Dengan langkah penuh amarah, Lilac kini berjalan sendirian menuju meja yang ditempati oleh Genta kekasihnya.
“Habis kamu malam ini, Genta!” ucap Lilac langsung duduk di dekat meja kekasihnya.
Awalnya Cyan berniat mengantar Lilac, namun Yellow menyarankan perempuan berusia 26 tahun itu melabrak kekasihnya sendiri. Jika ada hal-hal yang akan membahayakan, mereka berempat akan langsung menghampiri.
Magenta kini sedang membicarakan hal sangat penting dengan Scarleta. Mereka sedang membicarakan dekorasi dan konsep pernikahan yang akan digunakan. Begitulah terdengar oleh Lilac.
Genta belum menyadari keberadaan Lilac yang duduk di depan meja yang mereka tempati. Lilac yang menggunakan hoodie, tentu saja Genta tidak akan menyadarinya.
“Gimana kalau kita pakai konsep di pinggir pantai. Kita resepsi di Bali aja, yank!” saran Scarleta sambil memperlihatkan sebuah foto pernikahan milik temannya.
“Kalau hujan gimana? Lagi musim hujan gini mending kita pakai gedung aja. Masalah gedung biar nanti pakai hotel punya adik aku aja. Setelah selesai resepsi kita liburan langsung ke Bali. Bagaimana kalau begitu?”
Perempuan itu mengangguk dengan semangatnya. Sampai terdengar satu gebrakan di meja mereka.
Brak!
“Menikah? Lucu sekali pria brengsek itu!”
Genta dan Scarleta terkejut karena suara meja yang digebrak cukup keras. Lilac membuka penutup kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang sejak tadi tertutup oleh hoodie yang dipakainya.
“Lilac?” Magenta sangat terkejut dengan keberadaan Lilac di kafe ini. Berniat menghindari dari hal-hal seperti ketahuan atau kepergok, Magenta membawa Scarleta ke Kafe yang cukup jauh dari pusat kota.
Namun, tetap saja kini sudah ketahuan dan Lilac jelas mendengar semua percakapannya.
“Lo bisa sopan gak? Ada urusan apa sampe gebrak meja gue?” tanya Scarleta dengan nada cukup sinis.
“Kaget, yah? Kamu pikir bisa sembunyi terus, kamu sadar melakukan ini, Gen? Kita pacaran dua tahun tapi kamu malah gini di belakang aku dan apa, kalian mau menikah?”
“Yank, siapa perempuan ini? Kenapa dia ngaku-ngaku pacar kamu?” Kini Scarleta yang mulai emosi.
“Dia emang pacar aku, Leta.”
Plak!
Itu bukan Scarleta, tapi Lilac. Lilac menampar Genta, dirinya sudah benar-benar muak dengan Genta. Selama seminggu ini selalu beralasan ketika dirinya mengajak bertemu atau hanya sekedar makan siang bersama. Kenyataannya, pria ini sedang merencanakan pernikahannya.
“Jangan harap kamu bisa bertemu aku lagi, sekalipun kita berpapasan atau bertemu, anggap kita gak saling mengenal. Terima kasih sudah memberikan luka ini, apa pun alasannya aku akan anggap kamu tetap brengsek!”
Lilac membalikkan tubuhnya segera kembali ke pelukan Cyan yang masih memantaunya dari kejauhan. Namun, langkahnya terhenti ketika ada hal yang dilupakannya.
“Satu lagi, hubungan kita berakhir detik ini juga, selamat atas pernikahan kalian!”
Srak!
Lilac menarik kalung yang ia gunakan. Kalung itu pemberian dari Genta satu tahun lalu, kali ini Lilac memberikan kalung itu kembali dan menyimpannya di atas meja.
“Barang yang lain menyusul, Aku gak sudi simpan barang pemberian dari kamu! Oh, iya lupa! Lo siapa tadi namanya? Scarleta, Lo ambil aja mantan brengsek gue. Semoga bahagia!”
