Membantu Ibu membersihkan meja makan. Sang Ayah yang masih duduk diruang makan, menikmati secangkir teh oolong hangat.
"Kamu yakin mau ketemu sama murid Ayah Mbak?""Iya Bu, sepertinya orangnya baik.""Ehmmm....sok tahunya mulai nih." Sang Ibu yang tahu sifat sang putri, langsung berkomentar."Kalau Dia sampai ngajar di luar negeri itu berarti, Dia punya pendidikan yang tinggi kan Bu, lagian kalau dalam bayangan Aku itu, seorang pengajar itu ya kayak Ayah. Lemah lembut, baik, dan juga penyayang, iya kan Yah." Ucap Arianna yang meminta persetujuan dari sang Ayah, tapi sang Ayah hanya menjawab dengan senyuman tipis dan anggukan kepala.Ikut menikmati secangkir teh oolong, teh yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan karena , teh oolong memiliki efek antioksidan dan antimutagenik yang lebih kuat, dibandingkan jenis teh hijau dan hitam.Mengobrol, tapi tidak membahas lagi soal murid sang Ayah yang ingin bertemu dengan dirinya. Kali ini mereka membahas tentang si krucil-krucil yang akan datang berkunjung karena sebentar lagi akhir pekan. Sang Ayah dan Ibu, terlihat asyik ketika menceritakan tentang para cucu, Arianna yang ingin menyelesaikan pekerjaannya menulis cerita novel, akhirnya pamit, berjalan masuk ke kamarnya.Masuk ke kamar kemudian membuka laptopnya. Arianna adalah seorang penulis, Dia menjadi seorang penulis di beberapa aplikasi novel berbayar. Mencoba untuk merangkai kata dalam sebuah tulisan sampai akhirnya, kedua matanya mulai melihat aplikasi datting yang kebetulan tadi belum Dia keluarkan."Ada chat lagi." Gumam Arianna yang kemudian membuka tab datting apps.Tampak jelas disana jika Laki-laki yang bernama Baskoro itu ingin bertemu dengannya bahkan, ada kata urgent disana."Dih! mau ngajak ketemuan kok maksa sih, aneh." Monolog Arianna.Melihat kembali profil dan Bio dari Baskoro. Foto profilnya tampan, terlihat seperti eksekutif muda, lulusan universitas luar negeri dengan gelar Bachelor of Economy (B.E), umur empat puluh satu tahun, gemar berolahraga dan traveling."Ini beneran nggak sih, jangan-jangan cuma tukang ngibul yang mencari mangsa." Bermonolog sambil berpikir, apakah kali ini Dia perlu menanggapi. Satu menit, dua menit, tiga menit dan.... akhirnya, di menit ke dua puluh Arianna membalas.[Oke Kita ketemu besok di Pierre Restauran.] Balas Arianna dengan tersenyum tipis. Memilih bertemu di restoran mahal, jika Dia seorang penipu pasti akan mengcancel pertemuan atau tidak akan membalas pesannya bukan? Itu yang ada dalam pikiran Arianna saat ini.Menunggu, semenit, dua menit, tiga menit sampai lima menit kemudian, chat Arianna belum dibalas."Tuh kan, baru diajak ketemuan di restoran mahal saja sudah keder duluan dasar pe..." Arianna yang menghentikan ucapannya saat melihat balasan chatnya.[Oke, jam berapa] Balas laki-laki yang bernama Baskoro.Membulatkan mata, Arianna tampak tak percaya dengan apa yang baru saja Dia baca."Ah, masak Aku beneran chat sama seorang CEO? seorang CEO yang mencari pasanga lewat datting apps? ayolah, jangan bercanda tuan Baskoro." Penyangkalan yang membuat Arianna geleng-geleng kepala.[Jam berapa An? jadwal ku padat, Aku harus tahu Kita akan bertemu jam berapa untuk menyesuaikan jadwal yang sudah sekretarisku buat.]Menopang dagu, merasa jika laki-laki yang bernama Baskoro bukanlah seorang pembual. Belum membalas, Arianna yang masih ragu, langsung menulis nama Baskoro Putra Wijaya dilaman pencarian dan...."Oh my God, benarkah ini?" Lagi-lagi, Arianna tidak percaya dengan apa yang baru saja Dia baca.Baskoro Putra Wijaya, seorang CEO dari beberapa perusahaan keluarga Wijaya, single, karier yang bagus dan kekayaan yang tidak habis dimakan tujuh turunan. Itulah kutipan disalah satu laman pencarian.