Share

Jodoh Dari Bunda
Jodoh Dari Bunda
Author: ZannaRa

Penghianatan

Lilac tidak tahu takdir apa yang sedang dihadapinya saat ini. Sang bunda membawa kabar entah baik atau buruk baginya. Setelah pulang bersama Cyan kakaknya, Lilac mendapat kabar kalau dirinya akan segera dijodohkan karena surat wasiat yang ditulis oleh sahabat bundanya.

“Percaya sama Bunda, Lilac! Xabiru pria yang baik dan sangat penyayang, kamu coba bertemu satu kali aja. Besok sore sama Kak Cyan, kita semua juga datang. Coba aja dulu, sayang!”

Lilac menghela nafasnya berat. Baru saja dirinya mendapat kenyataan yang pahit, sekarang apa lagi yang akan menimpanya.

“Kasih Lilac waktu, Bun! Lilac ke kamar dulu,” ucapnya yang langsung meninggalkan keberadaan bunda dan kakaknya.

Cyan yang baru saja pulang bersama Lilac sangat mengerti dengan keadaan adiknya itu.

“Kalian habis dari mana? Lilac pulang-pulang malah bete gitu, ada apa?” tanya Ivory memastikan.

“Cyan gak ada hak buat menjelaskan, Bun. Biar nanti Lilac aja yang bilang sama bunda, yang pasti jangan ganggu dia dulu! Lagi mode galau!”

Kali ini Cyan yang melengos pergi meninggalkan keberadaan Ivory. Perempuan berusia 49 tahun itu masih heran dengan kedua anaknya. Pulang hangout malah galau dan tidak menunjukkan kalau mereka happy.

Dua jam yang lalu sebelum Lilac mendapatkan serangan galau...

Cyan membawa Lilac ke sebuah kafe kopi yang berada jauh dari pusat kota. Sebuah kafe yang mengusung tema Kafe Gunung, karena memang berada di kaki gunung pelangi yang terkenal akan kesejukan dan keasriannya.

“Jauh banget, Kak! Gila aja ini jalannya udah kayak ular kepanasan,” sungut Lilac sambil membenarkan helm yang ia kenakan.

“Tenang aja, kamu pasti akan terpesona dengan suasana di sana!” ucap Cyan yang sedikit berteriak.

Karena Lilac yang sedang gundah gulana, Cyan sebagai kakak yang baik mencoba menghibur Lilac yang tidak bisa bermalam Minggu dengan kekasihnya .

Kini mereka sedang dalam perjalanan menggunakan sepeda motor, karena menghindari kemacetan Cyan cukup tahu perjalanan menuju tempat ini sangat ramai jika malam hari seperti ini.

“Andai saja bisa kayak gini sama Genta, resiko pacaran sama pebisnis gini amat,” keluh Lilac.

Lilac menyandarkan kepalanya di pundak Cyan, tidak lupa kedua tangannya memeluk erat tubuh ramping Cyan. Mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang menikmati malam Minggu.

“Kak, gak bakal hujan gitu?” tanya Lilac dengan nada sedikit berteriak.

“Gak akan! Kalau hujan juga nanti bisa nginap banyak hotel ini,” jawab Cyan dengan enteng.

Lilac hanya pasrah dan tetap menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam dari kota, mereka sampai di tempat tujuan.

“Akhirnya sampai juga, pantat aku sampe kesemutan ini!” gumam Lilac yang masih bisa didengar oleh Cyan.

“Yang penting kagak ilang itu pantat, Dek!”

“Dih!”

Hal pertama yang Lilac kagumi adalah sebuah bangunan tiga tingkat berwarna putih. Di lantai paling atas, ada satu band yang siap menghibur setiap pengunjung. Lagu yang mereka nyanyikan rata-rata lagu galau yang sedang hits dan banyak didengar oleh kaula muda hingga tua.

“Ayo partner malam Minggu, aku habisin duit kakak, yah?”

“Habisin aja dah! Kalo abis tinggal minta lagi sama tuan Takur!” jawabnya sambil terkekeh membayangkan wajah ayahnya.

Lilac berjalan berdampingan dengan Cyan, tak lupa tangannya yang digenggam erat oleh Cyan menuju meja yang sudah dipesan oleh sahabatnya. Mereka bertiga sudah sampai lebih dulu di sini karena lokasi mereka yang lebih dekat dengan kafe ini. Tiga sahabat Cyan tersenyum senang karena ini pertama kali temannya ini membawa seorang perempuan. Cantik pula.

