"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?"
"Saya...Saya buk....""Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti."Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah."Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian."Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna."Mas, Saya pulang ya.""Oh iya, Mas antar ya."Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka."Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya.""Ngobrol? ngobrol sama siapa?""Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna.""Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya.""Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan Arianna."Dasar, kalau nggak inget Budhe, sudah Aku pecat Dia." Gumam Baskoro.Arianna tidak mau ambil pusing dengan pernyataan yang Bima ucapkan, tidak terganggu dan tidak mau tahu dengan kalimat 'jangan sampai kabur lagi kayak kemarin ', toh Arianna bukan siapa-siapanya Baskoro jadi tidak perlu dan tidak mau untuk mengkonfirmasi."Ayo An, Aku antar pulang.""Nggak usah Mas, biar Saya pulang sendiri saja, lagian mobil Saya kan sudah ada diparkiran."Diam, menatap Arianna lekat, membuat Arianna mengulum bibir, untuk sesaat, Arianna mengalihkan pandangannya ke objek yang lain."Mas kenapa ngelihat Saya kayak begitu sih?" Tanya Arianna dengan senyum yang meringis, merasa aneh dan tidak nyaman sama sekali."Kenapa tidak mau Saya antar, apa Kamu takut kalau Ayah dan Ibu Kamu tahu tentang hubungan Kita?" Masih dengan tatapan mata lekat, membuat Arianna menghela nafas. Ditatap lekat saja sudah berhasil membuat Arianna salah tingkah, ini malah diberi pertanyaan yang tidak masuk akal. Arianna, takut jika kedua orang tuanya menanyakan hubungan? ya ampun, apakah Baskoro ini sedang sakit jiw*? uups! kebangetan nggak sih ini tapi....orang mana yang mau diajak nikah hanya dengan perkenalan beberapa jam saja, mana ada coba?!!!!!Kalaupun sudah pengen banget alias ngebet pengen nikah ya.... nggak gini-gini amat kan? Ya Tuhan, Arianna sungguh-sungguh sangat kesal."Mas, Aku tuh bingung ya sama Kamu, bukan, bukan bingung tapi, lebih tepatnya kesal sama Kamu. Dari tadi Mas sudah mengklaim secara sepihak kalau Saya adalah calon istri Kamu, bahkan teman Mas saja langsung menanyakan tanggal pernikahan. Mas, nikah itu bukan permainan, nggak seenaknya saja Kita ketemu terus langsung nikah." Ucap Arianna dengan ekspresi kesal tentunya tapi, volume tetap rendah, takut jika terdengar oleh orang lain."Dengan semua kelebihan yang Saya miliki, apa tidak cukup buat Kamu yakin untuk menikah dengan Saya?"Menghela nafas, lagi-lagi gold money yang Baskoro miliki, membuatnya begitu yakin jika Arianna mau diajak menikah dengan hanya satu kali pertemuan."Mas, maaf ya, nggak semua perempuan bisa tergiur dengan status ataupun kekayaan yang Mas miliki.""Dan Kamu salah satu diantara semua perempuan itu?""Iya." Dengan tegas Arianna berucap."Ok, ayo Kita pulang." Baskoro yang kemudian bangun dari tempat duduknya, berdiri menunggu Arianna yang hendak berdiri dari kursinya dan... keduanya pun berjalan beriringan keluar dari gedung."Sopir Mas dimana ya?""Takut banget kalau Saya antar ya?""Ya... nggak gitu juga tapi....Ibu saya galak, akan banyak pertanyaan yang akan memborbardir Mas nantinya." Ucap Arianna dengan tawa kecil mengiringi, kekesalannya tertimpa dengan bayangan ekspresi sang Ibu jika bertemu Baskoro nanti."Tidak apa-apa, Saya siap.""Hah?!" Kening Arianna mulai berkerut."Lhoh, beneran ini Ann, Aku tidak sedang bercanda, Aku serius, serius ingin mengajak kamu menikah."Gila, pria dewasa yang sedang dihadapi Arianna