Lilac tidak tahu takdir apa yang sedang dihadapinya saat ini. Sang bunda membawa kabar entah baik atau buruk baginya. Setelah pulang bersama Cyan kakaknya, Lilac mendapat kabar kalau dirinya akan segera dijodohkan karena surat wasiat yang ditulis oleh sahabat bundanya.
“Percaya sama Bunda, Lilac! Xabiru pria yang baik dan sangat penyayang, kamu coba bertemu satu kali aja. Besok sore sama Kak Cyan, kita semua juga datang. Coba aja dulu, sayang!”
Lilac menghela nafasnya berat. Baru saja dirinya mendapat kenyataan yang pahit, sekarang apa lagi yang akan menimpanya.
“Kasih Lilac waktu, Bun! Lilac ke kamar dulu,” ucapnya yang langsung meninggalkan keberadaan bunda dan kakaknya.
Cyan yang baru saja pulang bersama Lilac sangat mengerti dengan keadaan adiknya itu.
“Kalian habis dari mana? Lilac pulang-pulang malah bete gitu, ada apa?” tanya Ivory memastikan.
“Cyan gak ada hak buat menjelaskan, Bun. Biar nanti Lilac aja yang bilang sama bunda, yang pasti jangan ganggu dia dulu! Lagi mode galau!”
Kali ini Cyan yang melengos pergi meninggalkan keberadaan Ivory. Perempuan berusia 49 tahun itu masih heran dengan kedua anaknya. Pulang hangout malah galau dan tidak menunjukkan kalau mereka happy.
Dua jam yang lalu sebelum Lilac mendapatkan serangan galau...
Cyan membawa Lilac ke sebuah kafe kopi yang berada jauh dari pusat kota. Sebuah kafe yang mengusung tema Kafe Gunung, karena memang berada di kaki gunung pelangi yang terkenal akan kesejukan dan keasriannya.
“Jauh banget, Kak! Gila aja ini jalannya udah kayak ular kepanasan,” sungut Lilac sambil membenarkan helm yang ia kenakan.
“Tenang aja, kamu pasti akan terpesona dengan suasana di sana!” ucap Cyan yang sedikit berteriak.
Karena Lilac yang sedang gundah gulana, Cyan sebagai kakak yang baik mencoba menghibur Lilac yang tidak bisa bermalam Minggu dengan kekasihnya .
Kini mereka sedang dalam perjalanan menggunakan sepeda motor, karena menghindari kemacetan Cyan cukup tahu perjalanan menuju tempat ini sangat ramai jika malam hari seperti ini.
“Andai saja bisa kayak gini sama Genta, resiko pacaran sama pebisnis gini amat,” keluh Lilac.
Lilac menyandarkan kepalanya di pundak Cyan, tidak lupa kedua tangannya memeluk erat tubuh ramping Cyan. Mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang menikmati malam Minggu.
“Kak, gak bakal hujan gitu?” tanya Lilac dengan nada sedikit berteriak.
“Gak akan! Kalau hujan juga nanti bisa nginap banyak hotel ini,” jawab Cyan dengan enteng.
Lilac hanya pasrah dan tetap menikmati angin yang menerpa wajahnya.
Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam dari kota, mereka sampai di tempat tujuan.
“Akhirnya sampai juga, pantat aku sampe kesemutan ini!” gumam Lilac yang masih bisa didengar oleh Cyan.
“Yang penting kagak ilang itu pantat, Dek!”
“Dih!”
Hal pertama yang Lilac kagumi adalah sebuah bangunan tiga tingkat berwarna putih. Di lantai paling atas, ada satu band yang siap menghibur setiap pengunjung. Lagu yang mereka nyanyikan rata-rata lagu galau yang sedang hits dan banyak didengar oleh kaula muda hingga tua.
“Ayo partner malam Minggu, aku habisin duit kakak, yah?”
“Habisin aja dah! Kalo abis tinggal minta lagi sama tuan Takur!” jawabnya sambil terkekeh membayangkan wajah ayahnya.
Lilac berjalan berdampingan dengan Cyan, tak lupa tangannya yang digenggam erat oleh Cyan menuju meja yang sudah dipesan oleh sahabatnya. Mereka bertiga sudah sampai lebih dulu di sini karena lokasi mereka yang lebih dekat dengan kafe ini. Tiga sahabat Cyan tersenyum senang karena ini pertama kali temannya ini membawa seorang perempuan. Cantik pula.
“Wah gila! Si Cyan bawa cewek!” teriak Yellow sambil menepuk pundak Green.
“Sakit, tai! Kenapa jadi gue yang kena pukul dah?”
“Sorry!”