[Bagaimana An?] Lagi-lagi Baskoro berkirim pesan.[Besok jam sebelas siang di Pierre restaurant][Ok]Menghela nafas panjang, antara percaya dan tidak."Ok, let's see, apakah Kamu benar Baskoro putra Wijaya atau Baskoro putra entah siapa?" Sebuah keraguan tapi ingin membuktikan kebenarannya.Mengecek kembali tulisannya, malam ini Dia harus mengirimkan bab baru. Hanya mengedit tulisan yang salah karena, bab yang akan Dia sunting sudah selesai diketik."Ehmm....ok done!"Mengangkat kedua tangannya ke atas, merilekskan otot yang sempat tegang karena chat dari Baskoro. Laki-laki yang katanya kaya raya dan seorang CEO.Mematikan laptop, berjalan ke tempat tidurnya yang empuk, memejamkan mata, ingin mengistirahatkan pikiran, pikiran yang riuh akan sebuah rasa penasaran dengan identitas Baskoro yang akan Dia temui besok siang.****Berdandan cantik, setelan blouse warna biru pastel, lipstik nude dan tak lupa memakai perona pipi, tas tangan warna putih. Menatap kembali dirinya di cermin. Keluar dari kamar, menuruni anak tangga, tampak Ibu yang sedang memotong tangkai bunga anggrek yang akan dimasukkan ke dalam sebuah vas kaca bening."Ibu pasang bunga anggrek lagi? kenapa nggak diganti sama bunga lily sih Bu?" Sambil Arianna melangkah mendekati sang Ibu."Ada orang bilang kalau, bunga anggrek memberikan nuansa keanggunan dan kebahagiaan ke dalam rumah Mbak." Balas sang Ibu yang kemudian membalikkan badan, menatap sang putri dari atas sampai bawah."Cantik banget, mau kemana?""Mau.... ketemu sama seseorang." Balas Arianna yang meringis kemudian."Siapa? teman dari aplikasi kencan lagi?""Hehe, iya Bu.""Ya ampun Mbak, apa Kamu nggak takut ketipu lagi?" Sang Ibu yang khawatir, sampai akhirnya meletakkan gunting dan bunga anggreknya di meja, urung untuk memotong bunga dan akhirnya berdiri dari tempat duduknya."Mbak, kan bulan depan ada anak didik Ayah dulu yang mau ketemu sama Kamu, kenapa sekarang malah ingin bertemu dengan laki-laki dari aplikasi kencan kamu itu?""Nggak enak kalau mau ngebatalin Bu, kadung janji dan... Aku janji sama Ibu, kalau kali ini Aku tertipu lagi, Aku tidak akan melakukan pertemuan lagi dengan laki-laki dari datting apps, Aku janji Bu." Dengan wajah serius Arianna berucap, berharap sang Ibu meluluskan permintaannya."Ya sudah Mbak, terserah." Jawaban pasrah pun keluar, percuma juga menahan putrinya yang keras kepala itu. Mau berusaha untuk bertemu jodohnya saja sudah Ibu syukuri karena, semenjak ditinggal menikah oleh mantan pacarnya dulu, Arianna seperti antipati dengan laki-laki, membuat Ibu, Ayah dan dua saudaranya khawatir."Hati-hati.""Iya Bu." Balas Arianna yang kemudian mencium punggung tangan sang Ibu, mengambil high heelsnya di almari sepatu. Melangkah keluar, duduk sebentar di teras rumah dan memakai high heelsnya. Masuk ke dalam mobil, melajukan mobilnya ke Pierre restaurant.Perjalanan menuju restoran begitu lancar, tidak ada drama kemacetan yang biasa terjadi di ibukota. Mobil Arianna pun sampai dengan selamat.Mematikan mesin mobil, mengambil tasnya yang Dia letakkan disebelah kursi kemudi. Mengambil pouch dan melakukan touch up diwajah, make up tipisnya Dia perbaiki sedikit. Setelah yakin dengan