Seminggu sejak peristiwa di Bogor.Bayu, Arlen dan Doddy sedang duduk di ruang tamu di rumah Arlen.“Jadi Bang Doddy dipecat?” Tanya Bayu suram.“Mana Ambar meninggal lagi.” Keluh Arlen sedih.“Haahh, ini semua salah saya. Seharusnya saya tidak egois. Saya terlalu terobsesi.” Kata Doddy sambil menghela napas penyesalan.“Jadi kita tidak diajar lagi sama Bang Doddy?” Tanya Bayu menyesal.“Sudahlah, Yu. Mau bagaimana lagi. Bang Doddy harus menanggung semua akibatnya. Kita jalani saja.” Hibur Arlen.“Bang Doddy setelah ini mau melakukan apa? Mengajar di tempat lain?” Tanya Bayu.“Tidak. Saya ingin menjadi Vlogger penuh waktu saja. Bayu, kamu bisa bantu saya melanjutkan kegiatan kita?” tanya Doddy berharap.“Yah, selama tidak menganggu pekerjaan sehari-hari dan kuliah saya, sih, saya oke saja.” Jawab Bayu santai.“Lina juga susah dihubungi sekarang. Sepertinya dia masih berduka atau dia marah dengan kejadian di Bogor.” Kata Arlen merasa suram.“Saya minggu depan mau pulang kampung semingg
Bayu sampai di rumah Bibinya ketika hari sudah menjelang sore. Sore itu, Bayu sedang mengobrol dengan Bibinya.“Bibi tidak menyangka, Pamanmu akan mencoba membalas dendam sama kamu, Yu. Untungnya kamu selamat.” Kata Paramita.“Iya, Bayu selamat, tetapi teman Bayu meninggal.” Kata Bayu pelan.“Bi, Bayu rencananya ingin pulang kampung sebentar, paling lama satu minggu.” Kata Bayu meminta ijin.“Iya, tidak apa-apa. Kamu liburan dulu di kampung, menenangkan diri. Biar kembali ke Jakarta dalam keadaan segar dan semangat kembali.Kapan kamu mau pulang?” Kata Paramita mendukung rencana Bayu.“Kemungkinan besok lusa, Bi.” Jawab Bayu.“Ya sudah, pesan tiket dulu, Bibi yang bayar.” Kata Paramita.Bayu memesan tiket bus secara online dari ponselnya. Bibinya hanya tinggal mentransfer uang pembayaran pembelian tiket.Bayu melihat langit agak mendung, suhu udara teras penas dan lembab. Bayu mandi kemudian tidur lebih cepat.***Bayuterbangun tepat di tengah malam. Tiba-tiba dia ingin melakukan ibada
Hari ini Bayu berada di terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Dia sedang menunggu kedatangan Bus Malam Tujuan Kota Magelang.Bayu duduk di ruang tunggu dan mengamati keadaan di sekelilingnya. Seperti biasa, dia mengaktifkan kemampuannya untuk mengamati Jin Qorin yang menemani kembaran manusianya di sekitar ruang tunggu.Wajah Bayu menunjukkan perubahan mimik muka yang beraneka ragam. Terkadang serius, terkadang terkejut, sesekali tertawa.“Manusia dengan segala perbuatan dan tingkah lakunya tercermin dari posisi kembarannya. Benar kata Kakek, kemampuan ini membuatku lebih waspada dengan segala macam jenis manusia. Tidak selalu mereka yang terlihat ramah adalah orang baik. Begitu pula kebalikannya.” Gumam Bayu pada dirinya sendiri.Tidak lama kemudian, seorang awak Bus Kencana, bus yang akan ditumpangi Bayu untuk pulang kampung, menghampiri Bayu dan para calon penumpang Bus tersebut.“Penumpang Bus Kencana, Tujuan Kota Magelang, silakan ikuti saya, Sebentar lagi Bus akan berangkat!
