"Anna." Panggilan yang terdengar familiar. Familiar karena keluarga dan kerabatnya yang memanggil Arianna dengan sebutan Anna....tapi... bukankah kemarin waktu di chat, Dia juga sudah memanggil Arianna dengan panggilan 'An'?
Ah, apapun itu, saat ini Arianna merasa tidak percaya dengan apa yang Dia lihat. Seorang CEO muda yang kemarin Dia cari profilnya lewat g****e ternyata benar adanya dan, Dia lebih tampan daripada yang ada di foto."Sudah lama ya?""Oh... nggak, baru saja kok.""Suka sama tanaman ya?""Ehmm, nggak juga, Ibu saya yang suka, kalau Saya hanya sebagai pemuja keindahannya saja." Balas Arianna dengan tersenyum tipis disertai grogi yang mendominasi."Masih mau menikmati pemandangan taman?""Oh... nggak, Kita duduk saja." Arianna yang kemudian melangkahkan kakinya menuju meja yang sudah dipesan oleh Baskoro."Sudah pesan?""Tadi sudah pesan minuman tapi belum diantar."Mengangkat tangan kirinya dan langsung datang seorang pelayan."Iya Pak.""Pesanan teman Saya belum diantar." Ucap Baskoro sambil meminta buku menu yang pelayan bawa."Iya Pak maaf, itu baru saja selesai dibuat." Balas si pelayan sambil menunjuk ke salah satu temannya yang sedang berjalan kearah meja Baskoro dengan membawa segelas jus Sunkist. Baskoro yang kemudian menganggukkan kepala saat menyadari minuman Arianna sudah datang."Mau makan apa An?" Baskoro yang langsung bertanya."Aku kue saja.""Kue? jangan kue, ini itu sudah jam makan siang An.""Ehmm...." Arianna yang masih berpikir."Pasta ya, Saya juga mau makan pasta, atau... Kamu mau pilih yang lain?" Baskoro yang kemudian meminta si pelayan memberikan buku menu ke Arianna."Pasta juga boleh, pasta saus pesto saja.""Oke, kuenya juga boleh lho An, mau kue apa?""Tidak, pasta saja sudah cukup.""Ok." Balas Baskoro yang kemudian menyerahkan buku menu ke si pelayan. Pelayan pun undur diri, meminta Baskoro dan Anna untuk menunggu."Silahkan diminum jusnya.""Oh, iya." Arianna yang kemudian mengambil jus dan menyesapnya dengan anggun."Lagi sibuk apa An?""Aduhhh, kenapa Tuan Baskoro ini sok dekat banget ya, kenapa manggilnya harus itu sih?!" Suara hati Arianna yang memprotes panggilan kesayangan yang biasa keluarganya sematkan untuknya, merasa aneh saja saat orang yang baru saja Dia temui memanggilnya dengan panggilan 'An'."Kalau dibilang sibuk sih...nggak ada kesibukan yang menuntut Saya tapi, Saya menulis cerita dirumah.""Oh, penulis ya?""Iya, bisa dibilang begitu." Balas Arianna sambil tersenyum ramah."Kapan Kita mau menikah?"Pertanyaan yang membuat Arianna membulatkan mata. Kenapa Arianna seperti mengulang kejadian yang sama, pertanyaan ini pun Dia dapatkan dari laki-laki yang bernama Tomo. Apakah laki-laki yang memiliki nama berakhiran- O itu memiliki tipe pertanyaan yang sama?"Nikah?""Iya, tujuan Kamu mengunduh aplikasi kencan itu untuk mendapatkan pasangan bukan?""Iya tapi tidak secepat seperti yang..." Arianna yang sempat menjeda ucapannya, bingung akan memanggil apa pada Tuan Baskoro ini."Mas, Kamu bisa memanggil Saya dengan sebutan Mas." Baskoro yang mencoba untuk lebih mengakrabkan diri."Oh...iya Mas Baskoro.""Jadi kapan dan tanggal berapa Kita akan menikah?" Lagi-lagi, pertanyaan to the point' yang membuat Arianna menipiskan bibir."Maaf Mas, tujuan Saya bergabung di aplikasi kencan ini memang untuk mencari pasangan tapi, tidak langsung seperti ini.""Kenapa? apa Kamu ragu dengan Saya? Kamu pasti sudah tahu siapa Saya kan? apalagi yang Kamu cari? Saya Kaya, kehidupan kamu pasti akan terjamin, Saya juga tampan, fisik Saya sempurna, bukankah Saya tidak ada cela?" Sebuah ungkapan pemujaan terhadap diri sendiri yang membuat Arianna menjadi kurang respect dengan laki-laki dewasa yang sedang duduk dihadapannya saat ini."Iya, secara sekilas Mas Baskoro memang terlihat sempurna, tapi bukan berarti Kita langsung menikah kan?""Oh... jangan-jangan Kamu hanya ingin bermain-main saja dengan para laki-laki