Selama ini Cyan enggan berpacaran karena menurutnya menjalin hubungan itu sangat ribet dan menyulitkan. Lebih baik meniti karier dan menikmati kesendirian untuk saat ini. Makanya ketiga sahabatnya langsung antusias begitu melihat Cyan datang bersama dengan seorang perempuan yang bisa dikatakan sangat cantik dan aduhai.
“Harusnya kita bertiga gak di sini, kita pindah aja deh! Takut ganggu yang lagi pacaran!” celetuk Hunter.
“Siapa yang pacaran? Ini adik gue!” jawab Cyan yang mampu ketiga sahabat ber ‘oh’ ria.
“Kalau begitu kenalin, gue Hunter, ini Green, dan yang pake topi ini namanya Yellow. Salam kenal!”
Lilac yang memang ramah langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan ketiga sahabat kakaknya.
“Aku Lilac Xabella, kalian mau manggil Lilac atau Bella juga gak apa-apa! Senyaman kalian aja!” ucap Lilac dengan senyuman manisnya.
Mereka bertiga langsung memegang dadanya dengan akting seolah-olah tertembak oleh senyuman manis dari Lilac.
Senyuman Cyan dan Lilac sangat mirip, mereka berdua sering disangka anak kembar padahal jarak usia mereka terpaut dua tahun.
“Lilac lagi galau makanya gue bawa. Lo pada jangan genit begitu, inget pacar kalian mau dibuang ke mana?”
“Aduh neng Lilac lagi galau. Kenapa atuh? Diselingkuhin atau ditikung temen pacarnya?” tanya Yellow.
Cyan langsung menatap tajam ke arah Yellow yang terlalu berlebihan menurutnya. Sedangkan Lilac hanya bisa tersenyum kecil melihat keanehan ketiga sahabat kakaknya.
“Lilac, jangan dengerin mereka! Kakak ke toilet bentar,” izin Cyan yang memang sudah tidak tahan sejak dirinya datang ke tempat ini. Lilac mengangguk.
“Jaga Lilac sebentar, gue kebelet!”
Setelah mendapat acungan jempol dari ketiga sahabatnya, Cyan berjalan sedikit berlari menuju toilet yang berada tepat di bawah gedung tiga tingkat itu.
Setelah selesai dengan urusan toilet, Cyan hendak keluar dari toilet. Namun, matanya menatap seseorang yang ia kenal keluar dari bilik toilet sebelah Cyan.
“Itu bukannya pacar adek gue? Bentar gue maju dikit!”
Karena penasaran, Cyan langsung mencuci tangannya dan berlalu meninggalkan toilet. Cyan mengikuti seseorang yang kini dirinya yakin mengenalnya. Begitu orang tersebut duduk tidak jauh dari meja yang ia tempati, Cyan mengeratkan kepalan tangannya kesal.
“Brengsek! Lihat aja, gue akan buat perhitungan sama Lo, Genta!”
Cyan yang baru saja kembali dari toilet, kini memasang wajah kesalnya. Lilac yang menyadari hal itu langsung menanyakan apa yang terjadi dengannya.
“Kak, ada apa?”
“Itu pacar kamu bukan, Dek? Takutnya mata kakak yang minusnya ketinggian.”
Lilac menatap ke arah yang ditunjukkan oleh Cyan. Bahkan bukan hanya dirinya yang ikut menatap, ketiga sahabat Cyan ikut mengarahkan pandangannya.
“Brengsek! Genta, kamu benar-benar tukang bohong ternyata.”
Genta sedang bermesraan bahkan mereka tertawa bersama sambil sesekali bercanda. Bahkan bersama Lilac saja Genta tidak seperti itu. Lilac sedang mengatur nafasnya, dirinya tidak mau mempermalukan dirinya sendiri di tempat umum. Mencoba lebih tenang, Lilac kini menatap satu persatu orang yang menatapnya khawatir.
“Kamu lebih baik samperin Genta sekarang, Dek!”
Green yang ikut gemas melihat pasangan mesra di sebelah sana pun mendukung.
“Betul! Kalau perlu siram saja, Li!”
