Home / Romansa / Jodoh Tak Salah Alamat / Bab 7 Menemukanmu

Share

Bab 7 Menemukanmu

Author: Sensen
last update Last Updated: 2021-06-01 16:21:44

Hari pun berganti, semburat jingga melukis langit di Kota Yogja sore itu. Saat berhenti di lampu merah, pandangan Arjuna terusik kala melihat segerombolan orang-orang yang sedang mengintimidasi seorang pedagang.

Sebenarnya ia malas ikut campur, tapi hati nuraninya berkata sebaliknya. Rasa kasihan akhirnya menuntunnya untuk berhenti di sebuah kedai angkringan.

"Mana setoran!" teriak seorang berbadan kekar menggebrak meja.

"Maaf, Mas. Tapi saya baru buka. Belum ada pembeli," sahut seorang Bapak tua dengan gemetar.

"Alah alasan!" pekiknya lalu menendang sebuah kursi panjang dan beberapa kursi plastik membuat penjual itu terlonjak kaget. Semua porak poranda.

Arjuna mendekat, mendorong pelan bahu pria itu. "Jangan kasar sama orang tua. Bicara pelan-pelan kan bisa?" ujarnya menatap tajam.

"Siapa kamu! Nggak usah ikut campur!" teriak preman itu lagi tepat di hadapan Arjuna.

"Bukan ikut campur, Bung. Hati-hati dengan azab karena kasar dengan orang tua." Arjuna membantu membenarkan posisi kursi tadi, hendak menghampiri penjual tua itu namun ranselnya ditarik oleh preman tersebut.

"Bacot! Kurang ajar doain kena azab." Mata ketua preman sudah menyalang merah. Tangannya terkepal kuat.

Tak ada yang pernah berani melawan preman-preman itu. Mereka terkenal bengis dan tak kenal ampun. Karenanya orang-orang seolah menutup mata berpura-pura tak melihat.

"Itu biasanya yang aku liat di salah satu stasiun TV di tempat kerja. Hmmm ... semoga dapet hidayah, Bung!" sindir Arjuna mengusap bahu besar dan kuat di depannya.

Orang itu menggeram marah, merasa tersinggung dengan setiap ucapan Arjuna. Lalu,  satu tendangan kuat mendarat di perut Arjuna.

Lelah, lapar, ngantuk menderanya setelah menempuh perjalanan panjang membuatnya tak bisa menangkis serangan mendadak itu. Ah bukan itu saja, Arjuna memang tak pandai adu jotos. Ia sama sekali tak memiliki kemampuan silat atau sejenis apa pun itu.

Arjuna terhempas ke belakang beberapa langkah. Ia menekan perutnya yang terkena hantaman kaki preman tersebut. Arjuna hanya menghela napas kasar.

"Hajar!" pekik ketua preman itu menyuruh anak buahnya untuk menyerang Arjuna. Penjual tua itu pun berusaha mencegahnya, tapi tak berani mendekat. Tubuh rentanya tidak akan mampu melawan orang-orang itu.

"Sial!" gumam Arjuna pasrah. Karena saat ini memang tenaganya benar-benar sudah terkuras.

Dari seberang jalan, nampak Meysa yang sedang berjalan-jalan menikmati senja kala itu. Semenjak pulang ke kampung halaman, Meysa menghabiskan waktunya sehari-hari untuk berjalan-jalan, melukis dan membidik apa pun yang menurutnya indah dengan kamera yang menggantung di lehernya.

Terkesiap ketika melihat motor yang selama lima tahun selalu mengantarnya kemanapun. Ia hapal dengan plat nomor dan helm sang pemilik. Matanya kembali menelisik bertambah terkejut ketika melihat Arjuna terkapar terlempar di trotoar.

Meysa menangis seketika. Hendak berlari namun situasi sangat ramai. "Juna! Berhenti! Jangan sakiti dia!" pekiknya menoleh ke kiri dan kanan untuk menyeberang jalan raya yang sangat luas itu.

