Share

Bab 108 : Unboxing

Author: Vanilla_Nilla
last update Last Updated: 2025-01-06 20:38:05

Perkataan Veline jelas membuat tubuh Hero membeku. Lelaki itu tak bergerak sedikit pun, hanya terdiam sambil menatap Veline dengan sorot mata yang terlihat bingung.

Pasalnya, ia tak tahu mengapa Veline tiba-tiba berkata seperti itu? Hero juga tak tahu apa kesalahannya yang membuat Veline bisa berkata demikian?

Kata-kata itu bagaikan petir yang menyambar di tengah hari, menghantam hingga ke ulu hatinya. Hero tidak pernah sekalipun membayangkan, bahkan dalam mimpinya sekalipun, bahwa kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Veline.

Ia hanya berpikir, mungkinkah Veline hanya bercanda?

Berbagai pertanyaan berputar liar di kepalanya, membuat dadanya terasa sesak. Ia mencoba tetap tenang, meskipun suara hatinya bergemuruh hebat. "Kamu bercanda, kan, Sayang?"

"Tidak, aku serius."

"Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Apa yang membuatmu berkata seperti itu?" selidik Hero, ia segera berdiri menghampiri Veline.

Aura dingin sudah terpancar di wajahnya, rahang kokohnya sudah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 109 : Noda Cinta

    "Udah, jangan menangis lagi, hapus air matanya." Kali ini suara Hero terdengar begitu lembut. Perlahan ia menghapus air mata, yang terus mengalir di pipi Veline. Sentuhan itu kali ini benar-benar berbeda, begitu lebih hati-hati, seolah ia takut menyakiti gadis itu lagi. "Aku gak suka melihatmu menangis seperti ini." Lelaki bertubuh kekar itu menopang salah satu tangannya di samping tubuh Veline, keringat mengalir deras dari tubuhnya hingga membasahi setiap inci ototnya yang kekar. Aroma maskulin yang kuat bercampur dengan udara panas, meski dinginnya suhu AC tak mampu membuat udara di antara mereka menjadi dingin. Ia mengusap pipi Veline yang berkeringat bercampur dengan buliran air mata yang terus menetes. Hero berusaha menenangkan gadis yang masih berada di bawah kungkungannya. Ia membiarkan Veline mengambil waktu untuk mengatur napas dan menenangkan hati. Dalam diam, Hero hanya menatap Veline dengan rasa bersalah, menunggu hingga gadis itu sedikit lebih tenang sebelum ia

    Last Updated : 2025-01-07
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 110 : Ketakutan Veline

    Veline duduk di depan cermin dengan tubuh yang masih terasa lemas. Hair dryer di tangannya bekerja perlahan mengeringkan helaian rambut hitamnya yang basah. Wajahnya memandang pantulan dirinya di cermin, matanya sedikit sembab, dan pipinya masih tampak memerah. Gadis itu menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang masih kacau. Dari sudut pandangnya, ia melihat Hero masuk ke kamar. Tanpa berkata apa-apa, lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya. Ketika sudah berada di belakang, Hero menyentuh tangan Veline yang sedang memegang hair dryer. "Biar aku aja, Sayang," ucap Hero sambil mengambil alih hair dryer dari tangan Veline. Hero mulai mengeringkan rambut Veline dengan hati-hati. Jemarinya menyusuri helai demi helai rambut yang beterbangan. Perlahan, Veline menatap Hero lewat cermin. Matanya berusaha menyembunyikan rasa canggung, tapi dalam hatinya terlihat ada kehangatan yang mulai kembali. "Hero." "Iya?" Hero menatap wajah Veline dari pantulan cermin.

    Last Updated : 2025-01-07
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 1 : Kehilangan

    Maysha Jemma Eveline adalah sosok gadis yang pembangkang, keras kepala, dan tidak mudah diatur. Ia selalu ingin terlihat mencolok di setiap penampilannya. Bahkan, teman-temannya sering menjulukinya 'ratu onar.' Tidak hanya dikenal sebagai gadis barbar, Veline—begitu ia biasa disapa—juga kerap melanggar aturan yang ada.Namun saat ini, bukan perilaku negatifnya yang ia sedang tunjukkan, melainkan perasaan sedih yang menggerogoti hatinya.Hati anak mana yang tak sakit saat kehilangan ayahnya? Ayah yang telah menjaga dan merawatnya selama ini.Begitu juga dengan Veline. Di balik sikap keras kepalanya selama ini yang sering membuat orang lain kesal, sebenarnya hatinya begitu rapuh. Dua tahun yang lalu saat ia berusia 16 tahun, ia harus menerima kenyataan pahit atas kehilangan ibunya. Namun kali ini, ia juga harus kehilangan sosok ayah yang luar biasa dalam hidupnya."Maafin, Veline, Yah. Selama ini Veline selalu berbuat nakal. Selalu tak mendengar nasihat Ayah, jadi anak pembangkang, dan

