“Ha ha ha!” Kayla tertawa, “Kak Will, jangan bercanda kelewatan ah!” Seumur-umur, Kayla baru tahu kalau William pandai bercanda. Dia kira kulkas berjalan ini hanya tahu berbicara serius! Namun, di luar dugaan, William membalas, “Aku tidak bercanda. Aku serius.” Balasan itu membuat Kayla mengerjapkan mata. “Hah? Kak Will serius ingin memberikan dana padaku?” “Ya.” “Kenapa?!” “Kenapa tidak?” balas William. “Kamu bilang kamu mau, jadi sebagai suamimu, bukankah seharusnya aku mendukungmu?” Kayla ternganga. Mana ada hal sebaik ini di dunia ini!? Terlebih lagi hal itu datang dari seorang Kaisar William Drake! “Kak, membuka restoran yang kumau itu tidak cukup dengan satu-dua juta loh ya! Mungkin perlu kisaran puluhan sampai ratusan juta!” “Lalu, apa masalahnya?” Apa masalahnya? Kayla tidak elak mengulangi pertanyaan itu di benaknya. Ya jelas karena masalahnya adalah bagaimana bisa William begitu santai saat akan mengeluarkan uang sebanyak itu?! Memang, Kayla tahu keluarga William c
Kayla memperhatikan William dengan seksama, dia juga melihat raut perubahan pada diri pria itu, walaupun sekilas dia melihat saat itu William terkejut dengan pertanyaannya.“Itu …,” ucap William terputus lalu kemudian mengangguk dan menjawab, “ya.”Mendengar hal itu, Kayla langsung berpikir cepat, dia baru menyadari satu hal yang terlewat. Selama ini dia tidak pernah ingin tahu dimana William bekerja. Yang diketahui Kayla adalah … sejak William pergi ke Amerika, pria itu tidak kembali lagi untuk waktu yang lama. Dia hanya sesekali saja kembali ke Indonesia dalam waktu singkat.Dari Ghafa yang bercerita sekilas tentang William, Kayla hanya tahu William bekerja di luar negeri dan terakhir di acara ulang tahun kakaknya dia juga mendengar cerita-cerita dari teman-teman William kalau dia selalu sibuk dengan pekerjaannya.Apa mungkin …?“Kak Will, apa aku boleh meminta sesuatu?”Hal ini membuat William menautkan alisnya. “Apa?”“Ah, tapi sebelumnya aku mau bertanya, Kakak mengajakku ke Ame
Saat ini, Kayla sudah ada di lobi Menara Twin Star, salah satu gedung perkantoran yang cukup elit di kawasan pusat kota. Niat hati ingin memenuhi janji mengantarkan makan siang untuk William, Kayla malah berakhir terpukau dengan area kantor tersebut. Di dalam gedung ini hanya ada perusahaan-perusahaan dari luar negeri yang bonafit saja, termasuk di dalamnya Ellysium Luminar.Baru saja Kayla ingin menghubungi William, memberitahukan kalau dia sudah sampai di bawah, tetapi matanya sudah menangkap sosok pria itu. Kayla tersenyum dan ingin melangkahkan kakinya mendekat, namun baru saja melangkah kakinya harus kembali terhenti, karena tiba-tiba saja seorang wanita mendekati William dengan membawa kantong makanan siang yang dibungkus rapi.“Pak William, saya perhatikan sepertinya Bapak sering melewatkan makan siang karena urusan pekerjaan. Ini saya bawakan makan siangnya, Saya tahu pasti Pak William belum makan, kan?” Wanita dengan setelan blazer coklat muda itu tersenyum manis pada Willia
“Dia adalah istr–” “Adik sahabatnya!” seru Kayla cepat, memotong jawaban William dan mengejutkan wanita tadi. “Hah?” Jawaban Kayla tampak tidak memuaskan bagi sang wanita. Alis kanannya naik, seakan mempertanyakan jawaban aneh itu.Ekspresi yang tak jauh berbeda juga tampak di wajah William, pria itu tampak ‘sangat’ tidak senang dan siap melahap Kayla hidup-hidup!Takut William nekat berbicara–atau melakukan–yang macam-macam, Kayla pun langsung mengambil satu keputusan!“K-kalau tidak ada urusan lain, aku pinjam orang ini dulu! Permisi!”Gegas, Kayla menarik tangan William keluar lobi, meninggalkan panggung yang menjadikan mereka pusat perhatian.Wanita yang ditinggalkan di tengah lobi dengan menyedihkan itu menghentakkan kakinya kesal. “Apa-apaan sih!? Menggagalkan usahaku mendekati Pak William saja!”**“Kamu lihat di sana!”“Itu Pak William ‘kan?!”“Loh itu seberangnya siapa!? Kok mereka berdua dekat banget?!”Desas-desus dari kafetaria yang cukup ramai membuat Kayla sangat tida