penampilannya. Melangkah masuk ke dalam restoran, ada seorang pelayan restoran yang menyambut."Reservasi atas nama Pak Baskoro." Ucap Arianna. Baskoro yang mengiyakan pertemuan itu, melakukan reservasi atas nama dirinya, mengatakan kepada Arianna untuk menunggu karena ada meeting yang harus Dia lakukan."Iya Bu, mari silahkan." Dengan ramah dan sopan, si pelayan mengantar Arianna masuk ke dalam restoran. Dua kursi yang saling berhadapan, meja yang Baskoro pesan pun dekat dengan taman restoran yang terlihat indah dan cantik, mejanya pun tampak berbeda dari meja yang lain dan, hanya ada meja itu di dekat taman yang indah itu."Mejanya jauh dari meja-meja yang lain ya." Gumam Arianna yang kemudian duduk, merasa heran tapi juga senang. Senang karena pemandangan yang memanjakan mata tapi...agak aneh saja rasanya karena terlihat jauh dari meja-meja yang lain."Iya Bu, ini sudah sesuai dengan permintaan Bapak Baskoro.""Oh, iya." Balas Arianna dengan senyum tipisnya."Ibu ingin pesan terlebih dahulu?""Ehmm... Saya pesan minuman saja dulu ya.""Baik Bu, silahkan." Si pelayan yang kemudian menyerahkan buku menu, Arianna yang kemudian memesan segelas jus jeruk sunkist.Berdiri dari tempat duduknya, berjalan sambil melihat beberapa bunga yang menghiasi taman, jadi teringat pada sang Ibu yang suka mengoleksi tanaman dan bunga, pasti senang jika diajak ke tempat ini, pikir Arianna saat itu. Melihat dan mengagumi, Arianna tidak sadar jika ada sepasang mata yang melihatnya sampai akhirnya,"Anna."Sapaan yang membuat Arianna menoleh dan...."Ya Tuhan." Batin Arianna dengan wajah terkejutnya."Anna." Panggilan yang terdengar familiar. Familiar karena keluarga dan kerabatnya yang memanggil Arianna dengan sebutan Anna....tapi... bukankah kemarin waktu di chat, Dia juga sudah memanggil Arianna dengan panggilan 'An'?Ah, apapun itu, saat ini Arianna merasa tidak percaya dengan apa yang Dia lihat. Seorang CEO muda yang kemarin Dia cari profilnya lewat google ternyata benar adanya dan, Dia lebih tampan daripada yang ada di foto."Sudah lama ya?""Oh... nggak, baru saja kok.""Suka sama tanaman ya?""Ehmm, nggak juga, Ibu saya yang suka, kalau Saya hanya sebagai pemuja keindahannya saja." Balas Arianna dengan tersenyum tipis disertai grogi yang mendominasi."Masih mau menikmati pemandangan taman?""Oh... nggak, Kita duduk saja." Arianna yang kemudian melangkahkan kakinya menuju meja yang sudah dipesan oleh Baskoro."Sudah pesan?""Tadi sudah pesan minuman tapi belum diantar."Mengangkat tangan kirinya dan langsung datang seorang pelayan."Iya Pak." "Pesanan teman Saya belum dian
"Pernah kecewa dengan pasangan?"Lagi-lagi, Baskoro memberikan pertanyaan yang membuat Arianna mual."Pernah.""Sakit banget ya, sampai-sampai kamu melajang hingga tiga puluh empat tahun." Lugas dan tepat, sebuah pernyataan yang memang Arianna akui kebenarannya."Pasti sakit rasanya saat Kita ditinggalkan pasangan, apalagi Dia meninggalkan untuk hidup berbahagia dengan orang lain walaupun sempat berdalih bahwa meninggalkan Saya karena sebuah perjodohan tapi, kelihatannya Dia hidup bahagia dengan pasangannya dan sekarangpun, Dia sudah memiliki seorang anak.""Ohh... it's hurt, you just same with me."Arianna yang kemudian menatap Baskoro, merasa bingung dengan ucapannya, apa maksud dari kata, sama saja dengannya?"Maksudnya?""Saya juga ditinggal pasangan.""Oh ya? dengan kualitas yang Mas miliki saat ini, pasangan Mas bisa ninggalin Mas juga ternyata." Tersenyum tipis, senyuman yang entah mengapa begitu saja keluar dari sebuah cerita sedih, apakah Arianna merasa bahagia tatkala laki-