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 2 : Salah Sangka

    Veline memperhatikan pemandangan dari kaca jendela mobil, angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya melalui jendela kaca yang terbuka. Gadis itu memegang sebatang dedaunan berwarna merah, yang ia bawa dari pemakaman sang ayah. Wanita yang mengenakan jam tangan berwarna coklat dengan bingkai persegi itu memandang ke arah langit. Langit di atas terlihat mendung, awan kelabu menggantung seakan turut mengerti perasaannya yang masih berduka. Setelah mempertimbangkan dengan cukup matang, Veline akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama Dimas, sahabat dari almarhum ayahnya. Ini memang keputusan yang sulit, terutama setelah melihat pertengkaran yang kerap muncul di antara om dan tantenya saat mereka membahas siapa yang akan merawatnya. Gadis itu tak ingin menjadi beban yang memicu keributan dalam keluarga. Jadi, ia pun terpaksa menerima tawaran Dimas."Kita sudah sampai." Dimas berkata setelah beberapa saat hening. Sepanjang perjalanan, Dimas sesekali mencoba mengajak Veline berbicara, berusaha me

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 3 : Mengulang Sejarah

    "Ada apa ini?"Dimas segera bergegas naik ke lantai dua saat mendengar suara keributan. Begitu sampai, ia melihat Hero dan Veline yang tengah bersitegang."Kenapa wanita ini ada di sini?" tanya Hero sambil menatap ayahnya dingin."Veline akan tinggal di sini mulai sekarang."Mendengar perkataan ayahnya, Hero merasa kesal. Bagaimana bisa wanita yang selalu membuat Hero naik pitam akan tinggal di rumahnya?Selama ini, mereka berdua memang selalu seperti kucing dan anjing di sekolah. Hero, sebagai ketua OSIS, sudah berkali-kali menghukum Veline karena kenakalannya. Tak terhitung berapa kali gadis itu melanggar aturan, bolos kelas, atau membuat keonaran di sekolah. Namun, alih-alih jera, Veline justru semakin berani menentang setiap kali ia mendapat hukuman. Sikap keras kepala Veline membuat Hero merasa frustrasi dan semakin kesal dengan kehadirannya di rumah."Apa Papa pikir rumah ini yayasan? Baru seminggu yang lalu Papa membawa istri baru ke sini, dan sekarang Papa bawa lagi seorang pe

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 4 : Diantara Dua Pilihan

    Veline mengangkat bahu. "Gak ada. Gue cuma ingin bicara aja sama lo."Hero menutup buku dengan kasar, lalu meletakkan buku itu di atas meja. Ia berdiri dari kursi dan mendekat ke arah Veline yang masih berdiri di ambang pintu. Tatapan tajamnya menelusuri wajah Veline. Memang, gadis itu terlihat cantik—wajahnya selalu tampak segar, meskipun kali ini ada sedikit semburat kesedihan yang tak bisa disembunyikan.Namun, kecantikan itu tidak mengubah perasaan Hero sedikit pun. Setiap kali melihat Veline, rasa benci yang ia pendam seolah makin membara, mengingatkannya pada masalah yang ia anggap datang bersamaan dengan kehadirannya di rumah ini."Lo sengaja, kan, datang ke rumah gue cuma buat ngerasain harta keluarga gue? Atau jangan-jangan …." Hero mendekatkan wajahnya ke arah Veline, suaranya menurun sambil berbisik menghina gadis itu. "Jangan-jangan, lo juga selingkuhan bokap gue."Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Hero. Hero terkesiap ketika Veline tiba-tiba menamparnya, begitu juga d

