Mo diajak pergi ini si Kayla.. mo dikenal2in kali ah... 😂😂😂 btw, ditunggu kelanjutannya, ya., temen2 sekalian.. heheheh..
Kayla masih terpaku di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Temani aku mewakili Ellysium Luminar? Bagaimana bisa William mewakili Ellysium Luminar?” pikir Kayla dengan penuh kecurigaan. “Eh… Kak Will, kok bisa kamu yang mewakili Ellysium Luminar? Apa aku salah dengar?” Kayla tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. William mengangkat alisnya sejenak sebelum menjawab dengan tenang, “Aku punya hubungan baik dengan klien satu ini, jadi aku yang diminta mewakili kali ini.” “Ooh,” jawab Kayla dengan bibir yang membulat. “Bagaimana? Kau mau ikut?” tanya William lagi. “Siapa tahu ini bisa jadi kesempatan agar kamu bisa masuk lebih mudah ke Ellysium, bukan?” Mendengar kalimat itu, mata Kayla langsung berbinar. “Oke!” Senyuman terpatri di wajah William, membuat Kayla yang melihat terpesona sesaat. “Oke. Aku akan menjemputmu sebelum jam makan siang.” *** Siang harinya, Kayla dan William tiba di sebuah rumah mewah, mereka diarahkan oleh pelayan ke taman belaka
Saat William berjabat tangan dengan Sandra dan tampak begitu ramah, suasana di ruangan pun tampak cerah. Sandra yang dipuji dan digenggam tangannya oleh William merasa sangat senang dan berkata, “Salam kenal, Tuan William. Sungguh senang bisa bertemu orang hebat seperti Anda.”Melihat William tidak keberatan dengan kehadiran putrinya, Hardi tentu tidak melepaskan kesempatan. Dia langsung mengisyaratkan pada pelayan untuk memindahkan satu kursi kosong ke sebelah William.“Sandra, duduklah. Kenapa berdiri saja seperti itu?” ucap Hardi memberikan kode, membuat Sandra mengangguk dan langsung duduk. Di sisi lain, Hardi menatap William. “Maaf, Pak William. Putriku jarang dipuji dan berbicara dengan pria, jadi dia agak kaku.”“Oh?” William menatap Sandra santai. “Kukira wanita cantik seperti Nona Sandra pasti sudah sering dikejar pria?” tanyanya, membuat Sandra semakin merona.Pertanyaan dan sikap William membuat beberapa orang tertawa dan sedikit menggoda, tapi tidak ada yang menyadari kal
Di mobil yang membawa mereka kembali ke apartemen William, dalam diam Kayla memikirkan kembali ucapan William tadi.“Ayo kita pulang, istriku.“Kalimat William itu membuat wajah Kayla merona merah dan jantungnya berpacu cepat. Apa ini perasaannya atau … dia senang dipanggil seperti itu?‘Y-yang benar saja,’ batin Kayla seraya mengipas-ngipaskan tangan ke dirinya sendiri.“Panas?”Pertanyaan itu membuat Kayla tersentak. Dia langsung menoleh ke arah William yang tampak meliriknya selagi mobil berhenti.“T-tidak.”“Lalu, kenapa merah seperti itu?” tanya William tanpa basa-basi, membuat Kayla tersentak.“U-uh … m-mungkin tadi minumannya mengandung sedikit alkohol,” elak Kayla seraya sedikit membuang muka dan terus mengipas-ngipaskan tangannya.William menaikkan alisnya, tapi tidak membalas.Jelas-jelas Kayla hanya minum jus jeruk, alkohol dari mana?Berpura-pura tidak tahu akan kebohongan Kayla, William pun mengalihkan topik. “Jadi, sampai kapan kamu akan menutupi hubungan kita?” tanyanya