Satu mobil dengan seorang Baskoro, salah satu orang terpandang dan seorang CEO. Tidak terbayangkan sebelumnya. Arianna yang sesekali melihat wajah Baskoro, mengagumi ketampanan pria yang sedang duduk disebelah kursinya itu. Bagaimana mungkin laki-laki setampan dan mapan seperti dirinya, ditinggal pergi oleh calon istrinya? Dia sedang tidak drama kan? Dia sedang tidak mengada-ada kan? Tapi buat apa Dia berbohong? Tapi kenapa juga calon istrinya itu pergi meninggalkan laki-laki yang hampir sempurna ini? Ah, sungguh Arianna bingung."Saya tampan ya?" Ucap Baskoro dengan percaya dirinya, Dia bahkan tidak menoleh ke arah Arianna saat bertanya demikian."Hah?! Engg...Ya...itu..." Arianna yang seakan tenggelam dengan jawaban yang ingin Dia utarakan. "Saya memang tampan An, Kamu tidak akan menyesal." Ucap Baskoro yang lagi-lagi tidak melihat ke arah Arianna, Dia fokus dengan kegiatannya saat ini yaitu, menyetir mobilnya sendiri.Tidak menanggapi, Arianna diam sambil melihat pemandangan lewat
"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?""Saya...Saya buk....""Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti."Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah. "Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian."Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna."Mas, Saya pulang ya." "Oh iya, Mas antar ya."Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka."Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya." "Ngobrol? ngobrol sama siapa?""Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna.""Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya.""Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan
Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah."Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu."Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho." Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang."Maaf Bu, tadi...""Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal."Anda?""Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu."Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya.""Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri."Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung."Oh iya, sudah m
[Bagaimana kabar mu Ann? Kamu baik-baik saja kan Ann, sudah lama ya Kita tidak bertemu, maaf jika Aku mengirim pesan dari nomor lain karena, nomorku sudah tidak bisa mengirim pesan ataupun menelfonmu, maaf karena Aku mengirim pesan, maaf karena Aku rindu.]Sebuah pesan yang membuat Arianna membulatkan mata, sakit hati dan kebenciannya kembali hadir, Kenapa pria yang bernama Aryo Bayu Gatra itu mengirim pesan padanya. Arianna yang ingin melindungi hatinya dulu, langsung memblokir Aryo Bayu Gatra.Ya! Aryo Bayu Gatra, laki-laki yang sudah meninggalkan Arianna untuk menikahi perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Melempar ponsel ke kasur, dadanya bergemuruh, kenapa jantungnya berdetak kencang saat membaca pesan itu? Rasa apa ini? apa ini rasa kesal dan benci? atau rasa kaget tapi bahagia karena laki-laki yang terkadang hinggap di lamunan Arianna telah mengirim pesan dan mengatakan kalau Dia rindu?Dada Arianna naik turun menahan rasa yang tak menentu, mengambil kembali ponsel