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 5 : Kembalilah

    "Om nggak perlu memilih apa pun, karena Veline yang akan pergi." Veline yang melihat kebingungan di wajah Dimas, hanya membuat dadanya terasa semakin sesak. Ia pun memutuskan untuk pergi dari rumah tersebut.Dimas menarik napas panjang, menatap sedih ke arah gadis yang ada di hadapannya. "Veline ....""Terima kasih, Om, Tante, kalian sudah baik sama Veline."Veline lantas berbalik, sambil menyeret koper. Air mata yang telah ia tahan sedari tadi mulai jatuh lagi saat sudah berada di ambang pintu."Veline, kamu mau pergi ke mana, Sayang? Ini sudah malam, di luar juga sedang hujan deras!" Amanda berteriak, ia terlihat cemas melihat Veline yang pergi begitu saja, apalagi di luar sedang hujan deras. Namun, Veline tak menjawab, ia tetap melangkah tanpa menoleh ke belakang. Ia merasa tak ada tempat baginya di sini. Jadi, lebih baik ia pergi saja.Dimas berbalik menatap Hero dengan rahang yang sudah mengeras, matanya juga sudah menyala merah. "Kamu benar-benar keterlaluan, Hero! Apa kamu ngg

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 6 : Takut Suntikan

    Hero berteriak lantang ketika melihat Veline yang tiba-tiba terjatuh. "Veline ...." Dengan keadaan panik, Hero lantas berlari menghampiri gadis itu yang sudah tak sadarkan diri. Lelaki tampan itu langsung berjongkok dengan lutut ditekuk. Tangan kekarnya langsung meraih kepala Veline dan menepuk wajahnya dengan pelan. "Veline, bangun!" Sudah beberapa kali Hero menepuk wajah gadis itu. Namun, sepertinya Veline tak kunjung sadar. "Veline sadarlah, ayo bangun!" Karena sudah panik dan tidak tahu harus berbuat apa lagi, Hero pun lantas langsung mengangkat tubuh Veline, membawanya ke dalam mobil. Setelah pintu mobil ia buka dengan susah payah, akhirnya Veline berhasil ia letakkan di jok mobil paling depan. Hero menutup pintu mobil, lalu segera mengambil koper Veline yang sudah basah oleh hujan. Ia pun menyimpan koper gadis itu di bagasi mobil, setelah itu, Hero memasuki mobil, meski pakaiannya juga basah kuyup dan tubuhnya menggigil kedinginan, tapi ia tak peduli. Yang penting seka

    Last Updated : 2024-11-08

Latest chapter

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 110 : Ketakutan Veline

    Veline duduk di depan cermin dengan tubuh yang masih terasa lemas. Hair dryer di tangannya bekerja perlahan mengeringkan helaian rambut hitamnya yang basah. Wajahnya memandang pantulan dirinya di cermin, matanya sedikit sembab, dan pipinya masih tampak memerah. Gadis itu menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang masih kacau. Dari sudut pandangnya, ia melihat Hero masuk ke kamar. Tanpa berkata apa-apa, lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya. Ketika sudah berada di belakang, Hero menyentuh tangan Veline yang sedang memegang hair dryer. "Biar aku aja, Sayang," ucap Hero sambil mengambil alih hair dryer dari tangan Veline. Hero mulai mengeringkan rambut Veline dengan hati-hati. Jemarinya menyusuri helai demi helai rambut yang beterbangan. Perlahan, Veline menatap Hero lewat cermin. Matanya berusaha menyembunyikan rasa canggung, tapi dalam hatinya terlihat ada kehangatan yang mulai kembali. "Hero." "Iya?" Hero menatap wajah Veline dari pantulan cermin.

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 109 : Noda Cinta

    "Udah, jangan menangis lagi, hapus air matanya." Kali ini suara Hero terdengar begitu lembut. Perlahan ia menghapus air mata, yang terus mengalir di pipi Veline. Sentuhan itu kali ini benar-benar berbeda, begitu lebih hati-hati, seolah ia takut menyakiti gadis itu lagi. "Aku gak suka melihatmu menangis seperti ini." Lelaki bertubuh kekar itu menopang salah satu tangannya di samping tubuh Veline, keringat mengalir deras dari tubuhnya hingga membasahi setiap inci ototnya yang kekar. Aroma maskulin yang kuat bercampur dengan udara panas, meski dinginnya suhu AC tak mampu membuat udara di antara mereka menjadi dingin. Ia mengusap pipi Veline yang berkeringat bercampur dengan buliran air mata yang terus menetes. Hero berusaha menenangkan gadis yang masih berada di bawah kungkungannya. Ia membiarkan Veline mengambil waktu untuk mengatur napas dan menenangkan hati. Dalam diam, Hero hanya menatap Veline dengan rasa bersalah, menunggu hingga gadis itu sedikit lebih tenang sebelum ia