Setelah mereka selesai makan siang bersama, Kayla pun diantar William ke lobi.“Kakak antar sampai sini saja. Mobilku di parkiran ….”“Kuantar sampai parkiran lebih aman.”Kayla menghela napas, lalu tersenyum tidak berdaya. Pria di depannya ini begitu keras kepala.“Kak Will, Kakak tahu aku tidak suka dipaksa, ‘kan?” Ditanya seperti itu, William cukup terkejut. “Aku … bukan bermaksud memaksa, tapi–”“Jarak lobi dan tempat parkir dekat kok, Kak! Tidak perlu khawatir, oke?” ucap Kayla dengan senyum menenangkan.Melihat gadis itu begitu keras kepala, akhirnya William pun mengalah. “Ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan, nanti kalau ada sesuatu—”“Hubungi aku,” potong Kayla cepat dengan gaya khas William, sedikit mencontoh pria itu sebelum akhirnya tersenyum. “Ya, ’kan?” William yang sempat tersentak, akhirnya tersenyum sambil mengangguk. “Ya, hubungi aku.”“Jangan khawatir, aku akan hubungi Kak Will kalau ada apa-apa,” ujar Kayla lagi. Dia mengambil beberapa langkah untuk menuruni
Beberapa jam sebelumnya, di kamar hotel Daniel Brown.“Apa kamu bilang, Dan?” Anastasia berkata dengan nada tinggi pada Daniel, wajahnya terlihat tidak terima dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Daniel. “Stella diminta CEO Ellysium untuk menggantikanmu sebagai perwakilan kerja sama dua perusahaan!? Bagaimana bisa!? Apa yang sudah kamu lakukan!?”Daniel yang sedang memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sofa untuk menenangkan diri berakhir menghela napas kasar.“Apa kamu bisa diam sebentar dan jangan berisik, Ana?!”“Bagaimana aku bisa diam sedangkan kamu sendiri seperti seorang pecundang di hadapan si Stella! Kamu tahu sendiri dia itu sering sombong dan juga–”“Ana, kumohon berhentilah bicara!” Kembali Daniel mengulang kata-katanya.“Ya, tapi … proyek ini adalah proyek khusus dari kakekmu agar kamu bisa membuktikan kalau kamu memang sudah layak untuk menjadi pemimpin di Terra Brown, itu yang selalu kamu katakan padaku, kan? Aku juga melihat semua perjuanganmu, kamu itu ora
Setelah bertengkar dengan Kayla, darah Anastasia rasanya masih mendidih, apalagi saat ini dirinya benar-benar merasa terhina akibat Kayla yang meninggalkannya begitu saja. Namun, dia ingat tujuannya datang kemari untuk menemui CEO Ellysium Luminar, jadi dia berusaha untuk menenangkan diri terlebih dahulu, sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam gedung tempat di mana kantor perwakilan Ellysium Luminar. Anastasia sibuk dengan ponselnya guna membuat rencana untuk memberi pelajaran pada Kayla, tetapi karena ulahnya itu, dia tidak sengaja menabrak seseorang hingga membuat ponselnya terjatuh. “Aaah!!” Anastasia menjadi kesal kembali sambil mengambil ponselnya di lantai, lalu dia mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa orang yang menabraknya. “Hei Kamu! Apa kamu tidak punya mata?!” Anastasia sedikit berteriak hingga dia menarik perhatian beberapa orang yang ada di sana. Namun, alangkah terkejutnya dia saat melihat orang yang menabraknya tadi adalah seseorang yang dia kenal! Pria yang