saat ini memang benar sakit jiw*. Apa ini yang namanya urgent seperti chat yang baru saja Dia kirimkan kemarin, urgent untuk segera menikah?!"Mas jangan membuat Saya takut ya.""Kenapa Kamu takut sama Saya Ann?""Ya ... karena Mas Baskoro tiba-tiba benar-benar ngajakin Aku nikah."Baskoro yang kemudian tertawa kecil, membuat Arianna terpesona untuk sesaat karena, tidak bisa disangsikan kalau sebenarnya, Baskoro ini memang rupawan."Baiklah, Saya tidak akan terburu-buru tapi, ijinkan Saya untuk mengantar Kamu pulang, Saya juga tidak akan bilang sama Ayah dan Ibu Kamu kalau Saya ingin meminang putrinya.""Beneran ya." Ucap Arianna dengan wajah serius tapi terlihat lucu dimata Baskoro."Ya tidak untuk hari ini, mungkin besok.""Mas!"Tergelak, Baskoro tidak bisa menyembunyikan tawanya saat Arianna mulai membulatkan matanya, terlihat kesal dan gemas."Ok fine, hanya mengantar, promise!""Beneran ini ya!""Iyaa."Baskoro yang merasa jika Arianna adalah perempuan yang unik dan menarik, kenapa Arianna tidak langsung mengiyakan permintaannya untuk menikah, salah satu hal yang membuat Baskoro penasaran dengan perempuan cantik yang ingin Dia antar pulang saat ini.Memanggil sang sopir, mobil Baskoro pun diantar ke depan Baskoro langsung, sedangkan mobil Arianna mengikuti dibelakang mobil Baskoro."Ayo." Ajak Baskoro yang sudah membukakan pintu mobil untuk Arianna."Tapi janji ya, jangan bilang aneh-aneh.""Iyaa Ann, Saya janji."Arianna yang percaya dengan ucapan Baskoro, berjalan dan naik ke mobil Baskoro.Bersama lagi dalam satu mobil, keputusan yang tidak pernah Arianna bayangkan sebelumnya. Dalam bayangannya, Dia hanya bertemu dan makan siang kemudian mengobrol, tidak terpikirkan dalam benaknya kalau ternyata akan sampai selama dan sejauh ini apalagi, sampai-sampai diperkenalkan sebagai calon istri."Makasih ya Ann.""Makasih? untuk?""Untuk kebaikan Kamu.""Kebaikan apa? perasaan Saya nggak ngapa-ngapain, seharusnya Saya yang berterimakasih, karena Mas sudah traktir Saya direstoran mahal.""Jangan begitu lah Ann, itu restoran juga biasa saja, nggak mewah-mewah amat.""Buat Saya mewah Mas, seporsi spaghetti yang harganya delapan puluh lima ribu itu termasuk mewah Mas.""Masak sih, memang biasanya Kamu makan pasta harga berapa?""Ihhh...kok jadi investigasi harga? nggak mau jawab ah, yang pasti...harga kaki lima rasa bintang lima.""Ah, yang benar? yang ada itu ya....ada harga ada rupa. Kalau untuk makanan ya....kalau ada harga ya ada rasa. Kalau murah, pasti rasanya juga biasa saja." Ucap Baskoro, pria mapan yang belum pernah makan jajanan kaki lima."Iya-iya, percaya kalau Mas ini sultan, pria kaya yang memiliki golden money yang tak terkira."Ya nggak begitu juga Ann, kok terus pakai sebutan golden money.""Ya Mas Baskoro kan memang dari keluarga kaya raya, dari Kakek sampai kedua orang tua Mas kan kaya raya.""Iya juga sih tapi....Saya juga bekerja keras untuk perusahaan lho Ann, nggak cuma ongkang-ongkang kaki terus terima uang begitu saja.""Iya Mas, Aku percaya. Tadi Pak.... ehmm...oh ya, Pak Arya kan juga bilang begitu, perusahaan berkembang pesat karena Mas dan Kakaknya Mas Baskoro."Tersenyum, bahagia saat kerja kerasnya diapresiasi oleh Arianna, entah mengapa hati Baskoro merasa tenang saat dekat dengan Arianna, tidak merasa seperti laki-laki yang hanya dimanfaatkan status dan kekayaannya saja. Mengobrol seperti dua orang yang sudah akrab padahal, baru beberapa jam lalu mereka bertemu. Sekali lagi mengkonfirmasi soal ucapan terimakasih, ucapan terima kasih karena Arianna tidak langsung menyanggah ucapan Baskoro kepada semua orang yang ada di gedung baru