Lilac meninggalkan keberadaan Genta menghampiri Cyan, Genta yang tidak ingin kehilangan Lilac langsung mengejarnya dan mencoba menjelaskan semuanya.
Langkahnya terhenti, yang dilihatnya sekarang bukan hanya Lilac. Namun, Lilac bersama Cyan dan ketiga sahabatnya.
“Li, aku bisa jelasin semuanya,” ucapnya lirih.
Greb!
“Yank ayo pulang, ih!”
Scarleta memeluk erat lengan Genta dengan erat. Seolah hanya dirinya pemilik lengan itu. Genta tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk sekedar membela saja bibirnya terasa kelu.
“Sebentar, Leta! Aku harus menjelaskan alasan semua ini!”
“Lebih baik Lo pergi! Lilac udah gak mau mendengar semua penjelasan Lo, hubungan kalian sudah berakhir. Gue tekankan sekali lagi, Lo dan adek gue sudah berakhir Magenta Ravenska!”
Lilac semakin mengeratkan pelukannya, Magenta benar-benar sudah membuat hatinya hancur karena dikhianati seperti ini. Hubungan mereka bukan satu, dua bulan saja. Hubungan mereka sudah dua tahun lebih. Kenyataannya, Tuhan memperlihatkan semua kebohongan yang mungkin sudah lama Genta rahasiakan.
“Ayo pergi, Yank!” ajak Scarleta sambil menarik paksa tunangannya itu.
Dengan terpaksa, Genta pergi dengan penuh penyesalan. Tidak bisa dipungkiri, Lilac adalah perempuan yang ia cintai. Namun, ada hal lain yang memang Genta tidak bisa melepaskan Scarleta. Semuanya serba salah, Genta berada di tengah-tengah antara cinta dan harga dirinya.
Setelah kepergian Genta dan tunangannya. Lilac melepaskan pelukannya, menatap wajah tampan sang kakak lalu dirinya tersenyum.
“Gila Lo!” celetuk Cyan. Tangannya tidak tinggal diam, Cyan menoyor kepala Lilac cukup keras.
Ketiga sahabatnya sampai melongo tidak percaya, Lilac tidak menangis sama sekali. Bahkan wajahnya terkesan biasa saja ketika melihat kekasihnya berselingkuh atau mungkin dirinya yang menjadi selingkuhan. Entahlah, Lilac hanya bisa berharap semuanya berbalas kepada Genta suatu hari nanti.
“Yan, adek Lo gak gila beneran, kan?” tanya Hunter keheranan.
Melihat Lilac yang biasa saja tanpa deraian air mata, membuat ketiga pria itu menggelengkan kepala tidak percaya.
“Lilac memang seperti ini, jadi jangan heran. Dia akan menangis kalau udah sendirian di kamarnya. Ayo, Dek! Kita lanjut nongkrongnya!”
Lilac mengangguk dan melanjutkan aktivitasnya menikmati secangkir kopi panas dengan satu piring kue balok rasa cokelat. Sungguh perpaduan yang nikmat untuk menghangatkan hati yang tersakiti.
Sebenarnya Lilac bukan tidak sedih, dirinya hanya tidak ingin terlihat lemah. Dia akan menangis kalau sedang sendirian sampai tertidur. Keesokan harinya Lilac seperti biasa lagi, tidak terlihat sedang sakit hati atau bisa disebut Lilac sangat pandai menyembunyikan lukanya sendiri dari orang lain.
***
Lilac baru saja selesai membersihkan dirinya. Setelah pengkhianatan Genta, Lilac memutuskan menangis di bawah guyuran shower. Menangis sampai matanya benar-benar bengkak dan tak berbentuk lagi.
“Apalagi ini, gue baru aja pulang setelah putus cinta. Bunda bawa berita kalau gue dijodohin!”
Tok!
Tok!
“Dek, ayah boleh masuk?”
“Masuk aja, Yah!”
Lime langsung masuk dan menghampiri Lilac yang sedang berbaring sambil membelakanginya. Lime tahu kalau putrinya itu sedang dalam keadaan tidak baik.