Sesampainya di rumah, Kayla sebenarnya terus dihantui ucapan Anastasia. Dia tahu wanita itu selalu sengaja mencari masalah dengannya, tetapi kali ini berbeda. Anastasi begitu marah dan seperti benar-benar ingin menghabisinya. Kenapa?Tiba-tiba, Kayla teringat bagaimana Anastasia menyinggung Daniel, Stella, dan … CEO Ellysium Luminar.“CEO Ellysium Luminar … apa itu orang yang diincar oleh perusahaan keluarga Stella?” pikirnya.Di saat itu juga, Kayla tersadar akan satu hal. “Ellysium Luminar itu tempat Kak Will bekerja, ‘kan? Haruskah aku bertanya padanya?” Tepat ketika ide itu muncul di benak Kayla, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya.“Ngapain juga mikirin hal begini sih?” Kayla menggeleng-gelengkan kepalanya keras, mencoba menepis apa yang ada dalam benaknya.Kayla lalu mengeluarkan barang belanjaannya sebelum pulang ke rumah tadi, dia berencana membuat kukis untuk cemilannya. Kayla sibuk mengatur adonan kukis keju di atas loyang sebelum memasukkannya ke dalam oven. Aroma wangi
Cahaya matahari menyusup melalui sela-sela tirai kamar, menerangi wajah Kayla yang sedang menatap William. Suaminya masih terlelap di sebelahnya, napasnya teratur dan tenang. Melihat wajah William yang polos dalam tidurnya, Kayla tak kuasa menahan senyum. Tapi itu bukan hanya karena wajah William—melainkan kejadian semalam yang begitu melekat dalam ingatannya.Kayla teringat dengan jelas momen mereka. Semuanya berjalan begitu cepat, sampai akhirnya dia memberanikan diri menghentikan William di tengah gairah yang mulai membara.“Kak Will, berhenti,” katanya dengan suara gemetar, hampir tertelan oleh detak jantungnya sendiri.William, yang napasnya berat dan penuh hasrat, langsung menghentikan gerakannya. Tatapannya lembut, penuh pengertian. “Apa aku terlalu terburu-buru?” tanyanya dengan nada pelan.“Bukan begitu… hanya saja…” Kayla tergagap, berusaha mencari kata-kata yang tepat. “Mungkin… kita bersih-bersih dulu?”Sejenak William terdiam sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Baiklah. Ak
Anastasia kembali ke rumahnya dalam keadaan berantakan, dirinya benar-benar tidak menyangka kalau perbuatannya malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Dia memeluk lututnya di atas tempat tidur dengan terisak. Semua orang berbalik menjatuhkannya. Seumur hidupnya ini kali pertama semua orang mendorongnya ke dalam jurang yang sangat dalam.Pintu kamarnya terbuka, Damar muncul di baliknya.“Ana, kenapa kamu melakukan hal yang sangat konyol itu?” Damar berkata dengan nada rendah mendekati Anastasia.“Konyol?!” Anastasia menjawab dengan nada sinis. “Papa yang konyol! Bisa-bisanya tunduk dengan pria yang bernama William itu!” Anastasia berkata dengan sangat kesal.“Ana, apa kamu tidak tahu siapa yang sedang kamu lawan?!” Damar meninggikan suaranya.Sementara, Anastasia tidak terlalu menghiraukannya.“Dia adalah Kaisar William Drake, Cucu tunggal dari Walter Drake, pemilik Ellysium Luminar Group! Apa informasi sepenting ini kamu tidak mengetahuinya? Apa kamu tidak bisa memeriksa identit
Setelah acara pesta yang cukup melelahkan ini, William memilih menyetir kendaraannya sendiri untuk pulang bersama dengan Kayla. Dia hanya tidak ingin ada orang lain diantara mereka saat ini. Baginya kebersamaan dengan Kayla sekarang sangat membuatnya merasa nyaman, setelah sebelumnya sangat sibuk mengurus pekerjaannya yang sangat padat dan jarang bertemu dengan istrinya sendiri.“Aku sempat tidak melihat Kak Will waktu aku bicara dengan Stella tadi,” kata Kayla tiba-tiba, memecah keheningan. “Kakak ke mana?”William tersenyum tipis, hampir tidak terlihat di bawah cahaya redup lampu jalan. “Kamu … apa terlalu merindukanku sampai terus memantauku dari kejauhan?” goda William pada Kayla.“Ih, Kak Will apaan sih!” Kayla berkata sambil memukul pelan lengan William.“Aku tidak kemana-mana, hanya sedikit … membereskan masalah kecil.” William menjawab santai, namun hal itu membuat tanya untuk Kayla.“Masalah kecil? Ada masalah apa memangnya?” Kayla penasaran.“Tidak penting untuk dibicarakan.