tadi, yang menyatakan kalau Arianna adalah calon istrinya dan, Arianna hanya menjawab 'iya' sambil tersenyum tipis. Sungguh ini adalah keajaiban, Baskoro merasa jika Arianna memang wanita yang tepat dan harus segera Dia miliki sebelum ada orang lain yang akan memilikinya.Mobil melaju sesuai arahan dari Arianna hingga akhirnya, mobil itu pun sampai di rumah Arianna. Terlihat asri, ada taman dan juga pohon yang membuat rumah Arianna begitu apik dan hijau. Sangat terlihat jika sang empunya rumah senang dengan tanaman dan bunga."Rumah Kamu asri banget." Ucap Baskoro yang kemudian turun dari mobilnya begitu pun juga dengan Arianna."Iya dong, rumah siapa dulu." Ucap Arianna sambil tersenyum."Kamu juga yang merawat tanaman dan bunga-bunga itu." Ucap Baskoro sambil mengedarkan pandangannya, menikmati pemandangan yang asri dan indah."Oh....tentu... tidak, Ibu dan Ayah, mereka berdua sangat suka berkebun."Melangkahkan kaki dan..."Kok baru pulang Ann?" Suara sang Ibu yang membuat Arianna dan Baskoro langsung menoleh ke arah sang Ibu.Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah."Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu."Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho." Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang."Maaf Bu, tadi...""Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal."Anda?""Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu."Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya.""Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri."Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung."Oh iya, sudah m
[Bagaimana kabar mu Ann? Kamu baik-baik saja kan Ann, sudah lama ya Kita tidak bertemu, maaf jika Aku mengirim pesan dari nomor lain karena, nomorku sudah tidak bisa mengirim pesan ataupun menelfonmu, maaf karena Aku mengirim pesan, maaf karena Aku rindu.]Sebuah pesan yang membuat Arianna membulatkan mata, sakit hati dan kebenciannya kembali hadir, Kenapa pria yang bernama Aryo Bayu Gatra itu mengirim pesan padanya. Arianna yang ingin melindungi hatinya dulu, langsung memblokir Aryo Bayu Gatra.Ya! Aryo Bayu Gatra, laki-laki yang sudah meninggalkan Arianna untuk menikahi perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Melempar ponsel ke kasur, dadanya bergemuruh, kenapa jantungnya berdetak kencang saat membaca pesan itu? Rasa apa ini? apa ini rasa kesal dan benci? atau rasa kaget tapi bahagia karena laki-laki yang terkadang hinggap di lamunan Arianna telah mengirim pesan dan mengatakan kalau Dia rindu?Dada Arianna naik turun menahan rasa yang tak menentu, mengambil kembali ponsel
Sesuai dengan kesepakatan, memulai penjajakan katanya. Perkenalan sudah dilakukan, sekarang waktunya pendekatan lebih dalam. Janji temu disebuah coffe shop, tampak Baskoro yang sudah duduk sambil menatap layar laptopnya, sesekali melihat ke arah pintu dan... akhirnya, perempuan yang dinanti belum datang juga. Baskoro, sengaja datang lebih awal, tidak mau membuat kesan buruk untuk kencan yang benar-benar kencan. Bukan kencan yang seperti kemarin, kencan karena merasa penasaran dengan individu masing-masing.Melihat, sekali, dua kali, tiga kali, ke arah pintu coffe shop yang beberapa kali dibuka oleh seseorang tapi...si perempuan masih belum juga datang. Menatap ke arah jam tangannya, menghela nafas, menatap kembali layar laptopnya. Fokus dengan jurnal yang tampil dilayar laptopnya. Niatannya datang lebih awal agar Arianna tidak menunggunya seperti awal pertemuan mereka tapi... Baskoro yang sekarang menunggu kedatangan Arianna dan ini sudah telat setengah jam dari waktu janjian mereka."