ya, merasa cantik kemudian dengan sesuka hati mempermainkan perasaan para pria yang memujamu? atau Kamu seorang wanita yang mempunyai paham gold digger?""What? Mas bicara tentang siapa?" Tanya Arianna yang sudah mengernyitkan keningnya, ingin rasanya Dia mengumpat pada laki-laki yang katanya sudah dewasa dan mapan itu."Ya bicara tentang kamu lah.""No, Mas sudah terlalu menyerang Saya.""Loh...menyerang bagaimana sih An? Aku bertanya soal kapan Kita menikah karena dalam bio Kamu menceritakan kalau Kamu sedang mencari pasangan yang serius sama kamu, tapi setelah Saya tanya soal pernikahan, kamu malah tidak mau. Oh...atau, Kamu hanya ingin mencari seorang laki-laki yang mau diajak untuk bersenang-senang kemudian menguras habis uang dari kartu kredit Saya?" Sebuah prasangka yang sudah mengaduk-aduk emosi Arianna."Benar Saya mengunduh aplikasi datting karena untuk mendapatkan pasangan yang serius tapi, tidak harus serta-merta Kita menikah kan? Saya belum mengenal Mas dan begitupun juga dengan Mas Baskoro, Kita tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin Saya langsung menetapkan tanggal untuk Kita menikah?!""Bukannya kamu sudah mengenal Saya? banyak artikel tentang Saya kan? Saya yakin Kamu sudah membacanya." Masih dengan ekspresi wajah dingin, dan kata-kata yang menusuk hati."Iya, Saya memang membaca beberapa artikel tentang Mas Baskoro tapi Saya butuh waktu untuk mengenal, Mas ngerti kan maksud Saya."Merasa bahwa dirinya orang terpandang dan kaya raya, Baskoro mengira jika Arianna akan dengan mudah mengatakan iya. Mendapatkan seorang pangeran yang kaya raya dan langsung diajak menikah, bukankah itu suatu anugerah yang tidak semua orang dapatkan?"Baiklah, Kita pengenalan terlebih dahulu." Balas Baskoro dengan begitu entengnya. Tidak perduli dengan semua prasangka yang baru saja terlontar dari mulutnya. Perbincangan itupun terjeda dengan datangnya makanan dan minuman yang Baskoro pesan."Ayo dimakan An." Baskoro yang mulai menyuap pastanya ke dalam mulut dan Arianna terlihat memainkan makanannya. Moodnya untuk makan sudah hilang. Kenapa pria kaya yang ada didepannya saat ini terlihat arogan dan menyebalkan. Wajah tampannya pun mulai terkikis oleh rendahnya prasangka yang Baskoro lontarkan padanya."Kenapa? apa Kamu mau pesan yang lain?""Tidak." Balas Arianna yang kemudian menyuap pastanya kedalam mulut tapi tenggorokannya terasa berat untuk menelan. Meminum air putih yang disediakan oleh pihak restoran. Rasa tidak nyamannya mempengaruhi selera makannya saat ini."Menurut Kamu, pernikahan bahagia itu ada tidak?" Baskoro yang bertanya disela makan mereka."Saya belum pernah menikah jadi Saya tidak tahu kebenarannya tapi, melihat kedua orang tua Saya...saya pikir, pernikahan yang bahagia itu ada."Lagi-lagi, pertanyaan yang pesimis menjadi topik yang menarik untuk Baskoro ulas."Menurutmu pernikahan itu bagaimana? Apakah cinta dan kasih sangat kamu perhatikan?""Ehmm...iya tentu saja tapi, pernikahan itu kompleks, bukan hanya romansa dan cinta yang penuh suka dan cita tapi, tanggungjawab seumur hidup dan ibadah yang sangat berpahala tentunya.""Apa yang membuat Kamu ingin segera menikah dan...apa yang mendorong kamu untuk menggunakan datting apps sebagai jalan untuk bertemu dengan orang yang kamu pikir itu adalah jodohmu. Apa karena umur? Tuntutan dari orang tua atau... karena ada adik yang akan menikah dan Kamu harus menikah duluan agar tidak terkena tulah dari orang jawa yang pernah bilang kalau pamali seorang adik menikah duluan?"Menyungingkan senyuman, sungguh laki-laki didepannya ini seperti seorang pimpinan yang sedang mewawancarai calon karyawannya."Orang tua Saya tidak menuntut Saya untuk menikah walaupun terkadang ada kolega dari Ibu dan Ayah Saya yang berkenalan dengan Saya. Adik perempuan saya pun sudah menikah dan Dia sudah memiliki seorang putra yang lucu." Jawab Arianna sembari menyesap jus jeruk