Mendengar pengakuan Kayla, seluruh tubuh Daniel bergetar. Dia merasa hatinya hancur dan dunianya runtuh.Dengan wajah tidak percaya, Daniel menggelengkan kepalanya berkali-kali. “Tidak, tidak, tidak!” seru pria tersebut. “Itu tidak mungkin! Kau hanya mengatakan ini karena kau ingin membuatku merasa lebih buruk, Kay! Kau hanya ingin membuatku sakit hati!”Kayla meremas tangannya sendiri. Dia sudah tahu reaksi ini yang akan didapatkan dari Daniel.Namun, Kayla tetap tegar. “Tidak, Dan,” kata Kayla, suaranya lembut tapi tajam. “Alasanku mengatakan ini bukan untuk membuatmu sakit hati, tapi … agar kamu tahu kebenarannya.” Dia menutup mata sesaat. “Maaf … kamu boleh menganggapku wanita rendahan ataupun kurang ajar, tapi … kenyataannya adalah aku tidak pernah memiliki perasaan kepada orang lain selain cinta pertamaku … sekaligus suamiku saat ini.”Daniel tampak begitu terpukul, sampai-sampai dia terhuyung mundur hingga punggungnya menabrak tiang balkon. Seumur-umur, Daniel selalu dihujani k
Ucapan William membuat hati Damar mencelos. Jelas, William tidak bercanda. Kalau hari ini permintaan maaf untuk Kayla tidak diberikan, maka masalah ini tidak akan selesai, malah menjadi semakin buruk!Cepat, Damar menoleh ke arah putrinya. “Minta maaflah dengan Nyonya Kayla sekarang!”Hal ini membuat Anastasia terkejut, dia tidak menyangka kalau ayahnya sangat tunduk dengan pria yang bernama William ini. “Tapi, Pa … aku ti–”Tanpa basa-basi maupun menunggu kalimat sang putri selesai, Damar langsung menekan kepala putrinya ke bawah.Anastasia terperangah, ayahnya … memaksanya menunduk kepada Kayla!Dipermalukan seperti ini, ini baru yang pertama kali!!!!“Cepat katakan!” Suara Damar terdengar sangat dingin saat kembali menegaskan perintahnya kepada sang putri.Tidak punya kekuatan untuk melawan dan sudah terlanjur malu, Anastasia pun menutup mata kuat, membiarkan air mata mengalir deras menuruni wajahnya saat dirinya berkata, “Maaf ….”Alis William tertaut. “Apa dia sungguh berniat memi
“Kenapa …? Kenapa?!” Anastasia tampak marah, kecewa, dan sakit hati. Dia tidak menyangka kalau orang-orang yang dia harapkan sebagai pembelanya malah datang untuk menghakiminya!Dengan air mata menggenang di pelupuk mata dan ekspresi tidak terima, Anastasia menatap Kayla dengan marah. “Aku hanya mengatakan kenyataannya! Bahwa wanita itu adalah wanita murahan yang pernah tidur dengan sembarang pria!”Kalimat Anastasia membuat seisi ruangan berbisik, menatap Kayla dan membicarakannya diam-diam.“Apa itu benar? Dia tidur sembarangan dengan banyak pria?”“Wah, mukanya saja yang terlihat polos. Ternyata, perilakunya ….”Komentar itu membuat tangan Kayla mengepal dan ekspresinya terluka. Hal itu membuat Anastasia sangat senang.“Kenapa menatapku seperti itu? Tidak terima aku membongkar kenyataannya di depan suamimu? Takut ditinggalkan seperti terakhir kali karena tubuh kotor menjijikkanmu itu?!”Wajah William menjadi sangat gelap! Dia seperti akan memakan Anastasia hidup-hidup!Namun, keti