Berpisah, Arianna yang mengendarai mobilnya, meninggalkan Baskoro yang masih berdiri menatap. Melihat dari spion mobil, Arianna yang tak habis pikir dengan apa yang baru saja Dia sepakati dengan Baskoro dan, pria itu sekarang berdiri menatap kearahnya, lama, Baskoro tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri sampai akhirnya, Arianna tidak dapat melihat lagi karena mobil yang Dia kendarai sudah keluar dari pelataran coffe shop tempat dimana mereka bertemu.Antara sadar dan tidak, mengiyakan permintaan Baskoro, sungguh Arianna seperti terbius dengan pesona pria mapan dan tampan itu. "Baiklah, Kita lihat saja dulu, sampai dimana keseriusan Kamu Tuan Baskoro." Monolog Arianna sambil menyetir mobilnya, menuju arah pulang.Tiba di rumah, sudah ada mobil terparkir di pekarangan rumahnya dan...itu adalah mobil sang kakak. Tersenyum, segera keluar dari mobilnya, melangkahkan kakinya dengan tergesa. Rasanya sudah tidak sabar untuk melihat keponakan kembarnya.Suara ramai sudah terdengar
[Halo.][Hai Ann.][Ada apa ya Mas?][nggak ada apa-apa, Saya hanya ingin menelfon saja.]Meringis, merasa aneh saat laki-laki dewasa yang baru saja Dia temui dan terlihat angkuh itu mengatakan kalau alasannya menelfon hanya karena ingin saja.[Kamu sudah sampai rumah kan?][Iya Mas, baru saja.][Syukurlah.] Sebuah jawaban yang membuat Arianna tersenyum tipis dan... hening, tiba-tiba saja, tidak ada suara hingga akhirnya, Arianna memanggil Baskoro, penasaran apakah Baskoro masih ada dalam panggilan telfon itu.[Mas, Mas Baskoro.][Iya, Saya masih ada disini dan, Saya mau ngingetin Kamu kalau nanti malam saya berangkat.]Ingin memberitahukan jika mulai nanti malam Dia akan terbang dan pindah benua.[Iya Mas, hati-hati.]Jawaban yang singkat dan...memang seperti itu kan jawaban orang yang sedang dipamiti oleh seseorang .[Soal Kita, Saya serius lho Ann, sungguh.][Mas beneran yakin sama Saya?][Iya.][Tapi Mas Baskoro kan mau ke luar negeri, bagaimana kalau nantinya, Aku malah dekat den
"Aunty, lihat puzzle ku, Aku sudah selesai!"Arianna yang kemudian melihat ke arah Alea, puzzle binatang, tepatnya jerapah, sudah terbentuk sempurna. Tersenyum lebar dan bertepuk tangan, gadis kecil yang dikuncir dua keatas, semakin membuatnya lucu dan cantik. "Yeay! good job Alea." Arianna yang kemudian melakukan hi five alias tos ke Alea."Punyaku belum, kenapa susah sekali." Keluh Alia sambil membenarkan letak puzzlenya. Menoleh ke arah Alia, tampak Alia yang sedikit kebingungan. "Sabar sayang, fokus, jangan terburu-buru, pelan-pelan tidak apa-apa." Arianna yang mencoba menenangkan keponakannya, Alia yang sudah akan menangis. "Mau aunty bantu?""Nggak usah, biar Alia yang kerjain sendiri. " Ucap Alia yang walaupun sudah mulai meneteskan air mata tapi, Dia tetap berusaha fokus dengan puzzlenya. "Ayo Alia, Kamu bisa!" Ucap Alea yang sebenarnya adalah adik Alia. Ya, Alea dan Alia hanya selisih lima menit saja, Alia yang menjadi kakak karena Dia lahir lima menit lebih awal dari Ale