Lima hari berlalu sejak Bayu tiba di kampung halamannya. Bayu menghabiskan hari-harinya dengan belajar meningkatkan kemampuannya. Pada malam hari pertasma Bayu tiba di rumah Kakeknya, dia telah menceritakan semua pengalamannya di Jakarta. Mendengar bahwa Bayu bisa memasuki lingkungan alam Jin di rumah kosong Klender dan Rumah angker di Bogor, Kakeknya segera memberikan penambahan keterampilan ilmu gaib kepada Bayu agar bisa bertahan di lingkungan alam Jin. Bayu sibuk merapal doa dan melakukan ritual pagi, siang, petang dan malam hari setiap hari. Menurut Kakeknya, Bayu memiliki bakat bawaan menjadi seorang paranormal yang hebat. Bahkan melebihi bakat Kakeknya. Bayu hanya sempat menelepon atau mengobrol via aplikasi chat dengan June pada sore hari. Selain berlatih meningkatkan kemampuan mistisnya, Bayu juga diperintahkan oleh Kakeknya untuk berlari pagi dan berolahraga setiap hari. Kakeknya juga menyuruh Bayu untuk rajin berlatih Pencak Silat. Untungnya, Bayu telah berlatih pencak s
Bayu tercengang dan linglung melihat pemandangan di depan matanya. Bayu tersentak ketika tangannya ditarik oleh Kakeknya.“Berdiri ikut denganku dan jangan lepaskan tanganmu.” Perintah Kakek Warno.Bayu berdiri dengan tangan masih dipegang oleh Kakeknya. Mereka berdua melangkah kedepan.Bayu melihat sekeliling. Dia melihat deretan bangunan dengan arsitektur yang aneh. Antara gabungan gaya Jawa kuno dengan sentuhan modern. Jalanan di tengah cukup luas mungkin sekitar dua puluh meter lebarnya. Jalanan terbuat dari sejenis batu yang disusun rapi.Banyak makhluk aneh yang berjalan di pinggir jalan. Bayu melihat makhluk yang seperti manusia ikan, manusia berkepala ular dan lain-lain. Seperti dia berada di dunia fantasi.Bayu melihat bangunan-bangunan itu terdapat papan kayu bertuliskan huruf Pallawa1. Bayu agak memahami tulisan-tulisan itu karena sama seperti huruf Hanacaraka2 yang diajarkan di sekolah-sekolah dasar di Propinsi Jawa Tengah sebagai pelajaran bahasa Jawa.“Ini Kerajaan Laut
Hari ini pada sore hari, Bayu akan berangkat kembali ke Jakarta. Bahkan Bayu sepakat membuat janji dengan Kartika untuk kembali ke Jakarta bersama. Mereka memesan tiket Bus Malam yang sama.Selama liburannya di kampung, Bayu beberapa kali berhubungan dengan Kartika melalui telepon dan obrolan aplikasi. Mengingat June, dia tidak terlalu antusias menanggapi Kartika, tetapi menghitung pertemanan mereka semasa sekolah, Bayu tetap berkomunikasi dengan Kartika.“Hei, Bayu, sudah sampai dari tadi?” Sapa Kartika ketika dia mendekati Bayu yang sedang duduk di ruang tunggu Agen Bus Kencana.“Ah, baru lima belas menitan sampai.” Kata Bayu ramah.Kartika membawa tas koper dan kardus yang berukuran agak besar.“Bawa apaan, Tik? Tanya Bayu melihat bawaan kartika.“Oh, ini oleh-oleh buat Om dan Tante di Jakarta. Mama aku yang memaksa bawa, katanya tidak enak kalau tidak bawa oleh-oleh.” Jawab Kartika dengan wajah tidak berdaya. Mereka berdua mengobrol hingga Bus siap berangkat. Setelah meletakkan k
Pagi hari, jam 10 di Jakarta.Bayu dan Kartika berpisah di Terminal Kampung rambutan. Tujuan bayu adalah Pondok Kelapa, sedangkan Kartika ke rumah Om dan tantenya.Bayu pulang ke rumah Bibinya menggunakan transportasi ojek online. Satu jam kemudian dia sampai di rumah Bibinya.Bayu terkejut melihat June berada di rumah Bibinya.“June, kok, kamu ada disini?” Tanyar Bayu bingung.“Kenapa? Aku tidak diterima di sini? Ya sudah aku pulang aja!” Ancam June pura-pura marah.“tidak, tidak jangan pergi, June sayang! Aku hanya terkejut, kamu disini pagi-pagi.” Rayu Bayu lembut.“Pagi apanya? Sudah siang tahu!” Bantah June sambil cemberut.Bayu tidak membantah perkataan June, dia mengambil oleh-oleh yang dia beli dari kampung lalu memberikannya kepada June.“Ini ada oleh-oleh camilan sederhana dari kampung.” Kata Bayu sambil tersenyum.June mengambil bungkusan makanan dari Bayu lalu membukanya kemudian memakannya sambil menggembungkan pipinya, pura-pura marah.“Ada apa, cantik? kamu kelihatannya