*Beberapa saat yang lalu* Tidak jauh berbeda dengan Kayla yang memusingkan masalah pertengkaran mereka tadi, William yang sedang fokus dengan pekerjaannya juga tak kian berhenti menghela napas. Namun, didera tanggung jawab, William terus berusaha menepis pemikirannya hingga waktu sudah malam dan perutnya meronta minta diisi. Keluar dari ruang kerja menuju ruang makan, William melihat sudah ada berbagai hidangan di atas meja. Akan tetapi, tampaknya Kayla tidak berniat untuk makan bersamanya. Kentara, istrinya itu masih marah. Tidak ingin memaksa dan membuat suasana menjadi lebih buruk, William berujung makan sendirian dan kembali ke ruang kerjanya setelah selesai. Baru saja duduk di kursi kerjanya lagi, mendadak William melihat ponselnya berdering. Itu dari Gabriel. “Ada apa?” tanya William tanpa basa-basi, tahu bahwa asistennya itu tidak akan menghubungi kalau bukan karena hal penting. “Laporan terkait kerja sama dengan sejumlah klien dan partner penting sudah kukirim dan perl
Dihadapkan langsung dengan pertanyaan William yang tepat ke intinya, membuat jantung Kayla berdebar cepat. Dia bingung harus menjawab jujur atau tidak, tapi kalau berbohong … apa gunanya juga?Melihat Kayla terdiam dan ragu, William kembali bertanya, “Bagaimana? Apa benar begitu?”Akhirnya, Kayla pun menghela napas selagi membuang wajah. “Bukannya memang begitu?” Saat kalimat itu terlontar dari mulutnya, Kayla memaki dirinya sendiri. Bukannya tadi dia mau bertanya kenapa pria itu menikahinya? Kayla sendiri ingin memastikan apakah William menikahinya karena harta, bukan!? Kenapa dia malah menuding William dengan cara seperti itu? Cara ini sama saja dengan ingin memancing emosi pria tersebut!‘Dasar Kayla bodoh!!’ maki dirinya sendiri.Namun, di luar dugaan, tawa yang renyah penuh kelegaan bergema dalam ruangan.Kayla yang terkejut langsung mengangkat pandangan, melihat William yang tertawa begitu lepas. Hal itu membuatnya bingung.“Apa yang lucu?” tanya Kayla dengan agak ketus, merasa
“Aku sudah di depan rumahmu, keluarlah!”Sandra menerima panggilan telepon dari kerabatnya yang akan menemaninya hari ini. Segera dia keluar dengan membawa dokumen penting di tangannya.“Ya Tuhan, Sandra! Wajahmu jelek sekali hari ini.” Ucapan itu terdengar saat dirinya sudah ada di dalam mobil.“Tentu saja buruk! Dipermalukan di perjamuan oleh seorang pria, aku baru pertama kali mengalaminya!” Sandra mendengkus.“Dipermalukan di perjamuan? Apa maksudmu?” Anastasia penasaran. Sandra menghela napas kasar. “Kemarin ayahku mengadakan perjamuan, lalu…” Dia pun menceritakan apa yang terjadi di perjamuan kemarin.“Apa?! Pria itu memancingmu, lalu berakhir menolakmu?! Apa pria itu gila?!” Anastasia sangat kaget. Walau dia merasa dirinya lebih cantik, tapi sepupunya ini juga tidak buruk. Bahkan, bisa dikatakan dia salah satu wanita tercantik di ibu kota. Lalu, ada seorang pria yang menolak undangannya secara cuma-cuma?!“Kalau bukan karena dia orang penting di Elysium, pasti sudah kupermalu
Setelah bertanya hal itu, jantung Kayla berdegup kencang, kalau saja itu adalah William, maka masuk akal kalau William benar-benar menikahinya tidak karena harta warisan nenek Yulia, Pegawai Ellysium saja memiliki gaji yang cukup besar, apalagi kalau sampai dia memiliki jabatan eksekutif di tempat ini!“Itu … namanya Pak Dominic, tapi dia juga masih sementara. Karena orang dari perusahaan pusat kabarnya masih menyeleksi siapa pimpinan yang tepat untuk wilayah negara kita.” Deswita berkata dengan santai.Mendengar jawaban tersebut entah kenapa tiba-tiba saja, Kayla sedikit kecewa. “Oh, jadi namanya Pak Dominic, ya? Apa dia ini menyeramkan sekali?” tanya Kayla.“Ya, dia menyeramkan, tapi kamu harus tahu Kay! Ada orang dari kantor pusat yang ditugaskan di sini, dan dia jauh lebih menyeramkan lagi karena posisinya dikabarkan sebagai petinggi Ellysium. Saranku kita tidak perlu terlibat dengan mereka-mereka itu.” Deswita berkata dengan nada pelan, seolah takut terdengar oleh orang lain.“Ke
