Hari ini Bayu berada di terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Dia sedang menunggu kedatangan Bus Malam Tujuan Kota Magelang.Bayu duduk di ruang tunggu dan mengamati keadaan di sekelilingnya. Seperti biasa, dia mengaktifkan kemampuannya untuk mengamati Jin Qorin yang menemani kembaran manusianya di sekitar ruang tunggu.Wajah Bayu menunjukkan perubahan mimik muka yang beraneka ragam. Terkadang serius, terkadang terkejut, sesekali tertawa.“Manusia dengan segala perbuatan dan tingkah lakunya tercermin dari posisi kembarannya. Benar kata Kakek, kemampuan ini membuatku lebih waspada dengan segala macam jenis manusia. Tidak selalu mereka yang terlihat ramah adalah orang baik. Begitu pula kebalikannya.” Gumam Bayu pada dirinya sendiri.Tidak lama kemudian, seorang awak Bus Kencana, bus yang akan ditumpangi Bayu untuk pulang kampung, menghampiri Bayu dan para calon penumpang Bus tersebut.“Penumpang Bus Kencana, Tujuan Kota Magelang, silakan ikuti saya, Sebentar lagi Bus akan berangkat!
Lima hari berlalu sejak Bayu tiba di kampung halamannya. Bayu menghabiskan hari-harinya dengan belajar meningkatkan kemampuannya. Pada malam hari pertasma Bayu tiba di rumah Kakeknya, dia telah menceritakan semua pengalamannya di Jakarta. Mendengar bahwa Bayu bisa memasuki lingkungan alam Jin di rumah kosong Klender dan Rumah angker di Bogor, Kakeknya segera memberikan penambahan keterampilan ilmu gaib kepada Bayu agar bisa bertahan di lingkungan alam Jin. Bayu sibuk merapal doa dan melakukan ritual pagi, siang, petang dan malam hari setiap hari. Menurut Kakeknya, Bayu memiliki bakat bawaan menjadi seorang paranormal yang hebat. Bahkan melebihi bakat Kakeknya. Bayu hanya sempat menelepon atau mengobrol via aplikasi chat dengan June pada sore hari. Selain berlatih meningkatkan kemampuan mistisnya, Bayu juga diperintahkan oleh Kakeknya untuk berlari pagi dan berolahraga setiap hari. Kakeknya juga menyuruh Bayu untuk rajin berlatih Pencak Silat. Untungnya, Bayu telah berlatih pencak s
Bayu tercengang dan linglung melihat pemandangan di depan matanya. Bayu tersentak ketika tangannya ditarik oleh Kakeknya.“Berdiri ikut denganku dan jangan lepaskan tanganmu.” Perintah Kakek Warno.Bayu berdiri dengan tangan masih dipegang oleh Kakeknya. Mereka berdua melangkah kedepan.Bayu melihat sekeliling. Dia melihat deretan bangunan dengan arsitektur yang aneh. Antara gabungan gaya Jawa kuno dengan sentuhan modern. Jalanan di tengah cukup luas mungkin sekitar dua puluh meter lebarnya. Jalanan terbuat dari sejenis batu yang disusun rapi.Banyak makhluk aneh yang berjalan di pinggir jalan. Bayu melihat makhluk yang seperti manusia ikan, manusia berkepala ular dan lain-lain. Seperti dia berada di dunia fantasi.Bayu melihat bangunan-bangunan itu terdapat papan kayu bertuliskan huruf Pallawa1. Bayu agak memahami tulisan-tulisan itu karena sama seperti huruf Hanacaraka2 yang diajarkan di sekolah-sekolah dasar di Propinsi Jawa Tengah sebagai pelajaran bahasa Jawa.“Ini Kerajaan Laut