“Wah gila! Si Cyan bawa cewek!” teriak Yellow sambil menepuk pundak Green.

“Sakit, tai! Kenapa jadi gue yang kena pukul dah?”

“Sorry!”

Selama ini Cyan enggan berpacaran karena menurutnya menjalin hubungan itu sangat ribet dan menyulitkan. Lebih baik meniti karier dan menikmati kesendirian untuk saat ini. Makanya ketiga sahabatnya langsung antusias begitu melihat Cyan datang bersama dengan seorang perempuan yang bisa dikatakan sangat cantik dan aduhai.

“Harusnya kita bertiga gak di sini, kita pindah aja deh! Takut ganggu yang lagi pacaran!” celetuk Hunter.

“Siapa yang pacaran? Ini adik gue!” jawab Cyan yang mampu ketiga sahabat ber ‘oh’ ria.

“Kalau begitu kenalin, gue Hunter, ini Green, dan yang pake topi ini namanya Yellow. Salam kenal!”

Lilac yang memang ramah langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan ketiga sahabat kakaknya.

“Aku Lilac Xabella, kalian mau manggil Lilac atau Bella juga gak apa-apa! Senyaman kalian aja!” ucap Lilac dengan senyuman manisnya.

Mereka bertiga langsung memegang dadanya dengan akting seolah-olah tertembak oleh senyuman manis dari Lilac.

Senyuman Cyan dan Lilac sangat mirip, mereka berdua sering disangka anak kembar padahal jarak usia mereka terpaut dua tahun.

“Lilac lagi galau makanya gue bawa. Lo pada jangan genit begitu, inget pacar kalian mau dibuang ke mana?”

“Aduh neng Lilac lagi galau. Kenapa atuh? Diselingkuhin atau ditikung temen pacarnya?” tanya Yellow.

Cyan langsung menatap tajam ke arah Yellow yang terlalu berlebihan menurutnya. Sedangkan Lilac hanya bisa tersenyum kecil melihat keanehan ketiga sahabat kakaknya.

“Lilac, jangan dengerin mereka! Kakak ke toilet bentar,” izin Cyan yang memang sudah tidak tahan sejak dirinya datang ke tempat ini. Lilac mengangguk.

“Jaga Lilac sebentar, gue kebelet!”

Setelah mendapat acungan jempol dari ketiga sahabatnya, Cyan berjalan sedikit berlari menuju toilet yang berada tepat di bawah gedung tiga tingkat itu.

Setelah selesai dengan urusan toilet, Cyan hendak keluar dari toilet. Namun, matanya menatap seseorang yang ia kenal keluar dari bilik toilet sebelah Cyan.

“Itu bukannya pacar adek gue? Bentar gue maju dikit!”

Karena penasaran, Cyan langsung mencuci tangannya dan berlalu meninggalkan toilet. Cyan mengikuti seseorang yang kini dirinya yakin mengenalnya. Begitu orang tersebut duduk tidak jauh dari meja yang ia tempati, Cyan mengeratkan kepalan tangannya kesal.

“Brengsek! Lihat aja, gue akan buat perhitungan sama Lo, Genta!”

Cyan yang baru saja kembali dari toilet, kini memasang wajah kesalnya. Lilac yang menyadari hal itu langsung menanyakan apa yang terjadi dengannya.

“Kak, ada apa?”

“Itu pacar kamu bukan, Dek? Takutnya mata kakak yang minusnya ketinggian.”

Lilac menatap ke arah yang ditunjukkan oleh Cyan. Bahkan bukan hanya dirinya yang ikut menatap, ketiga sahabat Cyan ikut mengarahkan pandangannya.

“Brengsek! Genta, kamu benar-benar tukang bohong ternyata.”

Genta sedang bermesraan bahkan mereka tertawa bersama sambil sesekali bercanda. Bahkan bersama Lilac saja Genta tidak seperti itu. Lilac sedang mengatur nafasnya, dirinya tidak mau mempermalukan dirinya sendiri di tempat umum. Mencoba lebih tenang, Lilac kini menatap satu persatu orang yang menatapnya khawatir.

“Kamu lebih baik samperin Genta sekarang, Dek!”

Green yang ikut gemas melihat pasangan mesra di sebelah sana pun mendukung.

“Betul! Kalau perlu siram saja, Li!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status