Sesuai dengan kesepakatan, memulai penjajakan katanya. Perkenalan sudah dilakukan, sekarang waktunya pendekatan lebih dalam. Janji temu disebuah coffe shop, tampak Baskoro yang sudah duduk sambil menatap layar laptopnya, sesekali melihat ke arah pintu dan... akhirnya, perempuan yang dinanti belum datang juga. Baskoro, sengaja datang lebih awal, tidak mau membuat kesan buruk untuk kencan yang benar-benar kencan. Bukan kencan yang seperti kemarin, kencan karena merasa penasaran dengan individu masing-masing.Melihat, sekali, dua kali, tiga kali, ke arah pintu coffe shop yang beberapa kali dibuka oleh seseorang tapi...si perempuan masih belum juga datang. Menatap ke arah jam tangannya, menghela nafas, menatap kembali layar laptopnya. Fokus dengan jurnal yang tampil dilayar laptopnya. Niatannya datang lebih awal agar Arianna tidak menunggunya seperti awal pertemuan mereka tapi... Baskoro yang sekarang menunggu kedatangan Arianna dan ini sudah telat setengah jam dari waktu janjian mereka."
Berpisah, Arianna yang mengendarai mobilnya, meninggalkan Baskoro yang masih berdiri menatap. Melihat dari spion mobil, Arianna yang tak habis pikir dengan apa yang baru saja Dia sepakati dengan Baskoro dan, pria itu sekarang berdiri menatap kearahnya, lama, Baskoro tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri sampai akhirnya, Arianna tidak dapat melihat lagi karena mobil yang Dia kendarai sudah keluar dari pelataran coffe shop tempat dimana mereka bertemu.Antara sadar dan tidak, mengiyakan permintaan Baskoro, sungguh Arianna seperti terbius dengan pesona pria mapan dan tampan itu. "Baiklah, Kita lihat saja dulu, sampai dimana keseriusan Kamu Tuan Baskoro." Monolog Arianna sambil menyetir mobilnya, menuju arah pulang.Tiba di rumah, sudah ada mobil terparkir di pekarangan rumahnya dan...itu adalah mobil sang kakak. Tersenyum, segera keluar dari mobilnya, melangkahkan kakinya dengan tergesa. Rasanya sudah tidak sabar untuk melihat keponakan kembarnya.Suara ramai sudah terdengar
"Aku... Aku sudah terlanjur mengatakan kalau Aku akan menunggu Mas Baskoro Bu. ""Menunggu? maksud Kamu? " Sang Ibu yang terlihat bingung, kenapa sang putri harus menunggu Baskoro? laki-laki yang baru saja dikenal. "Mas Baskoro ingin menjalin hubungan serius Bu. ""Kamu yang ingin atau Dia yang mau?"Menghela nafas, menipiskan bibir, Arianna yang sebenarnya masih bingung, apakah Dia ingin? apakah Dia bisa menjalani hubungan serius yang Baskoro tawarkan? bagaimana jika nanti ada perbedaan pendapat dan perselisihan yang akan membuat mereka berpisah, bingung, tapi.... entah mengapa, ada sedikit rasa percaya yang Arianna rasakan, hatinya berkata jika Baskoro laki-laki yang memang ingin menjalin hubungan serius dengannya. Mungkin karena, sama-sama ditinggalkan oleh kekasih hati, Arianna menjadi perasa yang memahami apa yang Baskoro rasakan. Rasa sakit hati, kehilangan, merasa dicampakkan dan tak dihargai, rasa-rasa itulah yang membuat Arianna merasa terikat dengan Baskoro. Keterikatan kare
"Aunty, lihat puzzle ku, Aku sudah selesai!"Arianna yang kemudian melihat ke arah Alea, puzzle binatang, tepatnya jerapah, sudah terbentuk sempurna. Tersenyum lebar dan bertepuk tangan, gadis kecil yang dikuncir dua keatas, semakin membuatnya lucu dan cantik. "Yeay! good job Alea." Arianna yang kemudian melakukan hi five alias tos ke Alea."Punyaku belum, kenapa susah sekali." Keluh Alia sambil membenarkan letak puzzlenya. Menoleh ke arah Alia, tampak Alia yang sedikit kebingungan. "Sabar sayang, fokus, jangan terburu-buru, pelan-pelan tidak apa-apa." Arianna yang mencoba menenangkan keponakannya, Alia yang sudah akan menangis. "Mau aunty bantu?""Nggak usah, biar Alia yang kerjain sendiri. " Ucap Alia yang walaupun sudah mulai meneteskan air mata tapi, Dia tetap berusaha fokus dengan puzzlenya. "Ayo Alia, Kamu bisa!" Ucap Alea yang sebenarnya adalah adik Alia. Ya, Alea dan Alia hanya selisih lima menit saja, Alia yang menjadi kakak karena Dia lahir lima menit lebih awal dari Ale