"Aku... Aku sudah terlanjur mengatakan kalau Aku akan menunggu Mas Baskoro Bu. ""Menunggu? maksud Kamu? " Sang Ibu yang terlihat bingung, kenapa sang putri harus menunggu Baskoro? laki-laki yang baru saja dikenal. "Mas Baskoro ingin menjalin hubungan serius Bu. ""Kamu yang ingin atau Dia yang mau?"Menghela nafas, menipiskan bibir, Arianna yang sebenarnya masih bingung, apakah Dia ingin? apakah Dia bisa menjalani hubungan serius yang Baskoro tawarkan? bagaimana jika nanti ada perbedaan pendapat dan perselisihan yang akan membuat mereka berpisah, bingung, tapi.... entah mengapa, ada sedikit rasa percaya yang Arianna rasakan, hatinya berkata jika Baskoro laki-laki yang memang ingin menjalin hubungan serius dengannya. Mungkin karena, sama-sama ditinggalkan oleh kekasih hati, Arianna menjadi perasa yang memahami apa yang Baskoro rasakan. Rasa sakit hati, kehilangan, merasa dicampakkan dan tak dihargai, rasa-rasa itulah yang membuat Arianna merasa terikat dengan Baskoro. Keterikatan kare
Jadi kapan Kita akan menikah? bagaimana kalau bulan depan?""Hah? menikah?""Iya, Kamu serius dengan hubungan Kita ini kan? Aku sudah bilang ke bapak sama Ibuku, mereka setuju Aku menikah.""Iya, tapi...""Tapi apa? apa Kamu mau Kita untuk berkenalan terlebih dahulu? bukankah chat kita selama satu Minggu ini sudah cukup untuk Kita berkenalan?""Iya sih tapi....""Tapi apalagi? apa Kamu menyangsikan kesungguhanku? dalam bio mu dan dalam chat Kita kemarin, Kamu pengen serius kan? giliran Aku seriusi Kamu malah ragu, gimana sih?" Terlihat kesal, laki-laki yang terlihat lebih tua dari Ariana ini begitu semangat ingin segera menikahi Arianna. Kacamata tebal, kemeja lengan panjang dan celana halus, sepatu kulit berwarna hitam, terlihat formal menempel di tubuh laki-laki itu."Jadi kapan? atau.... Kamu mau kita nyicil dulu." Sambil alisnya naik turun, bibirnya menyeringai menjijikka*."Nyicil apa?""Nyicil dihotel gitu, mencoba mengenal satu sama lain dengan lebih intim. Tenang saja Saya ya
"Aku... Aku sudah terlanjur mengatakan kalau Aku akan menunggu Mas Baskoro Bu. ""Menunggu? maksud Kamu? " Sang Ibu yang terlihat bingung, kenapa sang putri harus menunggu Baskoro? laki-laki yang baru saja dikenal. "Mas Baskoro ingin menjalin hubungan serius Bu. ""Kamu yang ingin atau Dia yang mau?"Menghela nafas, menipiskan bibir, Arianna yang sebenarnya masih bingung, apakah Dia ingin? apakah Dia bisa menjalani hubungan serius yang Baskoro tawarkan? bagaimana jika nanti ada perbedaan pendapat dan perselisihan yang akan membuat mereka berpisah, bingung, tapi.... entah mengapa, ada sedikit rasa percaya yang Arianna rasakan, hatinya berkata jika Baskoro laki-laki yang memang ingin menjalin hubungan serius dengannya. Mungkin karena, sama-sama ditinggalkan oleh kekasih hati, Arianna menjadi perasa yang memahami apa yang Baskoro rasakan. Rasa sakit hati, kehilangan, merasa dicampakkan dan tak dihargai, rasa-rasa itulah yang membuat Arianna merasa terikat dengan Baskoro. Keterikatan kare
"Aunty, lihat puzzle ku, Aku sudah selesai!"Arianna yang kemudian melihat ke arah Alea, puzzle binatang, tepatnya jerapah, sudah terbentuk sempurna. Tersenyum lebar dan bertepuk tangan, gadis kecil yang dikuncir dua keatas, semakin membuatnya lucu dan cantik. "Yeay! good job Alea." Arianna yang kemudian melakukan hi five alias tos ke Alea."Punyaku belum, kenapa susah sekali." Keluh Alia sambil membenarkan letak puzzlenya. Menoleh ke arah Alia, tampak Alia yang sedikit kebingungan. "Sabar sayang, fokus, jangan terburu-buru, pelan-pelan tidak apa-apa." Arianna yang mencoba menenangkan keponakannya, Alia yang sudah akan menangis. "Mau aunty bantu?""Nggak usah, biar Alia yang kerjain sendiri. " Ucap Alia yang walaupun sudah mulai meneteskan air mata tapi, Dia tetap berusaha fokus dengan puzzlenya. "Ayo Alia, Kamu bisa!" Ucap Alea yang sebenarnya adalah adik Alia. Ya, Alea dan Alia hanya selisih lima menit saja, Alia yang menjadi kakak karena Dia lahir lima menit lebih awal dari Ale