Sandra nyaris terjatuh kalau tidak ditahan oleh Anastasia, dan mantan teman kuliah Kayla itu langsung melotot. “Siapa yang berani mendorong saudaraku!? Kurang ajar sekali!”“Mendorong bukanlah satu-satunya hal yang bisa kulakukan pada seseorang yang berani menyentuh adikku,” balas pelaku pendorong Sandra.Di saat itu, Anastasia dan Sandra yang menoleh untuk melihat pemilik suara, langsung sedikit tertegun saat mendapati sosok seorang pria bertubuh tinggi dan tegap yang berdiri di hadapan Kayla.Walau pria itu masih mengenakan jaket kulitna yang berwarna hitam itu, tapi otot kekarnya tidak mampu disembunyikan. Ditambah dengan wajahnya yang tampan dan memesona, kedua wanita itu agak bertanya-tanya mengenai apa identitas pria tersebut!Di saat ini, suara Kayla pun terdengar berseru, “Kakak?!”Anastasia dan Sandra terbelalak. ‘Kakak?!’Pria yang dipanggil ‘Kakak’ oleh Kayla itu menoleh menghadap sang adik, dan benar saja! Itu adalah Ghafa!!“Kenapa Kakak ke sini!?” seru Kayla, sama sekali
Ghafa duduk di bangku kayu di taman kota, tempat yang mereka sepakati sebelumnya. Pakaian santainya tampak sedikit kusut, menandakan bahwa ia sudah berada di sana cukup lama. Ia menatap lurus ke depan, namun kakinya bergerak-gerak tanpa sadar—sebuah kebiasaan yang muncul saat dirinya mulai gelisah.Sesekali, ia melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah lebih dari lima menit berlalu sejak waktu yang mereka sepakati. Ia menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk lututnya, pikirannya mulai dipenuhi keraguan. Apakah Sandra benar-benar akan datang?Lagi-lagi ia melirik jam tangannya. Lima menit berubah menjadi sepuluh, lalu dua puluh. Hatinya mulai terasa aneh. Bukan marah, bukan kesal—lebih kepada sebuah perasaan yang sulit dijelaskan.Ia menggigit bibirnya, lalu menyandarkan tubuhnya ke belakang. Satu tarikan napas panjang lagi. Saat ia mulai mengangkat ponselnya, ragu apakah harus menghubungi Sandra lebih dulu. Namun, dia matikan ponselnya dan memasu
Belum sempat berlama-lama sibuk dengan pikirannya sendiri, wanita itu menyapa Sandra."Hei, bukannya kamu wanita yang ada di pameran tadi?" Dia mendekati Sandra dengan tersenyum ringan.Rambut pirangnya dan wajah bulenya itu membuat Sandra mengernyitkan keningnya."Kamu kenal dengannya, Stella?" Ghafa berkata ramah. Stella, ternyata wanita itu bernama Stella, dan cara Ghafa bicara dengannya sangat berbeda ketika dia bicara dengan Sandra, kesannya terasa sangat hangat dan cukup akrab."Tentu saja! Dia adalah penyelamat Kayla saat di acara itu saat si wanita jahat itu ingin menjatuhkan Kayla!" Stella berkata dengan antusias pada Ghafa. "Kau harus berterima kasih padanya, Kak Ghafa!" Stella lalu menepuk lengan Ghafa dengan lembut, menunjukkan keakraban mereka."Memangnya Kayla kenapa?" tanya Ghafa melihat ke arah Sandra dengan tatapan tajam menuntut jawab.Sandra tersenyum penuh misteri, sengaja dia lakukan dengan sedkit menggoda. "Itu ... ceritanya panjang. Aku akan cerita kalau kamu ma