Keesokan harinya, jam 1 siang.Bayu tiba di rumah Sandy di Menteng. Rumah Sandy adalah rumah yang sangat besar di kawasan orang-orang kaya lama di dekat rumah mantan Presiden Indonesia kedua jaman orde baru.Bayu diterima kepala pelayan keluarga Sandy. Bayu diantarkan oleh kepala pelayan menuju ruang tamu di rumah Sandy.Menurut informasi dari sang kepala pelayan, Sandy dan istrinya adalah anak bungsu dari keluarga besar pengusaha kayu yang bermitra dengan pabrik alat tulis dari Jerman. Ayah Sandy adalah pengusaha besar sejak jaman orde baru di tahun 70-an.Sandy belum lama menikah dengan istrinya Yuanita yang berasal dari Kota Semarang. Mereka berkenalan sejak masih mereka berdua masih duduk di bangku kuliah di negara Amerika.Sandy tidak terlibat di bisnis keluarganya, dia mendirikan usaha sendiri di bidang makanan, sedangkan istrinya bergerak di bidang fashion.Bayu dipersilahkan duduk di ruang tamu untuk menunggu Sandy yang baru saja kembali dari kantornya.“Wah, maaf ya, Bayu, ka
“Qorin Paramita, kamu kembali menjaga tubuh Bibi! Biarkan aku yang menghadapi penculik Bibi! “ Perintah Bayu tegas.“Baik! Aku kembali dan kamu berhati-hatilah!” Jawab Kembaran Paramita lalu kembali ke kamar ICU.Bayu berjalan pelan ke kamar mayat dan membuka pintunya.Bayu melihat ke sekeliling kamar mayat yang dingin. Dia melihat beberapa wajah pucat yang berdiri di sekitar jenazah yang terbujur kaku an ditutupi selimut.Mata Bayu tertuju ke sudut kamar mayat. Dia melihat semacam kandang besar yang kira-kira berukuran tinggi tiga meter, lebar dua meter dan panjang dua meter. Di depan kandang berdiri makhluk berwujud ular setinggi tiga meter.Di dalam kandang, Bayu melihat sosok yang mirip Gustian sedang memperkosa perempuan yang mirip Paramita.“Bangsat, makhluk hina lepaskan Bibiku!” teriak Bayu marah.Makhluk berwujud ular tiba-tiba menyerang Bayu, menerkam ke arah Bayu. Bayu yang lengah terkejut dan terkena pukulan ekor ular. Bayu terdorong ke belakang sejauh dua meter. Bayu memu
Bayu yang mendengar jeritan Paramita, segera bangkit dari ranjangnya dan berlari keluar kamarnya menuju kamar Paramita di sebalah.Beruntung, kamar Paramita tidak dikunci. Bayu langsung membuka pintu kamar paramita dan bergegas masuk.Bayu melihat Paramita yang tidur telentang, Dia segera menghampiri Paramita dan mencoba membangunkannya, “Bibi, Bibi, bangun!”“Bangun, BI!” Teriak Bayu sambil mengoncang tubuh Paramita agak keras.Bayu yang panik, segera menutup mata dan membaca doa.Bayu membuka matanya dan melihat sosok wanita yang mirip Paramita sedang duduk di samping tubuh Paramita. Wajahnya pucat, bibirnya kering dan nampak pecah-pecah.“Hai Kembaran Bibi Paramita! Apa yang terjadi pada Bibiku?” Tanya Bayu suram.“Bayu, Jiwa Bibimu telah diculik oleh Gustian yang dibantu oleh Maulana!” Jawab Kembaran Paramita.“Apa? Gustian bersama Maulana? Bagaimana mungkin?” Tanya Bayu tidak percaya.“Aku tidak tahu bagaimana Gustian dan Maulana bisa bersama, yang pasti saat ini, bibimu sedang k