[Halo.][Hai Ann.][Ada apa ya Mas?][nggak ada apa-apa, Saya hanya ingin menelfon saja.]Meringis, merasa aneh saat laki-laki dewasa yang baru saja Dia temui dan terlihat angkuh itu mengatakan kalau alasannya menelfon hanya karena ingin saja.[Kamu sudah sampai rumah kan?][Iya Mas, baru saja.][Syukurlah.] Sebuah jawaban yang membuat Arianna tersenyum tipis dan... hening, tiba-tiba saja, tidak ada suara hingga akhirnya, Arianna memanggil Baskoro, penasaran apakah Baskoro masih ada dalam panggilan telfon itu.[Mas, Mas Baskoro.][Iya, Saya masih ada disini dan, Saya mau ngingetin Kamu kalau nanti malam saya berangkat.]Ingin memberitahukan jika mulai nanti malam Dia akan terbang dan pindah benua.[Iya Mas, hati-hati.]Jawaban yang singkat dan...memang seperti itu kan jawaban orang yang sedang dipamiti oleh seseorang .[Soal Kita, Saya serius lho Ann, sungguh.][Mas beneran yakin sama Saya?][Iya.][Tapi Mas Baskoro kan mau ke luar negeri, bagaimana kalau nantinya, Aku malah dekat den
Berpisah, Arianna yang mengendarai mobilnya, meninggalkan Baskoro yang masih berdiri menatap. Melihat dari spion mobil, Arianna yang tak habis pikir dengan apa yang baru saja Dia sepakati dengan Baskoro dan, pria itu sekarang berdiri menatap kearahnya, lama, Baskoro tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri sampai akhirnya, Arianna tidak dapat melihat lagi karena mobil yang Dia kendarai sudah keluar dari pelataran coffe shop tempat dimana mereka bertemu.Antara sadar dan tidak, mengiyakan permintaan Baskoro, sungguh Arianna seperti terbius dengan pesona pria mapan dan tampan itu. "Baiklah, Kita lihat saja dulu, sampai dimana keseriusan Kamu Tuan Baskoro." Monolog Arianna sambil menyetir mobilnya, menuju arah pulang.Tiba di rumah, sudah ada mobil terparkir di pekarangan rumahnya dan...itu adalah mobil sang kakak. Tersenyum, segera keluar dari mobilnya, melangkahkan kakinya dengan tergesa. Rasanya sudah tidak sabar untuk melihat keponakan kembarnya.Suara ramai sudah terdengar
Sesuai dengan kesepakatan, memulai penjajakan katanya. Perkenalan sudah dilakukan, sekarang waktunya pendekatan lebih dalam. Janji temu disebuah coffe shop, tampak Baskoro yang sudah duduk sambil menatap layar laptopnya, sesekali melihat ke arah pintu dan... akhirnya, perempuan yang dinanti belum datang juga. Baskoro, sengaja datang lebih awal, tidak mau membuat kesan buruk untuk kencan yang benar-benar kencan. Bukan kencan yang seperti kemarin, kencan karena merasa penasaran dengan individu masing-masing.Melihat, sekali, dua kali, tiga kali, ke arah pintu coffe shop yang beberapa kali dibuka oleh seseorang tapi...si perempuan masih belum juga datang. Menatap ke arah jam tangannya, menghela nafas, menatap kembali layar laptopnya. Fokus dengan jurnal yang tampil dilayar laptopnya. Niatannya datang lebih awal agar Arianna tidak menunggunya seperti awal pertemuan mereka tapi... Baskoro yang sekarang menunggu kedatangan Arianna dan ini sudah telat setengah jam dari waktu janjian mereka."
