Setelah mereka selesai makan siang bersama, Kayla pun diantar William ke lobi.“Kakak antar sampai sini saja. Mobilku di parkiran ….”“Kuantar sampai parkiran lebih aman.”Kayla menghela napas, lalu tersenyum tidak berdaya. Pria di depannya ini begitu keras kepala.“Kak Will, Kakak tahu aku tidak suka dipaksa, ‘kan?” Ditanya seperti itu, William cukup terkejut. “Aku … bukan bermaksud memaksa, tapi–”“Jarak lobi dan tempat parkir dekat kok, Kak! Tidak perlu khawatir, oke?” ucap Kayla dengan senyum menenangkan.Melihat gadis itu begitu keras kepala, akhirnya William pun mengalah. “Ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan, nanti kalau ada sesuatu—”“Hubungi aku,” potong Kayla cepat dengan gaya khas William, sedikit mencontoh pria itu sebelum akhirnya tersenyum. “Ya, ’kan?” William yang sempat tersentak, akhirnya tersenyum sambil mengangguk. “Ya, hubungi aku.”“Jangan khawatir, aku akan hubungi Kak Will kalau ada apa-apa,” ujar Kayla lagi. Dia mengambil beberapa langkah untuk menuruni
Beberapa jam sebelumnya, di kamar hotel Daniel Brown.“Apa kamu bilang, Dan?” Anastasia berkata dengan nada tinggi pada Daniel, wajahnya terlihat tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Daniel. “Stella diminta CEO Ellysium untuk menggantikanmu sebagai perwakilan kerja sama dua perusahaan!? Bagaimana bisa!? Apa yang sudah kamu lakukan!?”Daniel yang sedang memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sofa untuk menenangkan diri berakhir menghela napas kasar.“Apa kamu bisa diam sebentar dan jangan berisik, Ana?!”“Bagaimana aku bisa diam sedangkan kamu sendiri seperti seorang pecundang di hadapan si Stella! Kamu tahu sendiri dia itu sering sombong dan juga–”“Ana, kumohon berhentilah bicara!” Kembali Daniel mengulang kata-katanya.“Ya, tapi … proyek ini adalah proyek khusus dari kakekmu agar kamu bisa membuktikan kalau kamu memang sudah layak untuk menjadi pemimpin di Terra Brown, itu yang selalu kamu katakan padaku, kan? Aku juga melihat semua perjuanganmu, kamu itu ora
Setelah bertengkar dengan Kayla, darah Anastasia rasanya masih mendidih, apalagi saat ini dirinya benar-benar merasa terhina akibat Kayla yang meninggalkannya begitu saja. Namun, dia ingat tujuannya datang kemari untuk menemui CEO Ellysium Luminar, jadi dia berusaha untuk menenangkan diri terlebih dahulu, sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam gedung tempat di mana kantor perwakilan Ellysium Luminar. Anastasia sibuk dengan ponselnya guna membuat rencana untuk memberi pelajaran pada Kayla, tetapi karena ulahnya itu, dia tidak sengaja menabrak seseorang hingga membuat ponselnya terjatuh. “Aaah!!” Anastasia menjadi kesal kembali sambil mengambil ponselnya di lantai, lalu dia mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa orang yang menabraknya. “Hei Kamu! Apa kamu tidak punya mata?!” Anastasia sedikit berteriak hingga dia menarik perhatian beberapa orang yang ada di sana. Namun, alangkah terkejutnya dia saat melihat orang yang menabraknya tadi adalah seseorang yang dia kenal! Pria yang