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 108 : Unboxing

    Perkataan Veline jelas membuat tubuh Hero membeku. Lelaki itu tak bergerak sedikit pun, hanya terdiam sambil menatap Veline dengan sorot mata yang terlihat bingung. Pasalnya, ia tak tahu mengapa Veline tiba-tiba berkata seperti itu? Hero juga tak tahu apa kesalahannya yang membuat Veline bisa berkata demikian? Kata-kata itu bagaikan petir yang menyambar di tengah hari, menghantam hingga ke ulu hatinya. Hero tidak pernah sekalipun membayangkan, bahkan dalam mimpinya sekalipun, bahwa kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Veline. Ia hanya berpikir, mungkinkah Veline hanya bercanda? Berbagai pertanyaan berputar liar di kepalanya, membuat dadanya terasa sesak. Ia mencoba tetap tenang, meskipun suara hatinya bergemuruh hebat. "Kamu bercanda, kan, Sayang?" "Tidak, aku serius." "Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Apa yang membuatmu berkata seperti itu?" selidik Hero, ia segera berdiri menghampiri Veline. Aura dingin sudah terpancar di wajahnya, rahang kokohnya sudah

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 107 : Keputusan Veline

    "Apa? Lo bilang apa barusan?!" Serpihan beling yang ada di tangannya semakin erat Leona genggam, hingga darah mengalir lebih deras dari pergelangan tangannya. "Ngebesar-besarin masalah, gue?" Leona menatap Veline nanar. "Lo pikir gue ngebesar-besarin masalah? Vel, lo bahkan gak tahu apa yang gue rasain selama ini! Lo tahu berapa lama gue bertahan nunggu Hero? Sepuluh tahun, Vel! Sepuluh tahun gue pendam perasaan gue ke dia!" Veline menelan ludah, hatinya mencelos mendengar pernyataan itu, tapi ia segera menegarkan diri. "Gue ngerti, Leona. Tapi rasa suka lo itu gak pernah jadi alasan buat lo ngerebut Hero dari gue! Hero sekarang suami gue, dan gue gak akan pernah melepaskan dia, apa pun yang lo lakuin!" "Lo gak ngerti, Vel! Kalau lo ngerti, lo gak akan ngomong kayak gitu!" Napas Leona tersengal, matanya menatap lurus ke arah Veline dengan pandangan yang sulit diartikan. "Hero itu segalanya buat gue!" lanjut Leona. "Dia adalah alasan gue terus bertahan selama ini. Lo gak tah

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 106 : Keteguhan Veline

    Tepat saat pintu terbuka, mata Leona membulat sempurna. Tubuhnya menegang ketika melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Alih-alih Hero yang sedang ia tunggu sedari tadi, tapi nyatanya bukan. Leona menggenggam ujung bajunya erat-erat, tanpa sadar kuku-kukunya yang panjang menancap ke kulit tangannya sendiri hingga buku-buku jarinya memutih. Tatapan matanya yang semula teduh kini berubah menjadi dingin, bahkan ada rasa kecewa dan juga benci. "Ngapain lo ke sini?" Ia bertanya dengan dingin, suaranya sedikit bergetar menahan emosi. Bukannya menjawab, orang yang ada di depannya hanya tersenyum smirk. Sebuah senyum yang membuat darah Leona berdesir. "Gue cuma ingin mengunjungi rumah sahabat gue," ujar Veline dengan santai, tapi tatapan matanya begitu tajam seperti seekor serigala yang hendak memangsa mangsanya. Saat melihat notifikasi di ponsel Hero beberapa waktu lalu, Veline sempat tertegun ketika melihat pesan itu dari Leona. Karena penasaran, ia pun langsung melihat p

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 105 : Tempat Peristirahatan

