Doddy menyambar lampu darurat dari dekat tasnya lalu berlari keluar ruangan diikuti Bayu dan Arlen yang membawa kamera.Sesampainya di luar, Doddy mengarahkan lampu ke sekeliling ruang tengah. Ruangan itu kosong dan kotor.“Len, sini kameranya, biar aku saja yang merekam.” Saran Bayu.Arlen memberikan kamera kepada Bayu.Bayu menutup matanya lalu membaca doa. Ketika dia membuka matanya, di depannya Bayu melihat pria tua yang dipanggil sebagai pelayan Wang. Bayu mengarahkan kameranya ke pria tua itu.“Pak Wang, apakah bapak melihat teman saya yang tadi keluar dari kamar?” Tanya Bayu.“Ada manusia lain yang masuk ke rumah ini selain kalian. Dia bersembunyi di kamar mandi. Temanmu dipukul kepalanya menggunakan alat yang terbuat dari besi. Setelah itu dia menyeret temanmu ke lantai atas. Nyonya saya marah melihat tindakan manusia itu. Dia memerintahkan saya memanggil penjaga rumah. saat ini temanmu terkapar di lantai atas. Saya kira dia sedang sekarat. Manusia itu sedang ditahan oleh penj
Seminggu sejak peristiwa di Bogor.Bayu, Arlen dan Doddy sedang duduk di ruang tamu di rumah Arlen.“Jadi Bang Doddy dipecat?” Tanya Bayu suram.“Mana Ambar meninggal lagi.” Keluh Arlen sedih.“Haahh, ini semua salah saya. Seharusnya saya tidak egois. Saya terlalu terobsesi.” Kata Doddy sambil menghela napas penyesalan.“Jadi kita tidak diajar lagi sama Bang Doddy?” Tanya Bayu menyesal.“Sudahlah, Yu. Mau bagaimana lagi. Bang Doddy harus menanggung semua akibatnya. Kita jalani saja.” Hibur Arlen.“Bang Doddy setelah ini mau melakukan apa? Mengajar di tempat lain?” Tanya Bayu.“Tidak. Saya ingin menjadi Vlogger penuh waktu saja. Bayu, kamu bisa bantu saya melanjutkan kegiatan kita?” tanya Doddy berharap.“Yah, selama tidak menganggu pekerjaan sehari-hari dan kuliah saya, sih, saya oke saja.” Jawab Bayu santai.“Lina juga susah dihubungi sekarang. Sepertinya dia masih berduka atau dia marah dengan kejadian di Bogor.” Kata Arlen merasa suram.“Saya minggu depan mau pulang kampung semingg
Bayu sampai di rumah Bibinya ketika hari sudah menjelang sore. Sore itu, Bayu sedang mengobrol dengan Bibinya.“Bibi tidak menyangka, Pamanmu akan mencoba membalas dendam sama kamu, Yu. Untungnya kamu selamat.” Kata Paramita.“Iya, Bayu selamat, tetapi teman Bayu meninggal.” Kata Bayu pelan.“Bi, Bayu rencananya ingin pulang kampung sebentar, paling lama satu minggu.” Kata Bayu meminta ijin.“Iya, tidak apa-apa. Kamu liburan dulu di kampung, menenangkan diri. Biar kembali ke Jakarta dalam keadaan segar dan semangat kembali.Kapan kamu mau pulang?” Kata Paramita mendukung rencana Bayu.“Kemungkinan besok lusa, Bi.” Jawab Bayu.“Ya sudah, pesan tiket dulu, Bibi yang bayar.” Kata Paramita.Bayu memesan tiket bus secara online dari ponselnya. Bibinya hanya tinggal mentransfer uang pembayaran pembelian tiket.Bayu melihat langit agak mendung, suhu udara teras penas dan lembab. Bayu mandi kemudian tidur lebih cepat.***Bayuterbangun tepat di tengah malam. Tiba-tiba dia ingin melakukan ibada
Hari ini Bayu berada di terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Dia sedang menunggu kedatangan Bus Malam Tujuan Kota Magelang.Bayu duduk di ruang tunggu dan mengamati keadaan di sekelilingnya. Seperti biasa, dia mengaktifkan kemampuannya untuk mengamati Jin Qorin yang menemani kembaran manusianya di sekitar ruang tunggu.Wajah Bayu menunjukkan perubahan mimik muka yang beraneka ragam. Terkadang serius, terkadang terkejut, sesekali tertawa.“Manusia dengan segala perbuatan dan tingkah lakunya tercermin dari posisi kembarannya. Benar kata Kakek, kemampuan ini membuatku lebih waspada dengan segala macam jenis manusia. Tidak selalu mereka yang terlihat ramah adalah orang baik. Begitu pula kebalikannya.” Gumam Bayu pada dirinya sendiri.Tidak lama kemudian, seorang awak Bus Kencana, bus yang akan ditumpangi Bayu untuk pulang kampung, menghampiri Bayu dan para calon penumpang Bus tersebut.“Penumpang Bus Kencana, Tujuan Kota Magelang, silakan ikuti saya, Sebentar lagi Bus akan berangkat!