Sesampainya di rumah, Kayla sebenarnya terus dihantui ucapan Anastasia. Dia tahu wanita itu selalu sengaja mencari masalah dengannya, tetapi kali ini berbeda. Anastasi begitu marah dan seperti benar-benar ingin menghabisinya. Kenapa?Tiba-tiba, Kayla teringat bagaimana Anastasia menyinggung Daniel, Stella, dan … CEO Ellysium Luminar.“CEO Ellysium Luminar … apa itu orang yang diincar oleh perusahaan keluarga Stella?” pikirnya.Di saat itu juga, Kayla tersadar akan satu hal. “Ellysium Luminar itu tempat Kak Will bekerja, ‘kan? Haruskah aku bertanya padanya?” Tepat ketika ide itu muncul di benak Kayla, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya.“Ngapain juga mikirin hal begini sih?” Kayla menggeleng-gelengkan kepalanya keras, mencoba menepis apa yang ada dalam benaknya.Kayla lalu mengeluarkan barang belanjaannya sebelum pulang ke rumah tadi, dia berencana membuat kukis untuk cemilannya. Kayla sibuk mengatur adonan kukis keju di atas loyang sebelum memasukkannya ke dalam oven. Aroma wangi
Mendengar Kayla mengucapkan kata-kata itu, William terkesiap. Sesaat wajahnya menggelap, namun dia segera tenang. Dia harus mendengarkan cerita Kayla sampai tuntas.“Anastasia … dia wanita yang bersama dengan mantan pacarmu itu?” tanya William dengan menyipitkan matanya dan menebalkan kata-kata ‘mantan pacar’ pada Kayla.Kayla menghela napas dalam dan mengangguk.Terlihat rahang wajah William menjadi sedikit mengetat, menahan rasa marahnya, tetapi kembali bersikap santai menanggapinya.“Lalu, kenapa dia sampai memukulmu?” tanya William lagi.“Aku … juga tidak tahu.” Kayla menaikkan kedua bahunya.“Kamu tidak tahu kenapa dia memukulmu?” William menautkan alis mendengar pernyataan Kayla barusan.Kayla mengangguk. “Dia berkata tentang keluarga Brown dan kerjasama dengan Ellysium Luminar, lalu menyebutkan tentang Stella juga, aku tidak mengerti apa hubungannya.” Apa yang dikatakan oleh Kayla barusan langsung membuat William berpikir dan menghubungkan semuanya.“Kemarin Stella juga mengat
Pertanyaan Kayla membuat ekspresi William yang tenang sempat sedikit goyah. Namun, dia berdeham sedikit untuk menutupi hal tersebut dan menjawab, “Ya, aku kenal. Kenapa?”“Aku rasa orang yang bisa membuat keluarga Brown, keluarga yang menguasai North Dakota, datang ke sini hanya dirinya. Jadi, itu berarti CEO Ellysium Luminar sedang ada di kota ini, bukan?”Mendengar asumsi Kayla, William harus mengakui kalau gadis di hadapannya ini sangat cerdas. Dari satu hal ke hal lain, dia bisa mendapatkan konklusi yang sangat akurat.“Ya, memang demikian.”Kayla lalu mengangguk. “Jadi setelah bertemu CEO Ellysium, proyek yang harusnya dikepalai oleh Daniel malah diberikan kepada Stella. Hal itu membuat Anastasia sangat marah, tapi … kenapa marahnya kepadaku?” Dia berpikir keras.William terdiam, memerhatikan wajah Kayla yang tampak kesulitan. Jujur saja, William merasa bersalah menyembunyikan ini semua. Haruskah dia memberi tahu Kayla kenyataannya sekarang?“Kay, mengenai itu–”“Aku tahu!” poton
Pagi harinya, Kayla tidak melihat William ada di sebelahnya. Dia gegas beranjak dari tempat tidurnya. “Ah, aku kesiangan!” Kayla berkata dengan panik saat melihat sudah jam 6 pagi. Setelah mencuci wajahnya, Kayla segera keluar kamar, dan baru saja keluar dari kamarnya, Kayla langsung mengendus bau yang cukup menyengat di hidungnya. Bau masakan gosong. Kayla gegas menuju dapur dan melihat dapur dalam keadaan yang kacau. “Kak Will?! Apa yang terjadi di sini?!” Mata Kayla menyapu seisi dapur, dia benar-benar takjub dengan pemandangan yang ada di depannya sekarang. Di atas teflon terlihat telur yang gosong, lalu roti yang keluar dari toaster juga terlihat berwarna hitam pekat. Di atas tempat cuci piring, ada beberapa wadah yang digunakan berantakan dan hal yang membuat seisi rumah menjadi bau gosong karena cooker hood yang ada di atas kompor tidak dihidupkan oleh William. “Seperti yang kamu lihat, pagi ini … terjadi kekacauan.” William berkata dengan nada datarnya, cukup tenang pa