[Halo.][Hai Ann.][Ada apa ya Mas?][nggak ada apa-apa, Saya hanya ingin menelfon saja.]Meringis, merasa aneh saat laki-laki dewasa yang baru saja Dia temui dan terlihat angkuh itu mengatakan kalau alasannya menelfon hanya karena ingin saja.[Kamu sudah sampai rumah kan?][Iya Mas, baru saja.][Syukurlah.] Sebuah jawaban yang membuat Arianna tersenyum tipis dan... hening, tiba-tiba saja, tidak ada suara hingga akhirnya, Arianna memanggil Baskoro, penasaran apakah Baskoro masih ada dalam panggilan telfon itu.[Mas, Mas Baskoro.][Iya, Saya masih ada disini dan, Saya mau ngingetin Kamu kalau nanti malam saya berangkat.]Ingin memberitahukan jika mulai nanti malam Dia akan terbang dan pindah benua.[Iya Mas, hati-hati.]Jawaban yang singkat dan...memang seperti itu kan jawaban orang yang sedang dipamiti oleh seseorang .[Soal Kita, Saya serius lho Ann, sungguh.][Mas beneran yakin sama Saya?][Iya.][Tapi Mas Baskoro kan mau ke luar negeri, bagaimana kalau nantinya, Aku malah dekat den
Berpisah, Arianna yang mengendarai mobilnya, meninggalkan Baskoro yang masih berdiri menatap. Melihat dari spion mobil, Arianna yang tak habis pikir dengan apa yang baru saja Dia sepakati dengan Baskoro dan, pria itu sekarang berdiri menatap kearahnya, lama, Baskoro tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri sampai akhirnya, Arianna tidak dapat melihat lagi karena mobil yang Dia kendarai sudah keluar dari pelataran coffe shop tempat dimana mereka bertemu.Antara sadar dan tidak, mengiyakan permintaan Baskoro, sungguh Arianna seperti terbius dengan pesona pria mapan dan tampan itu. "Baiklah, Kita lihat saja dulu, sampai dimana keseriusan Kamu Tuan Baskoro." Monolog Arianna sambil menyetir mobilnya, menuju arah pulang.Tiba di rumah, sudah ada mobil terparkir di pekarangan rumahnya dan...itu adalah mobil sang kakak. Tersenyum, segera keluar dari mobilnya, melangkahkan kakinya dengan tergesa. Rasanya sudah tidak sabar untuk melihat keponakan kembarnya.Suara ramai sudah terdengar
Sesuai dengan kesepakatan, memulai penjajakan katanya. Perkenalan sudah dilakukan, sekarang waktunya pendekatan lebih dalam. Janji temu disebuah coffe shop, tampak Baskoro yang sudah duduk sambil menatap layar laptopnya, sesekali melihat ke arah pintu dan... akhirnya, perempuan yang dinanti belum datang juga. Baskoro, sengaja datang lebih awal, tidak mau membuat kesan buruk untuk kencan yang benar-benar kencan. Bukan kencan yang seperti kemarin, kencan karena merasa penasaran dengan individu masing-masing.Melihat, sekali, dua kali, tiga kali, ke arah pintu coffe shop yang beberapa kali dibuka oleh seseorang tapi...si perempuan masih belum juga datang. Menatap ke arah jam tangannya, menghela nafas, menatap kembali layar laptopnya. Fokus dengan jurnal yang tampil dilayar laptopnya. Niatannya datang lebih awal agar Arianna tidak menunggunya seperti awal pertemuan mereka tapi... Baskoro yang sekarang menunggu kedatangan Arianna dan ini sudah telat setengah jam dari waktu janjian mereka."