Suasana ballroom malam itu dipenuhi dengan kemewahan. Lampu kristal yang menggantung di langit-langit memantulkan cahaya gemerlap, menambah kesan eksklusif acara pengukuhan CEO Ellysium Indonesia. Kayla melangkah masuk bersama William, mengenakan gaun elegan berwarna peach. Rambutnya ditata sederhana namun anggun, menonjolkan kecantikannya yang natural. William berjalan di sampingnya, mengenakan setelan formal yang membuat auranya semakin memikat perhatian.“Apa kamu gugup?” bisik William pada KaylaKayla mengangguk dan tersenyum kaku. “Apa terlalu terlihat?” William hanya tersenyum menanggapinya. Sebagai orang yang tidak terbiasa dengan acara formal seperti ini, jelas Kayla merasa gugup. Namun, saat William melepaskan tangan Kayla yang saat ini sedang menggamit lengannya dan beralih merangkul pinggangnya, membuatnya menjadi lebih tenang.William dan Kayla diarahkan ke meja utama. Di meja itu ada rekan bisnis Ellysium dan juga tokoh penting pemerintahan.“Semua baik-baik saja,” ucap
Sudah hampir tiga minggu ini Kayla hanya bisa bertemu dengan William di pagi hari. Saat Kayla bangun, William masih tertidur di sebelahnya. Ketika Kayla selesai menyiapkan sarapan, William sudah rapi dengan setelan kerja. Mereka jarang punya waktu untuk berbicara, membuat Kayla merasa kesepian di tengah rutinitas yang monoton. “Kay, melamun lagi?” Deswita mencolek bahunya, membuyarkan lamunannya. Kayla yang tengah menopang dagu di depan layar monitor langsung tersentak. “Ah, ngagetin aja,” jawabnya singkat, tanpa banyak ekspresi. “Belakangan ini kamu sering bengong. Ada masalah?” tanya Deswita, suaranya penuh rasa ingin tahu. Kayla diam sejenak, mencoba memutuskan apakah dia harus berbagi cerita. Namun, ini masalah rumah tangga. Tidak seharusnya orang luar tahu, pikirnya. Sebelum dia sempat menjawab, Nindy tiba-tiba menepuk pundaknya. “Ayo makan siang dulu aja!” ajak Nindy ceria. Kayla mengangguk. “Iya, oke,” jawabnya lemah. Nindy dan Deswita saling bertukar pandang, tampak khaw
Menyadari perubahan ekspresi Kayla yang tampak berbeda, William mulai merasa ragu. "Kamu belum mau ikut, ya?" tanyanya pelan, suaranya terdengar serius tapi penuh perhatian. Kayla terdiam. “Kalau kamu belum siap, aku bisa pergi dulu satu bulan saja. Begitu urusanku selesai di sana, aku akan langsung pulang,” lanjut William, mencoba menawarkan solusi. “Tidak, bukan itu maksudku,” potong Kayla cepat. “Aku mau ikut, hanya saja… apa memang harus secepat itu?” Wajahnya mencerminkan kebingungan yang bercampur dengan kegelisahan. William menatap Kayla, berusaha mencari jawaban dari sorot matanya. “Ada hal mendesak yang harus aku selesaikan di sana. Tapi, kalau kamu merasa berat untuk ikut—” “Aku akan ikut, Kak Will,” potong Kayla sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas. “Aku tidak akan membiarkan suamiku pergi sendirian. Jangan khawatir, aku siap.” Perkataan Kayla membuat William tersenyum tipis, seolah beban di pundaknya berkurang. “Baiklah kalau begitu. Aku lebih tenang kal