    Langit berwarna kelabu menggantung di atas sana. Angin sepoi-sepoi menerpa pepohonan, sampai membuat daun-daun berguguran, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan wangi bunga tabur. Di bawah sebuah pohon rindang, Veline berdiri di depan makam ayahnya, dengan seikat bunga mawar putih. Perlahan, Veline berlutut, meletakkan bunga di atas gundukan tanah yang telah lama menjadi tempat peristirahatan terakhir ayahnya. Tangannya gemetar saat ia merapikan bunga-bunga itu agar terlihat rapi. Di sisi lain, Hero sedang membersihkan makam ibunda Veline. Tangannya cekatan mencabuti rumput liar yang tumbuh di sekitar batu nisan, lalu ia menaburkan bunga-bunga di atasnya. Setelah semuanya selesai, Veline menyeka peluh di dahinya. Ia memandang batu nisan ayahnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan—ada kerinduan, kesedihan, dan harapan yang bercampur menjadi satu. Tangannya terulur, menyentuh permukaan dingin batu nisan itu. Jari-jarinya menelusuri nama ayahnya yang terukir di

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 104 : Ujian Akhir

    Beberapa bulan telah berlalu, dan seluruh siswa kelas 12 akhirnya menyelesaikan ujian nasional mereka. Hari-hari panjang yang penuh tekanan, belajar hingga larut malam, dan berlatih soal demi soal kini telah usai. Namun, meskipun perjuangan mereka di ruang ujian sudah selesai, perjalanan mereka masih belum berakhir di sini. Bagi sebagian siswa, ini adalah awal dari babak baru untuk mengejar mimpi mereka, baik itu melanjutkan pendidikan ke universitas impian, mengikuti pelatihan kejuruan, atau bahkan memulai karier lebih awal. Sementara itu, ada juga yang masih bimbang dengan arah yang akan mereka ambil setelah ini. Sekolah yang biasanya dipenuhi suara riuh kini terasa lebih sunyi. Ruang-ruang kelas tampak lengang, meja dan kursi tertata rapi seperti menanti penghuninya kembali. Sementara seorang lelaki tengah berjalan sendirian menuju kantin, langkahnya terus diiringi dengan berbagai hal dalam benaknya. Ujian yang baru saja selesai terasa seperti beban berat yang terangkat. N

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 103 : Bekas Gudang

    "Anjir! Mata gue ternodai," seru Noval kaget. Sontak Veline dan Hero saling menjauh karena kaget juga. Veline langsung terduduk di sofa, wajahnya merah padam karena malu. Sementara Hero masih terlihat santai, kini ia pun duduk di samping Veline dengan wajah masam. "Lo semua gak bisa ketuk pintu dulu apa?" ujar Hero kesal. "Lah, buat apa, anjir? Biasanya juga kita langsung masuk," kilah Noval. Sementara Raka hanya menaruh kantong kresek ke atas meja. "Itu apa?" tanya Veline, sambil menunjuk ke kantong kresek tersebut. "Nasi Padang," jawab Raka, yang langsung membongkar isi di dalam kresek itu. "Cuma beli dua doang?" "Enggak kok, beli banyak." Tangan Raka masih sibuk mengeluarkan bungkus makanan itu satu per satu. "Oh." Raka meluruskan tubuhnya dulu sebelum berkata, "Gue ambil piring dulu." Ia lalu berjalan ke arah dapur. "Ikut, deh." Noval buru-buru mengekor di belakang Raka. "Gue gak mau jadi obat nyamuk di sini." Sebelum pergi, ia menepuk pelan bahu The

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 102 : Cinta Tak Terbalas

    Dua pria itu kini sudah berdara di balkon yang ada di basecamp, Hero berdiri sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket, pandangannya terpaku pada langit malam yang gelap. Sementara itu, Adrian bersandar pada pagar balkon, matanya menatap kendaraan yang masih ramai berlalu lalang di jalanan yang ada di bawah mereka. "Jadi ... Leona udah tahu dari dulu tentang pernikahan gue sama Veline?" Hero menghela napas panjang, matanya tetap terpaku pada gedung-gedung tinggi di kejauhan. Ketika Adrian memberitahu Hero bahwa Leona sebenarnya sudah mengetahui tentang pernikahannya dengan Veline sudah lama, Hero pun merasa kaget. Pasalnya, selama ini sikap Leona seakan biasa-biasa saja. Adrian juga menjelaskan bahwa waktu itu, Leona mengetahui pernikahan mereka tepat ketika mendengar pertengkaran Hero dan Veline di dalam kelas. Dari pertengkaran itu, Leona mendengar semua hal yang diucapkan oleh mereka. Meskipun Leona sudah mengetahui segalanya, ia berpura-pura tidak tahu dan be

DMCA.com Protection Status