Bayu dan June sedang duduk di warung Es dan Bubur Garut, di Jalan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.“June, sepertinya aku sudah tidak bisa lagi terus melajang, aku ingin segera menikahi kamu!” Kata Bayu serius.“A...apa? kamu ingin segera kita menikah?” Tanya June gugup.“Ya, rencana kita menikah dengan wali kakak laki-lakimu harus segera kita laksanakan! Jujur, aku takut bila pernikahan kita ditunda terus, kita akan melakukan perbuatan zina, cepat atau lambat!” Kata Bayu dengan wajah memohon.June menatap mata Bayu dengan kelembutan dan rasa cinta.“Paling tidak kita menikah rahasia secara agama, dengan wali hakim dan kakak laki-lakimu sebagai saksi.” Saran Bayu tegas.“Baik, kita lakukan rencana kamu, Bayu... Besok aku akan membujuk Kakakku untuk datang ke Basecamp kita!” Jawab June serius.“Besok aku ajak main game konsol dulu, baru aku bujuk pelan-pelan ya Kakak kamu!” Jelas Bayu sambil menyesap teh hangat yang tersedia di mejanya.Keluarga June berbeda agama dengan Bayu, di samping i
“Jangan bangun! Bibi Cuma ingin memeluk kamu! Biarkan seperti ini! Bibi sudah lama tidak memeluk laki-laki!” Kata Paramita lemah. Bayu terdiam dan tidak bergerak. Dia merasa canggung sekaligus kasihan kepada Bibinya. Tidak lama kemudian Bayu merasa tubuh Bibinya bergetar. Sesaat kemudian, Bayu mendengar isak tangis yang pelan dari punggungnya. Tidak lama kemudian, suara isak tangis mereda. Bayu meraih jemari Paramita yang memeluknya dari belakang. Bayu menggenggam jemari Paramita dengan erat tapi lembut. “Bi, jangan sedih! Bayu sayang sama Bibi! Selama ini Bibi sudah sangat baik sama Bayu.” Bayu berkata dengan lembut sembari menepuk-nepuk punggung tangan Paramita, berusaha menghiburnya. “Adik Bayi tidak kelihatan, pasti dititipkan ke rumah kakek neneknya. Tampaknya Bibi sudah siap hendak berduaan dengan Gustian. Aku sudah mengacaukan rencana Bibi.” Pikir Bayu agak menyesal. “Bibi, bukannya Bayu hendak menggurui atau apapun, Bayu hanya menyarankan, sebaiknya Bibi sabar mencari pa
Bayu menghampiri Gustian yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengaktifkan video rekaman di ponselnya.Bayu membaca doa dan berkonsentrasi sejenak, lalu berkata sambil menjentikkan jarinya, “Tidur!”Gustian merosot di kursi kehilangan kesadarannya. Bayu mengarahkan kamera ponselnya.“Keluar!” Suara Perintah tedengar dari mulut Bayu.Kembaran Gustian tiba-tiba menampakkan dirinya. Hanya Bayu dan kamera ponselnya yang bisa melihat penampakan Kembaran Gustian.“Siapa nama Kembaranmu yang sedang tidur?” Tanya Bayu acuh tak acuh.“Kembaranku bernama Ari Gustian.” Jawab Kembaran Gustian.Paramita dan June hanya bisa mendengar suara Kembaran Gustian, tetapi tidak dapat melihat sosoknya. Bayu menolah dan melihat Paramita dan June.“Bibi, June, kemarilah! Bibi bisa melihat sosok Kembaran Gustian di layar ponsel Bayu!” Kata Bayu.Paramita dan June bergegas ke punggung Bayu. Keduanya penasaran dengan tampilan Kembaran Gustian.“Apa tujuan Gustian mendekati Bibi Paramita? Apakah murni kare