Mereka membabi buta menyerang Arjuna. Samar-samar matanya melihat bayangan Meysa dari kejauhan, yang nampak sedang panik di seberang jalan. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Meski raganya remuk redam.

"Aku menemukanmu," gumam Arjuna di ambang kesadarannya.

"Woi! Woi! Banci! Main kroyokan!" teriak seorang perempuan turun dari motornya masih mengenakan helm. Sebelumnya ia telah meminta bala bantuan pada teman-temannya melalui sambungan telepon ketika melihat pengeroyokan dari kejauhan.

"Pergilah manis, ini bukan urusanmu!" tandas salah seorang preman hendak mencubit dagunya. Namun segera ditepis dengan kasar.

Sebenarnya jantungnya berdegub hebat seperti habis marathon. Dia berusaha mengulur waktu sampai tim penyelamatnya datang. Tidak tega melihat seorang pria terkapar di jalanan dengan banyak luka di tubuhnya.

"Jangan kurang ajar! Ini kriminal, mana bisa dibiarin!" Ziya mengambil ranting yang cukup besar lalu  mengayunkan pada orang-orang kekar itu.

Namun ia terkejut kala rantingnya patah saat mengenai tubuh mereka. Matanya membelalak, orang-orang itu tertawa terbahak-bahak.

Ziya meneguk salivanya dengan kasar. Dalam hatinya terus berdoa, berharap teman-temannya lekas datang. Satu kepalan tangan hendak mendarat di pipi mulusnya. Mata Ziya sudah terpejam erat, namun Farid datang tepat waktu. Memegang kepalan tangan itu lalu memelintir lengannya.

Orang itu pun memekik kesakitan. "Jangan pernah menyentuhnya seujung kuku pun!" ancam Farid menatap tajam.

Catuda Squad tiba di lokasi tepat waktu. Segera saja mereka saling adu jotos mengeluarkan kemampuan masing-masing. Dari semua geng Catuda cuma Ziya yang tidak bisa pencak silat.

Sewaktu baru bergabung dan ikut latihan pertama, tubuhnya memar-memar dan terus mengaduh sepanjang malam. Kelelahan selama latihan. Akhirnya ibunya melarang keras Ziya ikut latihan lagi.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Farid memeriksa wajah Ziya. Kedua tangannya menangkup pipi Ziya. Sedang gadis itu menggeleng.

Meysa terpundur beberapa langkah sembari menutup mulutnya, egonya menghentikannya untuk menemui Arjuna. Meski khawatir kini bergelayut di hatinya. Deraian air matanya semakin deras, namun saat melihat Ziya and the genk ia jauh lebih tenang.

"Maafin aku, Jun," lirihnya menahan sakit dalam hatinya. Meysa memutuskan untuk pulang ke rumah. Walau dengan kondisi hati yang acak-acakan.

Kalah jumlah, akhirnya preman-preman itu menyerah. Mereka berlarian menyelamatkan diri.

"Segitu doang?" ucap Wahyu menepuk-nepuk telapak tangannya.

"Cih! Badan gede doang. Nyatanya kalah ama kita yang kuker," celetuk Sofyan menimpali menatap kepergian mereka.

"Kuker? Apaan? Setahuku kue kering yang biasa dijual emak," sahut Eko menatap salah satu sahabat tengilnya itu.

"Jiahaaha! Itu 'kan versi emak Lo, versi gue mah kurus kering," balas Sofyan melipat kedua lengannya di dada.

Mereka semua tertawa terbahak-bahak. "Sa ae lu Kang Ojek!" Edi menimpali.

Hanya Ziya yang tidak menanggapi ocehan receh mereka. Dia menghampiri Arjuna yang sudah tidak sadarkan diri. Ziya berjongkok memeriksa denyut nadinya, hembusan napasnya yang terakhir menempelkan telinga di dada.

"Masih idup, ayo bawa ke tempat Kak Reza!" pekik Ziya membuyarkan tawa teman-temannya.

"Gimana caranya?" Eko menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Panggil taksi lah, Dudul! Buruan!" Ziya kembali berteriak.