sunkistnya."Pernah kecewa dengan pasangan?" Pertanyaan Baskoro yang lagi-lagi membuat perut Arianna menjadi mulas."Pernah kecewa dengan pasangan?"Lagi-lagi, Baskoro memberikan pertanyaan yang membuat Arianna mual."Pernah.""Sakit banget ya, sampai-sampai kamu melajang hingga tiga puluh empat tahun." Lugas dan tepat, sebuah pernyataan yang memang Arianna akui kebenarannya."Pasti sakit rasanya saat Kita ditinggalkan pasangan, apalagi Dia meninggalkan untuk hidup berbahagia dengan orang lain walaupun sempat berdalih bahwa meninggalkan Saya karena sebuah perjodohan tapi, kelihatannya Dia hidup bahagia dengan pasangannya dan sekarangpun, Dia sudah memiliki seorang anak.""Ohh... it's hurt, you just same with me."Arianna yang kemudian menatap Baskoro, merasa bingung dengan ucapannya, apa maksud dari kata, sama saja dengannya?"Maksudnya?""Saya juga ditinggal pasangan.""Oh ya? dengan kualitas yang Mas miliki saat ini, pasangan Mas bisa ninggalin Mas juga ternyata." Tersenyum tipis, senyuman yang entah mengapa begitu saja keluar dari sebuah cerita sedih, apakah Arianna merasa bahagia tatkala laki-
Satu mobil dengan seorang Baskoro, salah satu orang terpandang dan seorang CEO. Tidak terbayangkan sebelumnya. Arianna yang sesekali melihat wajah Baskoro, mengagumi ketampanan pria yang sedang duduk disebelah kursinya itu. Bagaimana mungkin laki-laki setampan dan mapan seperti dirinya, ditinggal pergi oleh calon istrinya? Dia sedang tidak drama kan? Dia sedang tidak mengada-ada kan? Tapi buat apa Dia berbohong? Tapi kenapa juga calon istrinya itu pergi meninggalkan laki-laki yang hampir sempurna ini? Ah, sungguh Arianna bingung."Saya tampan ya?" Ucap Baskoro dengan percaya dirinya, Dia bahkan tidak menoleh ke arah Arianna saat bertanya demikian."Hah?! Engg...Ya...itu..." Arianna yang seakan tenggelam dengan jawaban yang ingin Dia utarakan. "Saya memang tampan An, Kamu tidak akan menyesal." Ucap Baskoro yang lagi-lagi tidak melihat ke arah Arianna, Dia fokus dengan kegiatannya saat ini yaitu, menyetir mobilnya sendiri.Tidak menanggapi, Arianna diam sambil melihat pemandangan lewat
"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?""Saya...Saya buk....""Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti."Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah. "Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian."Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna."Mas, Saya pulang ya." "Oh iya, Mas antar ya."Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka."Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya." "Ngobrol? ngobrol sama siapa?""Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna.""Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya.""Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan
Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah."Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu."Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho." Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang."Maaf Bu, tadi...""Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal."Anda?""Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu."Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya.""Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri."Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung."Oh iya, sudah m
[Bagaimana kabar mu Ann? Kamu baik-baik saja kan Ann, sudah lama ya Kita tidak bertemu, maaf jika Aku mengirim pesan dari nomor lain karena, nomorku sudah tidak bisa mengirim pesan ataupun menelfonmu, maaf karena Aku mengirim pesan, maaf karena Aku rindu.]Sebuah pesan yang membuat Arianna membulatkan mata, sakit hati dan kebenciannya kembali hadir, Kenapa pria yang bernama Aryo Bayu Gatra itu mengirim pesan padanya. Arianna yang ingin melindungi hatinya dulu, langsung memblokir Aryo Bayu Gatra.Ya! Aryo Bayu Gatra, laki-laki yang sudah meninggalkan Arianna untuk menikahi perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Melempar ponsel ke kasur, dadanya bergemuruh, kenapa jantungnya berdetak kencang saat membaca pesan itu? Rasa apa ini? apa ini rasa kesal dan benci? atau rasa kaget tapi bahagia karena laki-laki yang terkadang hinggap di lamunan Arianna telah mengirim pesan dan mengatakan kalau Dia rindu?Dada Arianna naik turun menahan rasa yang tak menentu, mengambil kembali ponsel