Setelah acara selesai, Ghafa mengajak Sandra untuk pergi menemaninya ke acara pesta pernikahan temannya. Kebetulan sekali acara Sandra bersamaan dengan acara pernikahan temannya ini, hingga dia yang gengsi untuk hanya sekadar mendatangi pameran Sandra pun, ada alasan lainnya yang dia ucapkan pada wanita itu.Ghafa paham sekali dari bahasa tubuh Sandra bahwa wanita itu sepertinya menyukainya, hanya saja dirinya yang masih belum mau memikirkan masalah percintaan ini karena terlanjut banyak kecewa dengan para mantannya membuatnya membentengi dirinya dengan sangat tinggi."Ke acara pernikahan temanmu?" tanya Sandra dengan wajah sumringah saat itu.Ghafa mengangguk pasti. "Ya Kebetulan sekali acaramu ini bertepatan dengan acara pernikahan temanku, kebetulan aku sudah membeli tiket dari jauh hari, dan acaranya tidak bersamaan, jadi aku bisa datang ke semua acara."Mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Ghafa sekilas Sandra tampak murung. Mungkin dia sudah merasa sangat spesia
Sandra menatap layar ponselnya dengan perasaan yang semakin tak menentu. Pesan yang ia kirimkan ke Ghafa sudah berstatus "terbaca", tetapi seolah hanya berbisik ke dalam kehampaan tanpa balasan yang diperolehnya. Apa pria itu benar-benar berpikir kalau hubungan mereka hanya putus sampai malam itu saja?Wanita itu terlihat mendesah panjang, jari-jarinya menggenggam erat ponsel, menahan desakan perasaan yang semakin kuat mencengkeram dadanya. Ia menggigit bibir, mencoba menghalau gelombang kekecewaan yang mulai menghantamnya. Hatinya berdegup tak menentu, seperti menanti sesuatu yang mungkin takkan pernah datang. "Kenapa aku masih berharap?" bisiknya, nyaris tanpa suara."Apa aku terlalu berharap?" gumamnya pelan, menatap langit-langit kamar hotelnya di Los Angeles. Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir semua keraguan yang berkecamuk di dalam pikirannya. Besok adalah hari penting itu, tapi sampai detik ini, Ghafa tidak ada memberi kabar sedikit pun.Sejak bertemu dengan Ghafa saat
Sandra menatap Ghafa dengan mata yang masih sembab, mengerucutkan bibirnya.Hal ini tentu saja membuat Ghafa melihat ada ekspresi manja yang mirip dengan Kayla.Sementara Sandra yang melihat Ghafa tidak memiliki respons padanya, membuatnya menarik napas panjang sebelum akhirnya berbicara dengan suara yang sedikit bergetar."Aku baru saja ribut besar dengan orang tuaku," ucapnya pelan. "Ayahku ingin aku mengurus bisnis keluarga, tapi aku nggak bisa ... aku nggak mau."Ghafa menatapnya dengan sedikit rasa ingin tahu, tetapi tetap diam."Bahkan waktu itu, dia mencoba mengenalkanku dengan seseorang yang katanya cocok jadi pasangan hidupku." Kembali Sandra berkata dengan nada berat.Sandra menarik napas panjang, lalu melanjutkan, "Aku sebenarnya kagum dengan pria itu, tapi aku harus tau diri juga."Mata Ghafa sedikit menyipit, tetapi ia tetap mendengarkan."Aku nggak tahu apa-apa waktu itu," lanjut Sandra dengan suara lebih pelan. "Saat aku bertengkar dengan Kayla di kantor William, aku ba
Ghafa menarik Sandra keluar dari kafe dengan langkah cepat, meninggalkan pegawai dan pelanggan yang sibuk berbisik-bisik, mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi. Begitu mereka sampai di luar, Sandra mencoba melepaskan tangannya, tetapi Ghafa menggenggamnya lebih erat."Heh, sakit! Lepasin tanganku!" protes Sandra sambil mencoba menarik tangannya.Ghafa berhenti dan menatapnya dengan tatapan tajam. "Kamu sadar nggak apa yang baru saja kamu lakukan di dalam? Kamu bikin aku terlihat seperti—""Seorang ayah yang kabur dari tanggung jawab?" potong Sandra dengan nada datar. Wajah Ghafa langsung berubah tegang."Hei Nona," katanya dengan suara rendah, nyaris seperti sebuah ancaman, "kalau kamu sedang bosan dan ingin bermain-main, ayo, jangan tanggung. Aku tahu bagaimana caranya bisa membuat anak dengan--""Maaf-maaf, aku tidak ada bermaksud seperti itu aku hanya ...." Sandra memperlihatkan wajah frustrasinya. "Tuan, bisa bawa aku ke tempat yang lebih tenang?" pintanya dengan suara rendah