Mereka lalu mengangkat Arjuna, merebahkannya di jok belakang taksi yang baru saja dihentikan. Sedang Ziya dan kawan-kawan mengikuti naik motor.

Tak lama, mereka sampai di Klinik Permata milik sang kakak. Catuda Squad segera mengeluarkan Arjuna dan mengangkatnya masuk ke klinik.

Ziya berlari menuju ruangan sang kakak. "Kak Reza! Kak! Kak Reza keluar!" teriak Ziya menggedor pintu.

Pintu pun terbuka, "Apa sih, Dek? Kayak orang kesurupan aja!" cebik Reza kesal.

"Tolong, ada orang pingsan abis digebukin!" Ziya menunjuk sembarang arah. Maksudnya ke ruang UGD.

"Kan udah ada Dokter jaga Ziya!" sahut Reza santai bersandar di pintu.

Ziya pun menyengir, menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Gitu ya, Kak? Ya maap, hehehe." Segera Ziya berbalik langkah menuju UGD tempat Arjuna ditangani.

Bersambung~

Related chapters

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 8 Karena Ku Sayang

    Ziya berlari menghampiri teman-temannya yang menunggu di depan UGD. "Gaeess, thankyou banget ya. Kalian hebat deh kek super hero yang pernah aku tonton waktu kecil," kelakar Ziya merangkul sahabat-sahabatnya yang bisa terjangkau.Mereka mengerutkan dahinya bersamaan. "Apaan? Power rangers? Yeah, aku ranger merah. Merah kan berani!" sahut Sofyan memamerkan otot lengannya yang kecil."Ih bukan," tampik Ziya cepat."Apaan dong?" Kali ini Wahyu yang bertanya."Teletubbies, berpelukan!" seru Ziya memeluk teman-temannya. Membuat mereka menepuk jidatnya saling berpelukan."Ehm!" Suara deheman membuat keenam orang yang saling merangkul itu kalang kabut. Mereka segera saling melepas tautan lengan berpura-pura sibuk.Ada yang sibuk mengoperasikan ponsel, padahal tidak ada notif apa pun. Ada yang menggaruk kepalanya, ada juga yang berpura-pura saling mengobrol.Reza melipat

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 9 Tidak Tahu Diri

    "Dok?" Seorang perawat menyadarkan lamunan Reza."Eh, iya." Reza melihat hasil diagnosisnya. Lalu kembali melakukan pemeriksaan lebih detail untuk menetapkan diagnosis dan jenis penyakitnya.Reza melakukan beberapa tes. Di antaranya tes darah dan tes sumsum tulang belakang. Setelah mengambil sampelnya, Reza meminta segera dibawa ke laboratorium."Pindahkan pasien ke rawat inap," titah Reza melenggang pergi keluar ruang IGD."Keluarga pasien?" ucap Reza berdiri di antara mereka."Kami orang tua Meysa, Dok. Bagaimana keadaannya?" Papa Meysa berdiri sambil memapah istrinya."Untuk sementara, pasien harus dirawat intensive sampai menunggu hasil lab keluar. Apakah sudah lama Meysa mengalami gejala seperti ini?" tanya Reza.Mamanya kembali terisak, sedang tante Meysa yang turut mengantar gadis itu, bergegas ke tempat pendaftaran."Dokter, dia divonis l

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 10 Diagnosa

    Jam pulang sudah terlewati, namun Reza tidak beranjak dari tempat duduknya. Menunggu hasil laborat seorang pasien yang pernah ditolong oleh adiknya. Meski ia tidak begitu mengenal Meysa. Namun hati kecilnya ingin membantu penyembuhannya.Terdengar suara pintu yang diketuk. Lalu menyembullah seorang perawat membawakan hasil yang dia tunggu-tunggu sejak semalam. Biasanya membutuhkan waktu berhari-hari. Namun, ia terus mendesak agar segera ditangani."Permisi, Dok. Ini hasilnya," ucap perawat itu menyerahkan sebuah stopmap."Terima kasih. Oh iya tolong panggilkan orang tua pasien kemari," titah Reza."Baik, Dok. Permisi." Perawat itu undur diri.Sedangkan Reza mengambil kaca matanya untuk mengamati dan membaca hasil pemeriksaan Meysa. Setiap kata dan angka ia cerna dengan baik. Agar tidak ada kesalahan dalam menetapkan diagnosis.Keningnya berkerut dalam, menandakan ia sangat serius ka