Bayu menegang melihat June sedang disandera oleh Maulana. “Lepaskan June! Kamu tidak akan pernah bisa menang melawan kebenaran. Aku tidak ingin membunuh jiwamu di alam ini!” Teriak Bayu marah. “Kamu mundur dan kembali atau aku akan membunuh jiwa June sekarang!” Tantang Maulana dengan wajah sombong. Bayu membaca doa yang kuat untuk melemahkan Jiwa Maulana. Namun Bayu terkejut, bahwa Maulana tidak terpengaruh. “Hahaha, aku bukan Jin, jadi kamu membaca doa yang salah!” Tawa Maulana semakin arogan. “Sial, aku lupa bahwa dia sama seperti aku, dia manusia dan bukan Jin!” Gumam Bayu agak panik. Bayu berpikir dan teringat doa untuk mengalahkan setan. Manusia yang jahat juga sama seperti setan. Kakeknya pernah berkata, bahwa setan itu bukan hanya berbentuk Jin, manusia dan hewan yang jahat juga termasuk golongan setan. Bayu mencoba membaca doa untuk mengalahkan setan. Tiba-tiba Maulana bergetar. Tubuhnya melemah. “Sialan kamu!” Umpat Maulana panik. Tubuh Maulana berubah transparan kemu
Bayu melihat sosok perempuan berwajah cukup cantik yang telanjang bulat dengan tubuh yang sangat menggoda sedang menatapnya ketakutan.“Kamu membunuh Tuanku! Kamu harus mati!” Teriak perempuan itu marah.Tubuh perempuan itu tiba-tiba berubah. Sekujur tubuhnya mengeluarkan sisik hitam. hanya saja kakinya tetap kaki manusia meskipun bersisik.Bau amis ular menyerang hidung Bayu. Mata perempuan itu berubah merah darah. Kuku jarinya memanjang.Bayu tidak menunggu perempuan itu berubah sepenuhnya, dia langsung menyerang perempuan itu dan menebas lehernya. Perempuan itu jatuh ke lantai dengan darah berceceran dan mati.Bayu merasakan angin dari sisi belakangnya, Bayu segera memutar tubuhnya dan mengayunkan pisau daging dengan kecepatan tercepatnya. Sayangnya serangan Bayu meleset.Bayu melihat penyerangnya. Dia seorang pria dengan wajah bayi dan berambut keriting, tetapi dia memiliki sisik ular berwarna hitam legam di sekujur tubuhnya yang telanjang. Hanya saja kakinya milik manusia normal.
Seorang wanita tua dengan senyum ramah terlihat di hadapan Bayu.“Ah, sangat jarang jiwa manusia datang ke rumahku! Masuk, masuklah, anak muda!” Kata wanita tua itu dengan ramah.Bayu sedikit ragu-ragu sebelum melangkah memasuki ruang tamu milik wanita tua itu.“Ayo, ayo, duduk, anak muda!” Kata wanita tua itu mempersilahkan Bayu untuk duduk di kursi tamu yang nampak tua, mungkin umur kursi itu setua wanita tua yang ramah itu.Bayu duduk dengan sopan. Wanita tua itu masuk ke dalam rumahnya lalu keluar sambil membawa nampan berisi piring kecil dan dua cangkir.Sambil meletakkan nampan, wanita tua itu berkata dengan ramah, “Jarang sekali aku menerima tamu, sekalinya ada tamu, tamuku seorang manusia! Sungguh beruntung! Ayo diminum tehnya dan dicicipi camilannya!”Bayu melihat ke piring kecil yang diletakkan di atas nampan di depannya. Bayu melihat serangga yang mirip kecoak berjumlah beberapa tergeletak mati di dalam piring itu. Selanjutnya Bayu melihat ke dalam isi cangkir yang terletak
Bayu menerobos masuk tanpa permisi karena dia telah diliputi emosi. Bayu bersiap untuk kemungkinan terburuk. Dia masuk sambil menundukkan badannya, agar tidak bisa diserang.Bayu terhuyung ke dapan dan jatuh ke lantai. Bayu segera mendongakkan kepalanya dan melihat ke sekeliling ruangan tamu di ruang 308, tetapi dia tidak melihat siapapun.Bayu segera berdiri dan berjalan dengan hati-hati menuju ruang dalam. Dia tidak menemukan siapapun di ruang bagian dalam.Bayu mencari ke bagian dapur dan kamar mandi. Bayu masih tidak menemukan siapapun. Akhirnya Bayu memasuki kamar tidur.“June!” Teriak Bayu panik.Bayu melihat June terbaring diam di ranjang ganda di kamar tidur itu. Dia segera menghampiri June.Bayu mencoba membangunkan June. Bayu juga mencari keberadaan Kembaran June.Bayu merasakan June masih bernapas. Napasnya tenang seperti orang yang sedang tidur. Mata Bayu tertuju ke arah kertas di sebelah kepala June.Bayu mengambil catatan di sebalah kepala June dan membaca.‘Bayu, kalau