Dengan langkah penuh amarah, Lilac kini berjalan sendirian menuju meja yang ditempati oleh Genta kekasihnya.“Habis kamu malam ini, Genta!” ucap Lilac langsung duduk di dekat meja kekasihnya.Awalnya Cyan berniat mengantar Lilac, namun Yellow menyarankan perempuan berusia 26 tahun itu melabrak kekasihnya sendiri. Jika ada hal-hal yang akan membahayakan, mereka berempat akan langsung menghampiri.Magenta kini sedang membicarakan hal sangat penting dengan Scarleta. Mereka sedang membicarakan dekorasi dan konsep pernikahan yang akan digunakan. Begitulah terdengar oleh Lilac.Genta belum menyadari keberadaan Lilac yang duduk di depan meja yang mereka tempati. Lilac yang menggunakan hoodie, tentu saja Genta tidak akan menyadarinya.“Gimana kalau kita pakai konsep di pinggir pantai. Kita resepsi di Bali aja, yank!” saran Scarleta sambil memperlihatkan sebuah foto pernikahan milik temannya.“Kalau hujan gimana? Lagi musim hujan gini mending kita pakai gedung aja. Masalah gedung biar nanti pa
Malam harinya, tepat di mana Lilac akan bertemu dengan seseorang yang dibicarakan oleh kedua orang tuanya.Cyan dan Lime sudah lebih dulu sampai karena dari kantor langsung ke restoran yang sudah dipesan oleh Jade sebelumnya.Lilac baru saja memarkirkan mobilnya, Ivory yang turun lebih dulu langsung masuk begitu saja karena mereka berdua terlambat.“Bunda duluan kamu nyusul, Li! Awas kalau kabur kamu!” ancam Ivory dengan tangannya memberikan peringatan.“Udah cantik begini masa mau kabur, Bun. Tenang aja, Lilac bentar lagi nyusul!”Ivory langsung berlari kecil menuju restoran tersebut. Lilac yang sebenarnya sangat gugup saat ini hanya bisa menetralkan rasa itu.“Wah...gila! Gak bisa kayak gini,” ucapnya sambil mengeluarkan ponsel dalam tasnya. Lilac mengirim pesan kepada Cyan.“Kak, aku gugup sumpah!”“Cepetan masuk! Orangnya udah nunggu kamu dari tadi, percaya sama kakak!”“Oke sebentar!”Kali ini Lilac membenarkan riasannya, mungkin saja rambut atau ada beberapa make up yang terhapu
Xabiru tentu sudah tahu dengan pertemuan ini, begitu juga dengan Lilac. Namun, ada beberapa hal yang memang belum Lilac ketahui.“Perjodohan ini ada karena permintaan terakhir dari almarhum Emerald, bundanya Xabiru. Tapi, kami juga sebagai orang tua, tidak akan memaksa kalau kalian tidak bisa atau tidak berhasil,” jelas Ivory pada keduanya.Satu hal yang membuat Lilac terkejut, ibu kandung Xabiru sudah meninggal dunia. Dan fakta tentang alasan di balik perjodohan ini adalah permintaan terakhir beliau sebelum meninggal.Lilac menoleh ke arah Xabiru yang kini terlihat sendu ketika mendengar nama bundanya disebut. Karena demi kesejahteraan hati dan nurani Lilac, dirinya tidak bisa melihat seseorang bersedih seperti Xabiru sekarang.“Masa bodoh dengan harga diri, hati nurani ini tidak bisa diam begini,” ucapnya dalam hati.Entah malaikat mana yang mempengaruhinya, Lilac perlahan menggenggam tangan Xabiru yang sedang mengepal kuat.Kaget, tentu saja. Biru menunduk sejenak melihat ke arah t
“Li!”Mendengar namanya dipanggil, Lilac menatap ke arah seseorang yang kini masih menggenggam tangannya.“Mereka udah pada pulang, tinggal kita berdua!” ucap Biru langsung.Lilac langsung menghembuskan nafasnya lega, di saat seperti ini Lilac seolah mendengar suara mantannya itu. Suara mereka berdua sangat sama.“Ya udah biar nanti aku antar pulang kamu dulu,” tawar Lilac pada Biru.Dengan cepat Biru menggelengkan kepalanya tidak setuju.“Aku gampang, nanti bisa telepon temen. Mau pulang atau ke mana dulu?”“Emang mau temenin?”Biru mengangguk. Mereka berjalan berdampingan keluar dari restoran.“Mana kuncinya?” pinta Biru saat mereka sudah sampai di depan mobil berwarna kuning milik Lilac.Biru menatap kagum mobil milik calon tunangannya atau mungkin calon istrinya ini. Mobil berlogo “H” miring itu sangat unik. Berwarna kuning mencolok dengan modifikasi yang apik.“Kita mampir dulu ke Kafe temen aku, boleh?” tanya Biru sambil menjalankan mobil menuju jalanan kota.“Boleh, tapi aku ga