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 11 Salah Sangka

    Wanita baya itu menoleh sangat pelan, bibinya bergetar ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa terucap. Sampai pada akhirnya ibu itu pingsan. Dengan sigap Arjuna menopangnya.Lalu Arjuna beranjak dan merebahkan tubuhnya perlahan untuk memosisikan agar nyaman. Bukan di kursi, melainkan di trotoar. Karena letaknya yang datar dan keras. Ia berlutut sejajar dengan kepala dan bahu ibu tersebut.Sampai beberapa saat, Catuda Squad berbondong-bondong hendak berangkat ke pangkalan ojek, minus Ziya."Gengs, itu laki-laki yang kita tolong bukan?" Edi menunjuk ke arah Arjuna yang menghadap ke jalan raya."Iya betul. Eh eh, ngapain tuh orang. Gila mau bunuh orang di keramaian," cetus Sofyan menimpali.Mereka segera menghampiri Arjuna. Lalu segera turun dan memiting tangan Arjuna ke belakang."Mau ngapain kamu?" sembur Wahyu."Apaan sih, tolong ibu itu

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 12 Operasi

    "Atas nama adikku, saya benar-benar minta maaf. Langsung saja ini darurat. Apa kamu seorang dokter kardiologi?" tanya Reza tanpa basa basi setelah masuk ke ruang IGD.Arjuna mengangguk tanpa suara. Keduanya saling bersitatap, tampak sorot mata kesedihan dipancarkan oleh Reza. Dokter spesialis kanker itu mengembuskan napas lega. Ia seolah mendapat oksigen berlebih di sekitarnya setelah sedari tadi dadanya serasa sesak terhimpit beban yang sangat berat."Saya Reza, atas nama klinik ini saya mohon bantuanmu untuk menyelamatkan nyawa ibu saya sekali lagi. Ini sangat darurat. Kondisinya semakin melemah. Kepala divisi kardiologi sedang seminar di luar kota, dokter bedahnya mengalami kecelakaan." Reza menatap penuh permohonan.Arjuna berkerut kening, "Apa yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya.Hembusan napas kasar Reza terdengar menggelitik indera pendengaran. "Tolong operasi ibuku," ucap Reza lirih menepuk

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 13 Rasa yang aneh

    Arjuna masih menangis, tanpa mempedulikan pertanyaan Ziya. Pandangannya menunduk tak mau beralih, seolah lantai itu adalah sesuatu yang sangat menarik."Kak! Tolong katakan sesuatu, jangan diam saja!" pekik Ziya menarik-narik baju Arjuna.Pria itu masih diam saja, ia terus mengabaikan Ziya yang terus berteriak di sampingnya. Sampai pada akhirnya, Arjuna beranjak dari duduknya. Berjalan gontai entah kemana.Ziya menarik lengan Arjuna, "Apa yang Anda lakukan pada ibu saya!" geram Ziya berteriak.Arjuna hanya melirik lengannya, menatap Ziya yang berlinang air mata. Juna masih merasakan sesak di dadanya. Tenggorokannya masih tercekat.Pintu operasi terbuka, semua perawat mendorong brankar dengan senyum mengukir wajah mereka. Mengangguk ketika melihat Ziya."Ibu," sapanya melepas lengan Arjuna mendekati brankar."Operasi berhasil, beliau masih di bawah pengaruh bius. Aka