Kayla masih terpaku di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Temani aku mewakili Ellysium Luminar? Bagaimana bisa William mewakili Ellysium Luminar?” pikir Kayla dengan penuh kecurigaan. “Eh… Kak Will, kok bisa kamu yang mewakili Ellysium Luminar? Apa aku salah dengar?” Kayla tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. William mengangkat alisnya sejenak sebelum menjawab dengan tenang, “Aku punya hubungan baik dengan klien satu ini, jadi aku yang diminta mewakili kali ini.” “Ooh,” jawab Kayla dengan bibir yang membulat. “Bagaimana? Kau mau ikut?” tanya William lagi. “Siapa tahu ini bisa jadi kesempatan agar kamu bisa masuk lebih mudah ke Ellysium, bukan?” Mendengar kalimat itu, mata Kayla langsung berbinar. “Oke!” Senyuman terpatri di wajah William, membuat Kayla yang melihat terpesona sesaat. “Oke. Aku akan menjemputmu sebelum jam makan siang.” *** Siang harinya, Kayla dan William tiba di sebuah rumah mewah, mereka diarahkan oleh pelayan ke taman belaka
Frank membawa Kayla menuju salah satu villa yang ada di pinggiran kota, tempat ini memiliki suasana yang cukup nyaman dan tenang. “Ini tempatnya, Nyonya.” Frank berkata pelan.Kayla melangkah keluar, sedikit menggigil karena udara dingin. Namun, tatapan hangat William yang sudah menunggunya di pintu vila langsung menghapus rasa dinginnya. Pria itu mengenakan pakaian kasual — kaos polos dengan sweater bewarna gelap dengan celana panjang santai — membuatnya terlihat begitu berbeda dari sosok formal seperti sebelum William berangkat ke kantor“Kak Will!” seru Kayla sambil berlari kecil menghampiri William dan langsung memeluk pria itu.“Ayo cepat masuk, di luar sangat dingin.” William membawa Kayla masuk ke dalam dan di tempat ini memang sangat hangat. William menuntunnya berjalan ke ruang makan. Di atas meja sudah terlihat hidangan makanan yang sangat lezat. Kayla lalu melihat ke arah William, mempertanyakan maksud pria itu.“Ini …?”“Dinner di luar selain di rumah,” jawab William sin
Kayla terdiam, pikirannya yang semula terfokus pada acara yang akan dihadiri bersama William tiba-tiba buyar begitu saja. Dia tidak tahu harus merespons seperti apa."Tapi ini...," Kayla mencoba mengumpulkan keberanian untuk menolak, namun lidahnya terasa kelu. Rasanya tidak mungkin untuk menentang permintaan Nenek Daisy."Acara ini sangat penting untuk menjaga nama baik keluarga Drake. Kamu hanya perlu datang dan tampil dengan baik. Semua persiapan akan diatur oleh orang-orang nenek," ujar Daisy dengan nada santai, seolah-olah ini hal kecil.Kayla masih terdiam. Hatinya mulai diliputi kegelisahan. Pikirannya bercabang ke berbagai kemungkinan. Apakah ini cara Nenek Daisy untuk memastikan dia benar-benar tidak bisa datang ke acara bersama William?"Kay, nanti selama di sana, tolong perhatikan sikapmu. Akan ada banyak tamu penting, termasuk pejabat dan kemungkinan walikota serta dewan kota. Keluarga Drake memiliki hubungan dekat dengan mereka. Aku harap kamu bisa menjaga citra keluarga i