“Rambutnya keringin dulu sayang! Mau ayah bantu?”
Lilac mengangguk, tubuhnya terpaksa harus beranjak memberikan kemudahan untuk Lime saat mengeringkan rambut Lilac.
“Ayah tahu kamu lagi ada masalah, kamu boleh menangis tapi ingat hanya malam ini aja. Ayah harap kamu jangan merasa terbebani dengan ucapan bunda tadi!”
Lilac mengambil nafasnya dengan perlahan. Dirinya tidak bisa kalau sudah dinasehati sang ayah seperti ini. Bisa-bisa tangisannya pecah.
“Lilac, baru banget putus cinta, Yah! Lilac diselingkuhin sama cowok yang udah Lilac pacari dua tahun. Begitu pulang, bunda bilang Lilac harus menemui pria yang Lilac bisa katakan, ini perjodohan.”
Lilac terdiam lalu dirinya melanjutkan keluh kesahnya yang kini harus diutarakan kepada Lime.
“Hubungan yang lama saja Lilac dikhianati, apalagi ini Lilac tidak kenal sama pria itu, Yah! Lilac takut, kalau semuanya akan berakhir sama!”
Tangis Lilac pecah. Lime menyimpan hairdryer yang ada di tangannya di meja. Dirinya langsung membalikkan tubuh Lilac dan memeluknya.
“Sayangnya, Ayah! Tidak semua pria itu sama sayang, contohnya ayah sama Kak Cyan. Bunda hanya meminta bertemu sayang, kamu tidak akan langsung menikah. Anggap saja kalian bertemu dan berkenalan setelah itu terserah kamu mau lanjut atau tidak, kita tidak memaksa sayang!”
Tangisan Lilac masih membasahi baju tidur ayahnya. Setidaknya kali ini Lilac terlihat lemah, Lilac tidak bisa menahan tangisnya jika bersama sang ayah.
“Baiklah! Akan Lilac coba besok, makasih udah mau keringin rambut Lilac! Good night, Ayah!”
Malam harinya, tepat di mana Lilac akan bertemu dengan seseorang yang dibicarakan oleh kedua orang tuanya.Cyan dan Lime sudah lebih dulu sampai karena dari kantor langsung ke restoran yang sudah dipesan oleh Jade sebelumnya.Lilac baru saja memarkirkan mobilnya, Ivory yang turun lebih dulu langsung masuk begitu saja karena mereka berdua terlambat.“Bunda duluan kamu nyusul, Li! Awas kalau kabur kamu!” ancam Ivory dengan tangannya memberikan peringatan.“Udah cantik begini masa mau kabur, Bun. Tenang aja, Lilac bentar lagi nyusul!”Ivory langsung berlari kecil menuju restoran tersebut. Lilac yang sebenarnya sangat gugup saat ini hanya bisa menetralkan rasa itu.“Wah...gila! Gak bisa kayak gini,” ucapnya sambil mengeluarkan ponsel dalam tasnya. Lilac mengirim pesan kepada Cyan.“Kak, aku gugup sumpah!”“Cepetan masuk! Orangnya udah nunggu kamu dari tadi, percaya sama kakak!”“Oke sebentar!”Kali ini Lilac membenarkan riasannya, mungkin saja rambut atau ada beberapa make up yang terhapu
Xabiru tentu sudah tahu dengan pertemuan ini, begitu juga dengan Lilac. Namun, ada beberapa hal yang memang belum Lilac ketahui.“Perjodohan ini ada karena permintaan terakhir dari almarhum Emerald, bundanya Xabiru. Tapi, kami juga sebagai orang tua, tidak akan memaksa kalau kalian tidak bisa atau tidak berhasil,” jelas Ivory pada keduanya.Satu hal yang membuat Lilac terkejut, ibu kandung Xabiru sudah meninggal dunia. Dan fakta tentang alasan di balik perjodohan ini adalah permintaan terakhir beliau sebelum meninggal.Lilac menoleh ke arah Xabiru yang kini terlihat sendu ketika mendengar nama bundanya disebut. Karena demi kesejahteraan hati dan nurani Lilac, dirinya tidak bisa melihat seseorang bersedih seperti Xabiru sekarang.“Masa bodoh dengan harga diri, hati nurani ini tidak bisa diam begini,” ucapnya dalam hati.Entah malaikat mana yang mempengaruhinya, Lilac perlahan menggenggam tangan Xabiru yang sedang mengepal kuat.Kaget, tentu saja. Biru menunduk sejenak melihat ke arah t