Ternyata Lilac menolak panggilan itu. Tak lama ia mematikan ponselnya, lalu memasukkan ke dalam tas kecilnya.“Ada apa, Li?”“Biru, ada yang mau aku bicarakan sama kamu!”Bukannya menjawab pertanyaan Biru, Lilac malah ingin berbicara empat mata dengan Biru.Lilac perlu mempertanyakan beberapa hal dan dirinya juga perlu berbicara lebih banyak dengan Biru. Lilac sangat ingin mengenal lebih jauh tentang Biru. “Kalian ke ruangan gue aja!” titah Ocean.“Jangan macam-macam Lo, Bi!” “Gue gak kayak kalian yah! Cean gue pinjem dulu ruangan lo!”“Sip!” Biru menarik lengan Lilac menuju ruangan milik Ocean yang berada di lantai dua Kafe ini.Selama mereka berjalan bergandengan, mata semua orang tertuju kepada mereka berdua. Biru yang tampan bak pangeran ditambah Lilac yang cantik natural, sudah pasti jadi pusat perhatian orang-orang di sana.“Gila mereka berdua udah kayak selebriti! Lo liat mata pengunjung kafe ini, kalo kafe Lo sepi tinggal panggil si Biru aja, bayar aja per jamnya” celetuk S
Lilac merasa risih dengan panggilan itu, itulah sifat Lilac. Jika dikhianati atau dibohongi satu kali saja, tidak ada ampun dan dia akan terus ingat sampai kapan pun.“Aku mau ketemu kamu, sekarang aku ke rumah kamu!”“Gak usah dan gak perlu! Buat apa diperjelas, aku gak mau ketemu kamu lagi. Jadi, aku mohon sama kamu, stop jangan hubungi aku lagi! Kamu ganggu aku yang lagi kerja!”“Tapi, Li hubungan kita bagaimana?” tanya lirih Genta yang sepertinya sangat menyesalinya.“Saat malam itu juga aku udah memutuskan untuk pisah sama kamu! Jadi, kita bukan siapa-siapa lagi, jangan cari aku, kita udah selesai!” Tut!Amarah Lilac mendadak membuncah, terlihat nafasnya yang tersengal-sengal karena menahan sakit di dadanya.“Are you okay?” tanya Biru lembut.Lilac menengadah menatap ke atas, dirinya tidak mau air mata kembali keluar dari matanya. Namun, usahanya gagal. Entah mengapa tangisan itu keluar begitu saja?“You need a hug?” Lilac langsung menatap Biru yang kini sedang merent
Biru menggelengkan kepalanya, “gue gak pernah terpaksa dengan apa yang diminta sama bunda, bahkan kalian bertiga tahu kalau gue gak pernah pacaran sama siapa pun. Gue gak mau buat bunda cemburu dan seolah terkesan gue menduakan bunda. Kalian tahu bagaimana gue menjalani hidup selama ini, banyak hal yang gue tahan termasuk tentang pasangan.”Biru menarik Lilac untuk duduk di sampingnya. Karena memang Lilac masih berdiri dengan mengusap punggung Biru sejak dirinya menjelaskan semuanya. Lilac benar-benar tidak percaya dengan penjelasan tentang menerima perjodohan ini. “Gue tahu Lo takut kalau bunda merasa dinomor duakan sama Lo! Li, predikat cowok suci yang kita berikan bukan hanya sekedar ucapan doang, karena memang Biru gak pernah pacaran!” jelas Ocean menambahi.Lilac hanya mengangguk untuk merespon ucapan Ocean, jujur saja ini sangat baru dan langka terjadi.Biru terus berbincang dengan ketiga sahabatnya, tanpa menghiraukan Lilac. Meskipun begitu, tangannya terus menggengga
Hari ini Lilac sedang ada di luar kota, menjadi seorang komikus terkenal membuatnya sering dinantikan oleh penggemarnya. Terlebih lagi ini kali pertama Lilac mengikuti acara meet and great.Seperti hari ini Lilac baru saja sampai di Bandung. Sebelumnya, Lilac sudah meminta izin kepada orang tua dan Biru. Bahwa dirinya ada pekerjaan di luar kota yang mengharuskan menginap satu malam. Lilac pergi bersama ketiga sahabatnya yang sama-sama seorang komikus terkenal juga. Dan mereka berempat menjadi guest di tempat yang sama hari ini.“Jadi Lo udah putus sama si Genta?” tanya Pink Angel yang sedang merias dirinya.“Seminggu yang lalu! Parah, dia dijodohin sama papahnya. Yang gue gak suka bukan karena dijodohinnya, tapi dia gak ngomong lebih awal. Dia nutupin semuanya selama setengah tahun ini, gue benci dikhianati!” “Cantik gak ceweknya?” sambung Lavender.“Cantik, tapi sayang mulutnya gak tahu tempat!”“Gue paham maksud Lo, Li. Gue hafal banget sama sifat Lo, sekali dibohongi Lo akan