Extra Chapter. Ghafa Sandra 1. Pertemuan Kembali.Sandra melangkah masuk ke dalam kafe dengan wajah kusut. Rambutnya yang biasanya rapi terlihat berantakan, menandakan betapa kacau harinya. Ia baru saja berdebat sengit dengan ayahnya, seorang pebisnis sukses yang selalu memandang dunia seni sebagai hal remeh. Sang ayah menginginkan Sandra fokus pada perusahaan keluarga, namun hatinya menolak keras. Dunia seni adalah rumah bagi Sandra, tempat ia menemukan kebebasan dan ekspresi sejati dan itu sejak dulu tidak disukai oleh ayahnya.Dan ayahnya makin marah karena dia gagal membawa proposal kerjasama dengan Ellysium Luminar Indonesia. Sandra melewati kursi seseorang yang saat itu posisinya berada sedikit menghalangi jalan. Dia duduk di bangku pojok yang bisa melihat ke arah jalan. Beberapa kali Sandra menghela napasnya. Mencoba mengingat kejadian beberapa hari lalu. Pria yang bernama William itu ternyata juga sudah beristri dan istirnya mungkin memiliki hubungan yang rumit dan tidak baik
Setelah beberapa bulan penuh suka dan duka, bayi Kayla dan William kini telah berusia 6 bulan. Hari itu, mereka membawa bayi mereka untuk imunisasi di klinik langganan keluarga. Perjalanan mereka merawat bayi prematur ini tidaklah mudah. Kayla sempat hampir terkena baby blues syndrome karena kurangnya tidur dan kekhawatiran berlebih terhadap kondisi bayinya. Namun, berkat dukungan William yang selalu hadir, membantu bangun tengah malam, dan memberikan semangat, Kayla mampu melewati masa-masa sulit tersebut dengan cepat. Saat ini, Kayla merasa campur aduk antara lega dan sedikit gugup, tetapi kehadiran William di sisinya memberikan ketenangan yang ia butuhkan.Sore itu, sebuah mobil keluarga berhenti di depan rumah besar keluarga Drake. Di depan pintu, Hana, Andre, Risda, Anthony, Daisy, dan Walter sudah menunggu dengan antusias. Bahkan Ghafa, Kakak Kayla sudah datang bersama dengan kekasih hatinya.William memeluk tubuh sang istrinya dengan lembut. Di tangannya yang lain, ia menggendon
William segera pergi ke rumah sakit dimana tempat Kayla berada, dalam perjalan tersebut dia juga sudah menghubungi Hana dan juga Risda, yang kebetulan keduanya masih ada di sini saat ini. Mereka bergerak ke rumah sakit tersebut dengan cepat. Sesampainya di sana, dia bertemu dengan dokter yang langsung menanganinya.“Nyonya Kayla harus segera dilakukan tindakan operasi agar tidak membahayakan dirinya dan juga anak yang ada dalam kandungannya.” Itu yang dikatakan dokter saat itu.Hal ini tentu membuat Kepala William berputar dan terasa sangat sakit sekali, rasanya penyesalan sangat kuat menjalar dalam tubuhnya sekarang ini.“Bagaimana Kayla, Will?” tanya Hana saat bertemu dengan William yang terlihat cukup gugup di depan ruang operasi.“Kayla harus dilakukan tindakan segera, Ma.” William berkata dengan suara lemah.“Bagaimana bisa Kayla mengalami kecelakaan? Apa sopir kamu tidak membawa kendaraan dengan hati-hati?” Risda kali ini bicara dengan nada cemas.“Tadi ada kendaraan yang remnya