Lima hari berlalu sejak Bayu tiba di kampung halamannya. Bayu menghabiskan hari-harinya dengan belajar meningkatkan kemampuannya. Pada malam hari pertasma Bayu tiba di rumah Kakeknya, dia telah menceritakan semua pengalamannya di Jakarta. Mendengar bahwa Bayu bisa memasuki lingkungan alam Jin di rumah kosong Klender dan Rumah angker di Bogor, Kakeknya segera memberikan penambahan keterampilan ilmu gaib kepada Bayu agar bisa bertahan di lingkungan alam Jin. Bayu sibuk merapal doa dan melakukan ritual pagi, siang, petang dan malam hari setiap hari. Menurut Kakeknya, Bayu memiliki bakat bawaan menjadi seorang paranormal yang hebat. Bahkan melebihi bakat Kakeknya. Bayu hanya sempat menelepon atau mengobrol via aplikasi chat dengan June pada sore hari. Selain berlatih meningkatkan kemampuan mistisnya, Bayu juga diperintahkan oleh Kakeknya untuk berlari pagi dan berolahraga setiap hari. Kakeknya juga menyuruh Bayu untuk rajin berlatih Pencak Silat. Untungnya, Bayu telah berlatih pencak s
Bayu tercengang dan linglung melihat pemandangan di depan matanya. Bayu tersentak ketika tangannya ditarik oleh Kakeknya.“Berdiri ikut denganku dan jangan lepaskan tanganmu.” Perintah Kakek Warno.Bayu berdiri dengan tangan masih dipegang oleh Kakeknya. Mereka berdua melangkah kedepan.Bayu melihat sekeliling. Dia melihat deretan bangunan dengan arsitektur yang aneh. Antara gabungan gaya Jawa kuno dengan sentuhan modern. Jalanan di tengah cukup luas mungkin sekitar dua puluh meter lebarnya. Jalanan terbuat dari sejenis batu yang disusun rapi.Banyak makhluk aneh yang berjalan di pinggir jalan. Bayu melihat makhluk yang seperti manusia ikan, manusia berkepala ular dan lain-lain. Seperti dia berada di dunia fantasi.Bayu melihat bangunan-bangunan itu terdapat papan kayu bertuliskan huruf Pallawa1. Bayu agak memahami tulisan-tulisan itu karena sama seperti huruf Hanacaraka2 yang diajarkan di sekolah-sekolah dasar di Propinsi Jawa Tengah sebagai pelajaran bahasa Jawa.“Ini Kerajaan Laut
Hari ini pada sore hari, Bayu akan berangkat kembali ke Jakarta. Bahkan Bayu sepakat membuat janji dengan Kartika untuk kembali ke Jakarta bersama. Mereka memesan tiket Bus Malam yang sama.Selama liburannya di kampung, Bayu beberapa kali berhubungan dengan Kartika melalui telepon dan obrolan aplikasi. Mengingat June, dia tidak terlalu antusias menanggapi Kartika, tetapi menghitung pertemanan mereka semasa sekolah, Bayu tetap berkomunikasi dengan Kartika.“Hei, Bayu, sudah sampai dari tadi?” Sapa Kartika ketika dia mendekati Bayu yang sedang duduk di ruang tunggu Agen Bus Kencana.“Ah, baru lima belas menitan sampai.” Kata Bayu ramah.Kartika membawa tas koper dan kardus yang berukuran agak besar.“Bawa apaan, Tik? Tanya Bayu melihat bawaan kartika.“Oh, ini oleh-oleh buat Om dan Tante di Jakarta. Mama aku yang memaksa bawa, katanya tidak enak kalau tidak bawa oleh-oleh.” Jawab Kartika dengan wajah tidak berdaya. Mereka berdua mengobrol hingga Bus siap berangkat. Setelah meletakkan k
Pagi hari, jam 10 di Jakarta.Bayu dan Kartika berpisah di Terminal Kampung rambutan. Tujuan bayu adalah Pondok Kelapa, sedangkan Kartika ke rumah Om dan tantenya.Bayu pulang ke rumah Bibinya menggunakan transportasi ojek online. Satu jam kemudian dia sampai di rumah Bibinya.Bayu terkejut melihat June berada di rumah Bibinya.“June, kok, kamu ada disini?” Tanyar Bayu bingung.“Kenapa? Aku tidak diterima di sini? Ya sudah aku pulang aja!” Ancam June pura-pura marah.“tidak, tidak jangan pergi, June sayang! Aku hanya terkejut, kamu disini pagi-pagi.” Rayu Bayu lembut.“Pagi apanya? Sudah siang tahu!” Bantah June sambil cemberut.Bayu tidak membantah perkataan June, dia mengambil oleh-oleh yang dia beli dari kampung lalu memberikannya kepada June.“Ini ada oleh-oleh camilan sederhana dari kampung.” Kata Bayu sambil tersenyum.June mengambil bungkusan makanan dari Bayu lalu membukanya kemudian memakannya sambil menggembungkan pipinya, pura-pura marah.“Ada apa, cantik? kamu kelihatannya