Stella mengeluarkan beberapa batuk kecil sebelum bersuara, "Aku disuruh masuk atau harus berdiri di depan pintu jadi kurir saja?" ujarnya sambil tersenyum lebar, mengangkat kotak kue di tangannya sebagai bukti tugasnya.Kayla yang tengah sibuk memeriksa pesan di ponselnya langsung tersadar dan terkekeh ringan. "Ah, maaf, sampai lupa! Masuk, dong, Stell."Setelah Stella masuk dan duduk di sofa ruang tamu, dia langsung memulai ceritanya. "Tadi aku ada rapat di kantor Ellysium sama Tuan Kaisar William Drake. Setelah selesai, tiba-tiba dia manggil aku secara khusus dan bilang, ‘Tolong temui istriku, dia pasti sedang kesepian dan butuh teman.’" Stella menirukan nada serius William, lalu terkikik.Kayla, yang kini duduk di sebelah Stella, tersenyum lebar mendengar cerita itu. Pandangannya beralih ke kotak kue yang Stella bawa. Matanya berbinar penuh antusias."Itu kue cokelat, ya? Pasti suamiku yang minta sekretarisnya siapkan. Kak Will memang tahu banget apa yang aku suka!" Kayla berseri-se
Pagi hari, Kayla membuka matanya perlahan, dan pandangannya langsung tertuju pada William yang masih tertidur di sampingnya. Lengannya melingkar erat di pinggang Kayla, seolah tak ingin melepasnya. Suara dengkuran halus dari suaminya membuat Kayla tersenyum lembut, hatinya terasa hangat melihat sisi William yang begitu tenang. Ditambah lagi setelah pembicaraan panjang semalam.Dengan hati-hati, Kayla menyentuh pipi William, jari-jarinya mengelus lembut kulit suaminya. “Kak Will,” bisiknya pelan, mencoba membangunkannya.Mata William sedikit terbuka, pandangannya masih berat. “Hmm, pagi,” jawabnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.“Pagi, Kak Will,” sapa Kayla dengan nada manis. Senyuman tipis langsung terukir di wajah William, membuat Kayla merasa seolah mendapatkan hadiah pertama di pagi hari.“Jam berapa sekarang?” William bertanya sambil menarik Kayla lebih dekat dalam pelukannya, memejamkan matanya lagi.“Hampir jam tujuh. Bangun, Kak Will, hari ini kamu masih a
Mendengar kata-kata William yang tulus, Kayla merasa hatinya menghangat. Perasaan dihargai oleh suaminya membuat dadanya penuh dengan emosi. William bahkan rela meluangkan waktu dari kesibukannya hanya untuk mendengarkan ceritanya. Beberapa saat dia hanya diam, matanya terarah pada pria di hadapannya, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia semakin menyadari betapa dirinya makin mencintai suaminya itu.“Kay,” suara lembut William memecah keheningan. “Apa kamu masih ragu, hehm?” tanyanya sambil menarik tubuh Kayla ke dalam pelukannya. Wangi citrus dan mint yang khas dari parfum William menyeruak, mengisi ruang di antara mereka.Kayla memejamkan mata dan membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. “Kak Will …” ucapnya lembut, suaranya terdengar manja. Tanpa sadar, tangannya memeluk pria itu lebih erat. Pelukan itu, di tengah tekanan yang baru saja ia alami, seolah menjadi tempatnya meluruhkan segala beban.William mengecup lembut puncak kepalanya. “Hehm… apa kamu belum mau menceritakan
“Kay,” tegur William, dan ini membuat lamuan Kayla buyar hingga nyaris menjatuhkan tas yang dipegangnya. Kondisi ini membuat William dengan sigap menolongnya. Bau mint yang menguar dari wangi sabun mandi milik William ini masuk ke dalam indra penciumannya, membuatnya juga cepat tersadar kalau saat ini William sudah berada di dekatnya dengan handuk yang melilit di tubuhnya. “Kamu bertemu dengan Stella hari ini, apa yang dia katakan?” tanya William setelah meletakkan tas itu ke atas meja kembali. Kayla melihat ke arah William dengan tatapan datarnya dan bertanya dalam hati, “Apa … aku harus mengatakan hal ini pada Kak Will?” “Hei, kamu kembali melamun?” William membuyarkan kembali pikiran Kayla. “Ah, Kak Will sudah selesai?” Kayla dengan cepat mengulas senyum di wajahnya, dia memutuskan untuk menunda dulu membicarakan hal ini. William melihat ke arah Kayla dengan tatapan menyelidik. “Kay, aku … minta maaf.” Suara pria itu terdengar sangat lembut di telinga Kayla. “Maaf, karena ak