“Li!”Mendengar namanya dipanggil, Lilac menatap ke arah seseorang yang kini masih menggenggam tangannya.“Mereka udah pada pulang, tinggal kita berdua!” ucap Biru langsung.Lilac langsung menghembuskan nafasnya lega, di saat seperti ini Lilac seolah mendengar suara mantannya itu. Suara mereka berdua sangat sama.“Ya udah biar nanti aku antar pulang kamu dulu,” tawar Lilac pada Biru.Dengan cepat Biru menggelengkan kepalanya tidak setuju.“Aku gampang, nanti bisa telepon temen. Mau pulang atau ke mana dulu?”“Emang mau temenin?”Biru mengangguk. Mereka berjalan berdampingan keluar dari restoran.“Mana kuncinya?” pinta Biru saat mereka sudah sampai di depan mobil berwarna kuning milik Lilac.Biru menatap kagum mobil milik calon tunangannya atau mungkin calon istrinya ini. Mobil berlogo “H” miring itu sangat unik. Berwarna kuning mencolok dengan modifikasi yang apik.“Kita mampir dulu ke Kafe temen aku, boleh?” tanya Biru sambil menjalankan mobil menuju jalanan kota.“Boleh, tapi aku ga
Ternyata Lilac menolak panggilan itu. Tak lama ia mematikan ponselnya, lalu memasukkan ke dalam tas kecilnya.“Ada apa, Li?”“Biru, ada yang mau aku bicarakan sama kamu!”Bukannya menjawab pertanyaan Biru, Lilac malah ingin berbicara empat mata dengan Biru.Lilac perlu mempertanyakan beberapa hal dan dirinya juga perlu berbicara lebih banyak dengan Biru. Lilac sangat ingin mengenal lebih jauh tentang Biru. “Kalian ke ruangan gue aja!” titah Ocean.“Jangan macam-macam Lo, Bi!” “Gue gak kayak kalian yah! Cean gue pinjem dulu ruangan lo!”“Sip!” Biru menarik lengan Lilac menuju ruangan milik Ocean yang berada di lantai dua Kafe ini.Selama mereka berjalan bergandengan, mata semua orang tertuju kepada mereka berdua. Biru yang tampan bak pangeran ditambah Lilac yang cantik natural, sudah pasti jadi pusat perhatian orang-orang di sana.“Gila mereka berdua udah kayak selebriti! Lo liat mata pengunjung kafe ini, kalo kafe Lo sepi tinggal panggil si Biru aja, bayar aja per jamnya” celetuk S
Lilac merasa risih dengan panggilan itu, itulah sifat Lilac. Jika dikhianati atau dibohongi satu kali saja, tidak ada ampun dan dia akan terus ingat sampai kapan pun.“Aku mau ketemu kamu, sekarang aku ke rumah kamu!”“Gak usah dan gak perlu! Buat apa diperjelas, aku gak mau ketemu kamu lagi. Jadi, aku mohon sama kamu, stop jangan hubungi aku lagi! Kamu ganggu aku yang lagi kerja!”“Tapi, Li hubungan kita bagaimana?” tanya lirih Genta yang sepertinya sangat menyesalinya.“Saat malam itu juga aku udah memutuskan untuk pisah sama kamu! Jadi, kita bukan siapa-siapa lagi, jangan cari aku, kita udah selesai!” Tut!Amarah Lilac mendadak membuncah, terlihat nafasnya yang tersengal-sengal karena menahan sakit di dadanya.“Are you okay?” tanya Biru lembut.Lilac menengadah menatap ke atas, dirinya tidak mau air mata kembali keluar dari matanya. Namun, usahanya gagal. Entah mengapa tangisan itu keluar begitu saja?“You need a hug?” Lilac langsung menatap Biru yang kini sedang merent