Sesuai dengan kesepakatan, memulai penjajakan katanya. Perkenalan sudah dilakukan, sekarang waktunya pendekatan lebih dalam. Janji temu disebuah coffe shop, tampak Baskoro yang sudah duduk sambil menatap layar laptopnya, sesekali melihat ke arah pintu dan... akhirnya, perempuan yang dinanti belum datang juga. Baskoro, sengaja datang lebih awal, tidak mau membuat kesan buruk untuk kencan yang benar-benar kencan. Bukan kencan yang seperti kemarin, kencan karena merasa penasaran dengan individu masing-masing.Melihat, sekali, dua kali, tiga kali, ke arah pintu coffe shop yang beberapa kali dibuka oleh seseorang tapi...si perempuan masih belum juga datang. Menatap ke arah jam tangannya, menghela nafas, menatap kembali layar laptopnya. Fokus dengan jurnal yang tampil dilayar laptopnya. Niatannya datang lebih awal agar Arianna tidak menunggunya seperti awal pertemuan mereka tapi... Baskoro yang sekarang menunggu kedatangan Arianna dan ini sudah telat setengah jam dari waktu janjian mereka."
Berpisah, Arianna yang mengendarai mobilnya, meninggalkan Baskoro yang masih berdiri menatap. Melihat dari spion mobil, Arianna yang tak habis pikir dengan apa yang baru saja Dia sepakati dengan Baskoro dan, pria itu sekarang berdiri menatap kearahnya, lama, Baskoro tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri sampai akhirnya, Arianna tidak dapat melihat lagi karena mobil yang Dia kendarai sudah keluar dari pelataran coffe shop tempat dimana mereka bertemu.Antara sadar dan tidak, mengiyakan permintaan Baskoro, sungguh Arianna seperti terbius dengan pesona pria mapan dan tampan itu. "Baiklah, Kita lihat saja dulu, sampai dimana keseriusan Kamu Tuan Baskoro." Monolog Arianna sambil menyetir mobilnya, menuju arah pulang.Tiba di rumah, sudah ada mobil terparkir di pekarangan rumahnya dan...itu adalah mobil sang kakak. Tersenyum, segera keluar dari mobilnya, melangkahkan kakinya dengan tergesa. Rasanya sudah tidak sabar untuk melihat keponakan kembarnya.Suara ramai sudah terdengar
[Halo.][Hai Ann.][Ada apa ya Mas?][nggak ada apa-apa, Saya hanya ingin menelfon saja.]Meringis, merasa aneh saat laki-laki dewasa yang baru saja Dia temui dan terlihat angkuh itu mengatakan kalau alasannya menelfon hanya karena ingin saja.[Kamu sudah sampai rumah kan?][Iya Mas, baru saja.][Syukurlah.] Sebuah jawaban yang membuat Arianna tersenyum tipis dan... hening, tiba-tiba saja, tidak ada suara hingga akhirnya, Arianna memanggil Baskoro, penasaran apakah Baskoro masih ada dalam panggilan telfon itu.[Mas, Mas Baskoro.][Iya, Saya masih ada disini dan, Saya mau ngingetin Kamu kalau nanti malam saya berangkat.]Ingin memberitahukan jika mulai nanti malam Dia akan terbang dan pindah benua.[Iya Mas, hati-hati.]Jawaban yang singkat dan...memang seperti itu kan jawaban orang yang sedang dipamiti oleh seseorang .[Soal Kita, Saya serius lho Ann, sungguh.][Mas beneran yakin sama Saya?][Iya.][Tapi Mas Baskoro kan mau ke luar negeri, bagaimana kalau nantinya, Aku malah dekat den