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 14 Mengunjungi Meysa

    Klontang!Sendok yang digenggam Arjuna tetiba terlepas dari tangannya. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak baik. Tapi ia sendiri pun tak tahu apa itu.Rio dan Reza beralih pandang pada pria itu. Pandangannya mendadak kosong. Sebuah senggolan di lengannya membuyarkan lamunannya."Ada apa, Jun?" tanya Reza khawatir."Eh, enggak apa-apa, Za." Arjuna meneguk segelas air putih dalam 4 kali tegukan besar."Kalau gitu, aku mandi dulu, Kak," ucap Rio bergegas meninggalkan ruang makan.Arjuna nampak sudah tak berselera makan. Ia meletakkan sendoknya. Mengembuskan napas beratnya berulang kali."Mungkin kamu lelah, beristirahatlah. Bibi sudah menyiapkan kamar tamu untukmu," terang Reza."Iya, terima kasih," balas Arjuna beranjak menuju kamarnya.Tubuhnya yang memang terasa amat letih, membuat Arjuna cepat terlelap. Melemaskan otot-oto

    Last Updated : 2021-06-01
  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 15 Kabar Bahagia atau Sebaliknya?

    Sudah beberapa jam berlalu, Arjuna masih bergelut dengan pikiran dan hatinya. Ia memutuskan keluar kamar, tak sengaja berpapasan dengan Ziya yang mau ke dapur."Eh! Mau ke mana, Kak?" tanya Ziya. Matanya yang tadi mengantuk tiba-tiba melek lagi."Cari angin," balas Arjuna singkat.Ziya melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 2 malam. "He? Tengah malam mau cari angin di mana? ACnya mati?" ucap Ziya lagi.Namun tak membalas lagi, Arjuna melenggang ke dapur. Ia mulai membuka kulkas dan menuangkan air putih lalu meneguknya dengan cepat. Ziya yang tadinya ingin minum pun mengikutinya.Setelahnya, Arjuna tak langsung kembali ke kamar. Ia duduk di kursi makan tak jauh dari dapur. Kedua lengannya menopang dagunya."Apa yang sedang kakak pikirkan?" tanya Ziya memperhatikan sedari tadi."Bukan urusanmu!" jawab Arjuna tanpa menoleh.'Lah, perasaa

    Last Updated : 2021-06-08

Latest chapter

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 19 Meet Up

    Ziya bersemangat turun dari motor Arjuna. Ia mengenakan kebaya berwarna peach dengan celana berbahan satin berwarna senada. Rambutnya digerai dan hanya diikat beberapa helai ke belakang. Riasannya pun sederhana, kalau tidak dipaksa sang ibu, dia malas melakukannya."Eh, mau ke mana?" tanya Juna menarik lengan Ziya."Mau masuk lah, Kak. Acaranya 'kan di dalam," tunjuk Ziya ke arah masjid.Arjuna turun dari motornya dan melepas helm yang dikenakannya. "Masuk masjid pake helm?" decak Arjuna tertawa terbahak."Eh!" Ziya meraba-raba kepalnya lalu menyengir kuda. Segera ia lepas helm lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan melalui kaca spion motor Juna."Nih, Kak. Makasih ya," ujar Ziya mengulurkan lengannya.Langkah Ziya pun semakin dipercepat, tak sabar menjadi saksi kebahagiaan kakak pertamanya. Mungkin karena mengenakan flat shoes, makanya ia mudah berlari.

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 18 Curhat

    "Zii? Zizi? Ziya?" seloroh Arjuna melambaikan tangan, memanggil Ziya yang lagi-lagi terbengong."Eh," Ziya terkejut. Ia pun jadi salah tingkah karena ketahuan menatap Arjuna sedari tadi.Ziya mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Jemarinya menyelipkan anak rambutnya yang tidak berantakan ke belakang telinga. Ia juga meraih gelas dan minum untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering."Segitunya liatin aku. Naksir ya?" goda Arjuna melipat kedua lengannya di atas meja, sambil tersenyum lebar pada Ziya. Memperlihatkan kedua lesung pipinya."Apaan sih. Tadi, tanya apa, Kak? Maaf lagi nggak fokus," elak Ziya tidak berani menatap manik sang lawan bicara."Eemm ... kenapa kemarin malam-malam telepon? Aku telepon balik tapi nggak tersambung," tanya Arjuna kembali melanjutkan makannya.Ziya terdiam, ingatannya berputar pada kejadian malam itu. Tubuhnya kembali ge