Sesampainya di rumah, Kayla terkejut karena William sudah ada di rumah. “Kay, kemana saja kamu? Bukannya sudah kukatakan kalau kamu harus pergi bersama dengan Frank?” Nada suara William sedikit lebih tinggi dari biasanya, raut wajahnya terlihat bentuk kekhawatiran di sana. “Itu … bukankah sebelumnya sudah kukatakan kalau aku menemani Nenek pergi? Nenek juga sudah menyuruh Frank secara langsung untuk pulang, karena itu–” “Tidak peduli siapa pun menyuruhnya, kamu harus tetap bersama dengan Frank dari keluar rumah sampai kembali lagi ke rumah. Ini demi keselamatanmu, karena di sini tidak sama dengan di Indonesia, Kay.” William berkata dengan penuh penekanan, hal ini membuat diam untuk beberapa saat. Benar dia memang salah tidak memberitahu William secara langsung terkait dirinya yang pergi bersama sang nenek, karena saat itu posisi ponselnya berdaya lemah, tetapi sebelumnya dia sudah menghubungi William, dan William tidak meresponsnya. Lalu, Nenek Daisy menyuruh Frank untuk segera
“Kay!” panggil Stella sembari menepuk pelan pungung tangannya yang ada di atas meja.“Ah, iya, aku ….”“Aku tidak tahu ada berapa banyak calon pewaris keluarga Drake, tapi cerita yang barusan kudengar kemarin saat aku tiba di tempat ini sebenarnya membuatku bertanya-tanya, karena sepengetahuan berita yang beredar diantara kami, keluarga besar Drake hanya memiliki satu pewaris tunggal dan itu adalah … suamimu.” Stella berkata dengan wajahnya yang dipasang sangat serius.Kayla mengangguk pelan membenarkan.Stella nampak terkejut. “Kay, apa … hubunganmu sebenarnya dengan Kak Williammu ini baik-baik saja?” tanya Stella dengan nada rendah dan pelan, khawatir menyakiti perasaan Kayla.Kayla mendesah dalam. “Sebenarnya ….” Kayla lalu menceritakan hal itu pada Stella, tentang bagaimana dirinya pertama kali disambut di keluarga Drake,lalu perubahan sikap nenek WIlliam. Namun, dalam hubungannya dengan William tidak ada hal yang serius. Pria itu tetap memperlakukannya seperti biasa, bahkan belaka
Satu minggu berlalu sejak kejadian itu. Rencana Daisy yang akan mengunjungi Kayla di kediaman mereka batal karena tiba-tiba saja sang Kakek harus ke luar kota hingga membuat Daisy harus mempersiapkan banyak hal untuk perjalanan mereka.Kayla tidak mempermasalahkannya, bahkan dia sedikit lega. Entah kenapa perubahan sikap neneknya yang cukup mendadak ini membuat Kayla sedikit heran. Apa pikirannya saja atau … tetapi melihat William yang tidak terlalu membahas lebih dalam masalah ini dia juga tidak memikirkan lebih jauh.Selama seminggu ini juga, dia sibuk belajar membuat kue kesukaan Daisy, dengan mendapatkan resep dari chef kediaman keluarga Drake. Semua berjalan tenang dan hubungannya dengan William semakin hari makin dekat. Bahkan William akan selalu menghubungi Kayla di tengah kesibukannya. Hal ini membuat Kayla tidak akan pernah jauh-jauh dari ponselnya.“Kak Will, nanti aku akan pergi dengan Stella.” Kayla memberikan laporannya pada William. Sebenarnya dia juga sudah memberitahuka