangguk ketika melihat Ziya."Ibu," sapanya melepas lengan Arjuna mendekati brankar."Operasi berhasil, beliau masih di bawah pengaruh bius. Aka

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 12 Operasi

    "Atas nama adikku, saya benar-benar minta maaf. Langsung saja ini darurat. Apa kamu seorang dokter kardiologi?" tanya Reza tanpa basa basi setelah masuk ke ruang IGD.Arjuna mengangguk tanpa suara. Keduanya saling bersitatap, tampak sorot mata kesedihan dipancarkan oleh Reza. Dokter spesialis kanker itu mengembuskan napas lega. Ia seolah mendapat oksigen berlebih di sekitarnya setelah sedari tadi dadanya serasa sesak terhimpit beban yang sangat berat."Saya Reza, atas nama klinik ini saya mohon bantuanmu untuk menyelamatkan nyawa ibu saya sekali lagi. Ini sangat darurat. Kondisinya semakin melemah. Kepala divisi kardiologi sedang seminar di luar kota, dokter bedahnya mengalami kecelakaan." Reza menatap penuh permohonan.Arjuna berkerut kening, "Apa yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya.Hembusan napas kasar Reza terdengar menggelitik indera pendengaran. "Tolong operasi ibuku," ucap Reza lirih menepuk

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 11 Salah Sangka

    Wanita baya itu menoleh sangat pelan, bibinya bergetar ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa terucap. Sampai pada akhirnya ibu itu pingsan. Dengan sigap Arjuna menopangnya.Lalu Arjuna beranjak dan merebahkan tubuhnya perlahan untuk memosisikan agar nyaman. Bukan di kursi, melainkan di trotoar. Karena letaknya yang datar dan keras. Ia berlutut sejajar dengan kepala dan bahu ibu tersebut.Sampai beberapa saat, Catuda Squad berbondong-bondong hendak berangkat ke pangkalan ojek, minus Ziya."Gengs, itu laki-laki yang kita tolong bukan?" Edi menunjuk ke arah Arjuna yang menghadap ke jalan raya."Iya betul. Eh eh, ngapain tuh orang. Gila mau bunuh orang di keramaian," cetus Sofyan menimpali.Mereka segera menghampiri Arjuna. Lalu segera turun dan memiting tangan Arjuna ke belakang."Mau ngapain kamu?" sembur Wahyu."Apaan sih, tolong ibu itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status