"Aku... Aku sudah terlanjur mengatakan kalau Aku akan menunggu Mas Baskoro Bu. ""Menunggu? maksud Kamu? " Sang Ibu yang terlihat bingung, kenapa sang putri harus menunggu Baskoro? laki-laki yang baru saja dikenal. "Mas Baskoro ingin menjalin hubungan serius Bu. ""Kamu yang ingin atau Dia yang mau?"Menghela nafas, menipiskan bibir, Arianna yang sebenarnya masih bingung, apakah Dia ingin? apakah Dia bisa menjalani hubungan serius yang Baskoro tawarkan? bagaimana jika nanti ada perbedaan pendapat dan perselisihan yang akan membuat mereka berpisah, bingung, tapi.... entah mengapa, ada sedikit rasa percaya yang Arianna rasakan, hatinya berkata jika Baskoro laki-laki yang memang ingin menjalin hubungan serius dengannya. Mungkin karena, sama-sama ditinggalkan oleh kekasih hati, Arianna menjadi perasa yang memahami apa yang Baskoro rasakan. Rasa sakit hati, kehilangan, merasa dicampakkan dan tak dihargai, rasa-rasa itulah yang membuat Arianna merasa terikat dengan Baskoro. Keterikatan kare
"Aunty, lihat puzzle ku, Aku sudah selesai!"Arianna yang kemudian melihat ke arah Alea, puzzle binatang, tepatnya jerapah, sudah terbentuk sempurna. Tersenyum lebar dan bertepuk tangan, gadis kecil yang dikuncir dua keatas, semakin membuatnya lucu dan cantik. "Yeay! good job Alea." Arianna yang kemudian melakukan hi five alias tos ke Alea."Punyaku belum, kenapa susah sekali." Keluh Alia sambil membenarkan letak puzzlenya. Menoleh ke arah Alia, tampak Alia yang sedikit kebingungan. "Sabar sayang, fokus, jangan terburu-buru, pelan-pelan tidak apa-apa." Arianna yang mencoba menenangkan keponakannya, Alia yang sudah akan menangis. "Mau aunty bantu?""Nggak usah, biar Alia yang kerjain sendiri. " Ucap Alia yang walaupun sudah mulai meneteskan air mata tapi, Dia tetap berusaha fokus dengan puzzlenya. "Ayo Alia, Kamu bisa!" Ucap Alea yang sebenarnya adalah adik Alia. Ya, Alea dan Alia hanya selisih lima menit saja, Alia yang menjadi kakak karena Dia lahir lima menit lebih awal dari Ale
[Halo.][Hai Ann.][Ada apa ya Mas?][nggak ada apa-apa, Saya hanya ingin menelfon saja.]Meringis, merasa aneh saat laki-laki dewasa yang baru saja Dia temui dan terlihat angkuh itu mengatakan kalau alasannya menelfon hanya karena ingin saja.[Kamu sudah sampai rumah kan?][Iya Mas, baru saja.][Syukurlah.] Sebuah jawaban yang membuat Arianna tersenyum tipis dan... hening, tiba-tiba saja, tidak ada suara hingga akhirnya, Arianna memanggil Baskoro, penasaran apakah Baskoro masih ada dalam panggilan telfon itu.[Mas, Mas Baskoro.][Iya, Saya masih ada disini dan, Saya mau ngingetin Kamu kalau nanti malam saya berangkat.]Ingin memberitahukan jika mulai nanti malam Dia akan terbang dan pindah benua.[Iya Mas, hati-hati.]Jawaban yang singkat dan...memang seperti itu kan jawaban orang yang sedang dipamiti oleh seseorang .[Soal Kita, Saya serius lho Ann, sungguh.][Mas beneran yakin sama Saya?][Iya.][Tapi Mas Baskoro kan mau ke luar negeri, bagaimana kalau nantinya, Aku malah dekat den
Berpisah, Arianna yang mengendarai mobilnya, meninggalkan Baskoro yang masih berdiri menatap. Melihat dari spion mobil, Arianna yang tak habis pikir dengan apa yang baru saja Dia sepakati dengan Baskoro dan, pria itu sekarang berdiri menatap kearahnya, lama, Baskoro tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri sampai akhirnya, Arianna tidak dapat melihat lagi karena mobil yang Dia kendarai sudah keluar dari pelataran coffe shop tempat dimana mereka bertemu.Antara sadar dan tidak, mengiyakan permintaan Baskoro, sungguh Arianna seperti terbius dengan pesona pria mapan dan tampan itu. "Baiklah, Kita lihat saja dulu, sampai dimana keseriusan Kamu Tuan Baskoro." Monolog Arianna sambil menyetir mobilnya, menuju arah pulang.Tiba di rumah, sudah ada mobil terparkir di pekarangan rumahnya dan...itu adalah mobil sang kakak. Tersenyum, segera keluar dari mobilnya, melangkahkan kakinya dengan tergesa. Rasanya sudah tidak sabar untuk melihat keponakan kembarnya.Suara ramai sudah terdengar