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 17 Juna Kembali

    Juna mengerutkan alisnya. Pasalnya tiba-tiba malam-malam begini Ziya telepon. Banyak pertanyaan di benaknya. Namun baru sepersekian detik dingkatnya, sambungan terputus. Bahkan mati ketika ditelepon balik."Ada apa, ya? Ah mungkin mau mastiin aja kali lusa aku dateng apa nggak," pikir Arjuna meletakkan kembali ponselnya lalu merebahkan tubuhnya dan tidur.Sementara itu, Ziya masih gemetaran dipelukan Alvin. Pria itu lalu melepas jaketnya dan dipakaikan pada Ziya. Alvin keluar dari gudang memapah Ziya. Pandangannya mengedar mendapati tas dan seisinya berhamburan di jalan yang amat sepi tersebut."Udah, tenang aja. Ada aku, okay?" ucap Alvin menenangkan Ziya. Gadis itu hanya mengangguk, sesekali menyeka air mata yang berjatuhan."Jangan tinggal," rengek Ziya ketika Alvin hendak memunguti barang-barangnya."Aku mau ambilin tas kamu. Tuh bukunya juga. Bentar, tenang aja. Temen-temenku pasti ud

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 16 Hampir Saja

    Langkah kaki tanpa suara, dengan pandangan lurus ke depan, senyum yang tak lepas dari bibirnya menyapa siapa saja orang yang dikenalnya.Ziya Thalia, perempuan tegas dan tidak bisa feminim seperti wanita pada umumnya, mulai menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan. Namun ia benci pada pria yang agresif dan terang-terangan mendekatinya.Baru saja memarkirkan motor matic dan melepaskan helm, seseorang menepuk bahunya. Sontak Ziya memutar pandangan menatap sang pemilik tangan."Ih, apaan sih Al pegang-pegang! Bukan muhrim tahu!" tandas Ziya pada Alvin--teman satu kelasnya, sembari menepis tangan pria itu."Yaelah, Zi jangan galak-galak napa sama Abang," ujar Alvin terus menggodanya.Ziya memutar bola matanya malas. Kalau saja teman-temannya kuliah juga, sudah tak berbentuk tuh muka. Malah, bisa jadi rata kali dihabisi para Catuda.'Hemm ... jadi rindu kalian,' gumam Ziya melangkah masuk kelas.Walau dicuekin, Alvin tak gentar untuk ter

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 15 Kabar Bahagia atau Sebaliknya?

    Sudah beberapa jam berlalu, Arjuna masih bergelut dengan pikiran dan hatinya. Ia memutuskan keluar kamar, tak sengaja berpapasan dengan Ziya yang mau ke dapur."Eh! Mau ke mana, Kak?" tanya Ziya. Matanya yang tadi mengantuk tiba-tiba melek lagi."Cari angin," balas Arjuna singkat.Ziya melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 2 malam. "He? Tengah malam mau cari angin di mana? ACnya mati?" ucap Ziya lagi.Namun tak membalas lagi, Arjuna melenggang ke dapur. Ia mulai membuka kulkas dan menuangkan air putih lalu meneguknya dengan cepat. Ziya yang tadinya ingin minum pun mengikutinya.Setelahnya, Arjuna tak langsung kembali ke kamar. Ia duduk di kursi makan tak jauh dari dapur. Kedua lengannya menopang dagunya."Apa yang sedang kakak pikirkan?" tanya Ziya memperhatikan sedari tadi."Bukan urusanmu!" jawab Arjuna tanpa menoleh.'Lah, perasaa