Biru menggelengkan kepalanya, “gue gak pernah terpaksa dengan apa yang diminta sama bunda, bahkan kalian bertiga tahu kalau gue gak pernah pacaran sama siapa pun. Gue gak mau buat bunda cemburu dan seolah terkesan gue menduakan bunda. Kalian tahu bagaimana gue menjalani hidup selama ini, banyak hal yang gue tahan termasuk tentang pasangan.”Biru menarik Lilac untuk duduk di sampingnya. Karena memang Lilac masih berdiri dengan mengusap punggung Biru sejak dirinya menjelaskan semuanya. Lilac benar-benar tidak percaya dengan penjelasan tentang menerima perjodohan ini. “Gue tahu Lo takut kalau bunda merasa dinomor duakan sama Lo! Li, predikat cowok suci yang kita berikan bukan hanya sekedar ucapan doang, karena memang Biru gak pernah pacaran!” jelas Ocean menambahi.Lilac hanya mengangguk untuk merespon ucapan Ocean, jujur saja ini sangat baru dan langka terjadi.Biru terus berbincang dengan ketiga sahabatnya, tanpa menghiraukan Lilac. Meskipun begitu, tangannya terus menggengga
Hari ini Lilac sedang ada di luar kota, menjadi seorang komikus terkenal membuatnya sering dinantikan oleh penggemarnya. Terlebih lagi ini kali pertama Lilac mengikuti acara meet and great.Seperti hari ini Lilac baru saja sampai di Bandung. Sebelumnya, Lilac sudah meminta izin kepada orang tua dan Biru. Bahwa dirinya ada pekerjaan di luar kota yang mengharuskan menginap satu malam. Lilac pergi bersama ketiga sahabatnya yang sama-sama seorang komikus terkenal juga. Dan mereka berempat menjadi guest di tempat yang sama hari ini.“Jadi Lo udah putus sama si Genta?” tanya Pink Angel yang sedang merias dirinya.“Seminggu yang lalu! Parah, dia dijodohin sama papahnya. Yang gue gak suka bukan karena dijodohinnya, tapi dia gak ngomong lebih awal. Dia nutupin semuanya selama setengah tahun ini, gue benci dikhianati!” “Cantik gak ceweknya?” sambung Lavender.“Cantik, tapi sayang mulutnya gak tahu tempat!”“Gue paham maksud Lo, Li. Gue hafal banget sama sifat Lo, sekali dibohongi Lo akan
“Li!”Lagi-lagi panggilan itu membuatnya membulatkan mata. Bahkan Lilac sampai menutup mulutnya tidak percaya. “Bi, biru!”“Hai, tolong tanda tangan di sini calon istri!” ucap Biru sambil menyodorkan komik cetak karya pertama Lilac.Lilac mengambil komik itu, sedangkan Biru menatap kagum tidak melewatkan sedikit pun yang ada di hadapannya kini. “Kamu cantik dengan dress ini!” “Bi, jangan buat aku salting di sini! Aku mau tanya sama kamu, kenapa gak ngomong sama aku?”“Soal apa?”“Soal kamu mau ke Bandung dan ikut fanmeet ini!”“Padahal waktu malam kita makan bersama, Violet ngomong soal aku yang bakal ikut fanmeet loh!” “Iya gitu! Aku yang gak fokus kayaknya, tapi tetap aja harusnya ngomong!” “Iya, iya maaf aku yang salah! Ini hadiah spesial dari aku, jangan lupa dipakai!”Setelah mendapat instruksi dari staf, Biru berpindah duduk. Lilac sesekali memperhatikan Biru yang sedang berinteraksi dengan Orange, Pink, dan Lavender.Selama acara berlangsung, Lilac terus menat