[Bagaimana kabar mu Ann? Kamu baik-baik saja kan Ann, sudah lama ya Kita tidak bertemu, maaf jika Aku mengirim pesan dari nomor lain karena, nomorku sudah tidak bisa mengirim pesan ataupun menelfonmu, maaf karena Aku mengirim pesan, maaf karena Aku rindu.]Sebuah pesan yang membuat Arianna membulatkan mata, sakit hati dan kebenciannya kembali hadir, Kenapa pria yang bernama Aryo Bayu Gatra itu mengirim pesan padanya. Arianna yang ingin melindungi hatinya dulu, langsung memblokir Aryo Bayu Gatra.Ya! Aryo Bayu Gatra, laki-laki yang sudah meninggalkan Arianna untuk menikahi perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Melempar ponsel ke kasur, dadanya bergemuruh, kenapa jantungnya berdetak kencang saat membaca pesan itu? Rasa apa ini? apa ini rasa kesal dan benci? atau rasa kaget tapi bahagia karena laki-laki yang terkadang hinggap di lamunan Arianna telah mengirim pesan dan mengatakan kalau Dia rindu?Dada Arianna naik turun menahan rasa yang tak menentu, mengambil kembali ponsel
Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah."Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu."Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho." Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang."Maaf Bu, tadi...""Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal."Anda?""Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu."Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya.""Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri."Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung."Oh iya, sudah m
"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?""Saya...Saya buk....""Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti."Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah. "Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian."Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna."Mas, Saya pulang ya." "Oh iya, Mas antar ya."Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka."Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya." "Ngobrol? ngobrol sama siapa?""Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna.""Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya.""Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan
Satu mobil dengan seorang Baskoro, salah satu orang terpandang dan seorang CEO. Tidak terbayangkan sebelumnya. Arianna yang sesekali melihat wajah Baskoro, mengagumi ketampanan pria yang sedang duduk disebelah kursinya itu. Bagaimana mungkin laki-laki setampan dan mapan seperti dirinya, ditinggal pergi oleh calon istrinya? Dia sedang tidak drama kan? Dia sedang tidak mengada-ada kan? Tapi buat apa Dia berbohong? Tapi kenapa juga calon istrinya itu pergi meninggalkan laki-laki yang hampir sempurna ini? Ah, sungguh Arianna bingung."Saya tampan ya?" Ucap Baskoro dengan percaya dirinya, Dia bahkan tidak menoleh ke arah Arianna saat bertanya demikian."Hah?! Engg...Ya...itu..." Arianna yang seakan tenggelam dengan jawaban yang ingin Dia utarakan. "Saya memang tampan An, Kamu tidak akan menyesal." Ucap Baskoro yang lagi-lagi tidak melihat ke arah Arianna, Dia fokus dengan kegiatannya saat ini yaitu, menyetir mobilnya sendiri.Tidak menanggapi, Arianna diam sambil melihat pemandangan lewat