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 14 Mengunjungi Meysa

    Klontang!Sendok yang digenggam Arjuna tetiba terlepas dari tangannya. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak baik. Tapi ia sendiri pun tak tahu apa itu.Rio dan Reza beralih pandang pada pria itu. Pandangannya mendadak kosong. Sebuah senggolan di lengannya membuyarkan lamunannya."Ada apa, Jun?" tanya Reza khawatir."Eh, enggak apa-apa, Za." Arjuna meneguk segelas air putih dalam 4 kali tegukan besar."Kalau gitu, aku mandi dulu, Kak," ucap Rio bergegas meninggalkan ruang makan.Arjuna nampak sudah tak berselera makan. Ia meletakkan sendoknya. Mengembuskan napas beratnya berulang kali."Mungkin kamu lelah, beristirahatlah. Bibi sudah menyiapkan kamar tamu untukmu," terang Reza."Iya, terima kasih," balas Arjuna beranjak menuju kamarnya.Tubuhnya yang memang terasa amat letih, membuat Arjuna cepat terlelap. Melemaskan otot-oto

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 13 Rasa yang aneh

    Arjuna masih menangis, tanpa mempedulikan pertanyaan Ziya. Pandangannya menunduk tak mau beralih, seolah lantai itu adalah sesuatu yang sangat menarik."Kak! Tolong katakan sesuatu, jangan diam saja!" pekik Ziya menarik-narik baju Arjuna.Pria itu masih diam saja, ia terus mengabaikan Ziya yang terus berteriak di sampingnya. Sampai pada akhirnya, Arjuna beranjak dari duduknya. Berjalan gontai entah kemana.Ziya menarik lengan Arjuna, "Apa yang Anda lakukan pada ibu saya!" geram Ziya berteriak.Arjuna hanya melirik lengannya, menatap Ziya yang berlinang air mata. Juna masih merasakan sesak di dadanya. Tenggorokannya masih tercekat.Pintu operasi terbuka, semua perawat mendorong brankar dengan senyum mengukir wajah mereka. Mengangguk ketika melihat Ziya."Ibu," sapanya melepas lengan Arjuna mendekati brankar."Operasi berhasil, beliau masih di bawah pengaruh bius. Aka

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 12 Operasi

    "Atas nama adikku, saya benar-benar minta maaf. Langsung saja ini darurat. Apa kamu seorang dokter kardiologi?" tanya Reza tanpa basa basi setelah masuk ke ruang IGD.Arjuna mengangguk tanpa suara. Keduanya saling bersitatap, tampak sorot mata kesedihan dipancarkan oleh Reza. Dokter spesialis kanker itu mengembuskan napas lega. Ia seolah mendapat oksigen berlebih di sekitarnya setelah sedari tadi dadanya serasa sesak terhimpit beban yang sangat berat."Saya Reza, atas nama klinik ini saya mohon bantuanmu untuk menyelamatkan nyawa ibu saya sekali lagi. Ini sangat darurat. Kondisinya semakin melemah. Kepala divisi kardiologi sedang seminar di luar kota, dokter bedahnya mengalami kecelakaan." Reza menatap penuh permohonan.Arjuna berkerut kening, "Apa yang bisa saya bantu, Dok?" tanyanya.Hembusan napas kasar Reza terdengar menggelitik indera pendengaran. "Tolong operasi ibuku," ucap Reza lirih menepuk

  • Jodoh Tak Salah Alamat   Bab 11 Salah Sangka

    Wanita baya itu menoleh sangat pelan, bibinya bergetar ingin mengatakan sesuatu namun tak bisa terucap. Sampai pada akhirnya ibu itu pingsan. Dengan sigap Arjuna menopangnya.Lalu Arjuna beranjak dan merebahkan tubuhnya perlahan untuk memosisikan agar nyaman. Bukan di kursi, melainkan di trotoar. Karena letaknya yang datar dan keras. Ia berlutut sejajar dengan kepala dan bahu ibu tersebut.Sampai beberapa saat, Catuda Squad berbondong-bondong hendak berangkat ke pangkalan ojek, minus Ziya."Gengs, itu laki-laki yang kita tolong bukan?" Edi menunjuk ke arah Arjuna yang menghadap ke jalan raya."Iya betul. Eh eh, ngapain tuh orang. Gila mau bunuh orang di keramaian," cetus Sofyan menimpali.Mereka segera menghampiri Arjuna. Lalu segera turun dan memiting tangan Arjuna ke belakang."Mau ngapain kamu?" sembur Wahyu."Apaan sih, tolong ibu itu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status