[Bagaimana kabar mu Ann? Kamu baik-baik saja kan Ann, sudah lama ya Kita tidak bertemu, maaf jika Aku mengirim pesan dari nomor lain karena, nomorku sudah tidak bisa mengirim pesan ataupun menelfonmu, maaf karena Aku mengirim pesan, maaf karena Aku rindu.]Sebuah pesan yang membuat Arianna membulatkan mata, sakit hati dan kebenciannya kembali hadir, Kenapa pria yang bernama Aryo Bayu Gatra itu mengirim pesan padanya. Arianna yang ingin melindungi hatinya dulu, langsung memblokir Aryo Bayu Gatra.Ya! Aryo Bayu Gatra, laki-laki yang sudah meninggalkan Arianna untuk menikahi perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Melempar ponsel ke kasur, dadanya bergemuruh, kenapa jantungnya berdetak kencang saat membaca pesan itu? Rasa apa ini? apa ini rasa kesal dan benci? atau rasa kaget tapi bahagia karena laki-laki yang terkadang hinggap di lamunan Arianna telah mengirim pesan dan mengatakan kalau Dia rindu?Dada Arianna naik turun menahan rasa yang tak menentu, mengambil kembali ponsel
Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah."Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu."Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho." Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang."Maaf Bu, tadi...""Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal."Anda?""Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu."Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya.""Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri."Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung."Oh iya, sudah m
"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?""Saya...Saya buk....""Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti."Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah. "Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian."Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna."Mas, Saya pulang ya." "Oh iya, Mas antar ya."Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka."Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya." "Ngobrol? ngobrol sama siapa?""Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna.""Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya.""Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan
Satu mobil dengan seorang Baskoro, salah satu orang terpandang dan seorang CEO. Tidak terbayangkan sebelumnya. Arianna yang sesekali melihat wajah Baskoro, mengagumi ketampanan pria yang sedang duduk disebelah kursinya itu. Bagaimana mungkin laki-laki setampan dan mapan seperti dirinya, ditinggal pergi oleh calon istrinya? Dia sedang tidak drama kan? Dia sedang tidak mengada-ada kan? Tapi buat apa Dia berbohong? Tapi kenapa juga calon istrinya itu pergi meninggalkan laki-laki yang hampir sempurna ini? Ah, sungguh Arianna bingung."Saya tampan ya?" Ucap Baskoro dengan percaya dirinya, Dia bahkan tidak menoleh ke arah Arianna saat bertanya demikian."Hah?! Engg...Ya...itu..." Arianna yang seakan tenggelam dengan jawaban yang ingin Dia utarakan. "Saya memang tampan An, Kamu tidak akan menyesal." Ucap Baskoro yang lagi-lagi tidak melihat ke arah Arianna, Dia fokus dengan kegiatannya saat ini yaitu, menyetir mobilnya sendiri.Tidak menanggapi, Arianna diam sambil melihat pemandangan lewat