Sesuai dengan kesepakatan, memulai penjajakan katanya. Perkenalan sudah dilakukan, sekarang waktunya pendekatan lebih dalam. Janji temu disebuah coffe shop, tampak Baskoro yang sudah duduk sambil menatap layar laptopnya, sesekali melihat ke arah pintu dan... akhirnya, perempuan yang dinanti belum datang juga. Baskoro, sengaja datang lebih awal, tidak mau membuat kesan buruk untuk kencan yang benar-benar kencan. Bukan kencan yang seperti kemarin, kencan karena merasa penasaran dengan individu masing-masing.Melihat, sekali, dua kali, tiga kali, ke arah pintu coffe shop yang beberapa kali dibuka oleh seseorang tapi...si perempuan masih belum juga datang. Menatap ke arah jam tangannya, menghela nafas, menatap kembali layar laptopnya. Fokus dengan jurnal yang tampil dilayar laptopnya. Niatannya datang lebih awal agar Arianna tidak menunggunya seperti awal pertemuan mereka tapi... Baskoro yang sekarang menunggu kedatangan Arianna dan ini sudah telat setengah jam dari waktu janjian mereka."
[Bagaimana kabar mu Ann? Kamu baik-baik saja kan Ann, sudah lama ya Kita tidak bertemu, maaf jika Aku mengirim pesan dari nomor lain karena, nomorku sudah tidak bisa mengirim pesan ataupun menelfonmu, maaf karena Aku mengirim pesan, maaf karena Aku rindu.]Sebuah pesan yang membuat Arianna membulatkan mata, sakit hati dan kebenciannya kembali hadir, Kenapa pria yang bernama Aryo Bayu Gatra itu mengirim pesan padanya. Arianna yang ingin melindungi hatinya dulu, langsung memblokir Aryo Bayu Gatra.Ya! Aryo Bayu Gatra, laki-laki yang sudah meninggalkan Arianna untuk menikahi perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Melempar ponsel ke kasur, dadanya bergemuruh, kenapa jantungnya berdetak kencang saat membaca pesan itu? Rasa apa ini? apa ini rasa kesal dan benci? atau rasa kaget tapi bahagia karena laki-laki yang terkadang hinggap di lamunan Arianna telah mengirim pesan dan mengatakan kalau Dia rindu?Dada Arianna naik turun menahan rasa yang tak menentu, mengambil kembali ponsel
Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah."Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu."Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho." Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang."Maaf Bu, tadi...""Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal."Anda?""Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu."Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya.""Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri."Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung."Oh iya, sudah m
"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?""Saya...Saya buk....""Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti."Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah. "Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian."Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna."Mas, Saya pulang ya." "Oh iya, Mas antar ya."Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka."Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya." "Ngobrol? ngobrol sama siapa?""Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna.""Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya.""Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan
Satu mobil dengan seorang Baskoro, salah satu orang terpandang dan seorang CEO. Tidak terbayangkan sebelumnya. Arianna yang sesekali melihat wajah Baskoro, mengagumi ketampanan pria yang sedang duduk disebelah kursinya itu. Bagaimana mungkin laki-laki setampan dan mapan seperti dirinya, ditinggal pergi oleh calon istrinya? Dia sedang tidak drama kan? Dia sedang tidak mengada-ada kan? Tapi buat apa Dia berbohong? Tapi kenapa juga calon istrinya itu pergi meninggalkan laki-laki yang hampir sempurna ini? Ah, sungguh Arianna bingung."Saya tampan ya?" Ucap Baskoro dengan percaya dirinya, Dia bahkan tidak menoleh ke arah Arianna saat bertanya demikian."Hah?! Engg...Ya...itu..." Arianna yang seakan tenggelam dengan jawaban yang ingin Dia utarakan. "Saya memang tampan An, Kamu tidak akan menyesal." Ucap Baskoro yang lagi-lagi tidak melihat ke arah Arianna, Dia fokus dengan kegiatannya saat ini yaitu, menyetir mobilnya sendiri.Tidak menanggapi, Arianna diam sambil melihat pemandangan lewat