Hari ini pada sore hari, Bayu akan berangkat kembali ke Jakarta. Bahkan Bayu sepakat membuat janji dengan Kartika untuk kembali ke Jakarta bersama. Mereka memesan tiket Bus Malam yang sama.Selama liburannya di kampung, Bayu beberapa kali berhubungan dengan Kartika melalui telepon dan obrolan aplikasi. Mengingat June, dia tidak terlalu antusias menanggapi Kartika, tetapi menghitung pertemanan mereka semasa sekolah, Bayu tetap berkomunikasi dengan Kartika.“Hei, Bayu, sudah sampai dari tadi?” Sapa Kartika ketika dia mendekati Bayu yang sedang duduk di ruang tunggu Agen Bus Kencana.“Ah, baru lima belas menitan sampai.” Kata Bayu ramah.Kartika membawa tas koper dan kardus yang berukuran agak besar.“Bawa apaan, Tik? Tanya Bayu melihat bawaan kartika.“Oh, ini oleh-oleh buat Om dan Tante di Jakarta. Mama aku yang memaksa bawa, katanya tidak enak kalau tidak bawa oleh-oleh.” Jawab Kartika dengan wajah tidak berdaya. Mereka berdua mengobrol hingga Bus siap berangkat. Setelah meletakkan k
Pagi hari, jam 10 di Jakarta.Bayu dan Kartika berpisah di Terminal Kampung rambutan. Tujuan bayu adalah Pondok Kelapa, sedangkan Kartika ke rumah Om dan tantenya.Bayu pulang ke rumah Bibinya menggunakan transportasi ojek online. Satu jam kemudian dia sampai di rumah Bibinya.Bayu terkejut melihat June berada di rumah Bibinya.“June, kok, kamu ada disini?” Tanyar Bayu bingung.“Kenapa? Aku tidak diterima di sini? Ya sudah aku pulang aja!” Ancam June pura-pura marah.“tidak, tidak jangan pergi, June sayang! Aku hanya terkejut, kamu disini pagi-pagi.” Rayu Bayu lembut.“Pagi apanya? Sudah siang tahu!” Bantah June sambil cemberut.Bayu tidak membantah perkataan June, dia mengambil oleh-oleh yang dia beli dari kampung lalu memberikannya kepada June.“Ini ada oleh-oleh camilan sederhana dari kampung.” Kata Bayu sambil tersenyum.June mengambil bungkusan makanan dari Bayu lalu membukanya kemudian memakannya sambil menggembungkan pipinya, pura-pura marah.“Ada apa, cantik? kamu kelihatannya
Keesokan harinya, jam 1 siang.Bayu tiba di rumah Sandy di Menteng. Rumah Sandy adalah rumah yang sangat besar di kawasan orang-orang kaya lama di dekat rumah mantan Presiden Indonesia kedua jaman orde baru.Bayu diterima kepala pelayan keluarga Sandy. Bayu diantarkan oleh kepala pelayan menuju ruang tamu di rumah Sandy.Menurut informasi dari sang kepala pelayan, Sandy dan istrinya adalah anak bungsu dari keluarga besar pengusaha kayu yang bermitra dengan pabrik alat tulis dari Jerman. Ayah Sandy adalah pengusaha besar sejak jaman orde baru di tahun 70-an.Sandy belum lama menikah dengan istrinya Yuanita yang berasal dari Kota Semarang. Mereka berkenalan sejak masih mereka berdua masih duduk di bangku kuliah di negara Amerika.Sandy tidak terlibat di bisnis keluarganya, dia mendirikan usaha sendiri di bidang makanan, sedangkan istrinya bergerak di bidang fashion.Bayu dipersilahkan duduk di ruang tamu untuk menunggu Sandy yang baru saja kembali dari kantornya.“Wah, maaf ya, Bayu, ka
Di suatu rumah di daerah Bekasi, lima orang sedang berkumpul duduk di atas tikar. Ruangan itu sedikit berkabut asap dengan aroma kemenyan yang kental.“Bagaimana perkembangan kasus Dina?” Tanya seorang pria berwajah bayi.“Tidak optimis, Mas, sepertinya Dina bisa dipastikan akan diputuskan bersalah.” Jawab seorang pria berkulit gelap dan berambut keriting.Bila Bayu ada di sini, dia akan tahu bahwa pria berkulit gelap ini adalah pria yang dia temui di warkop Asep.“Bagaimana pun, Dina adalah Saudari kita. Perkumpulan kita tidak bisa diinjak-injak oleh orang lain. Bocah itu harus mati.” Sahut seorang wanita cantik bertubuh seksi.“Aku tahu! Tidak perlu kamu untuk memberitahuku.” Kata pria berwajah bayi dengan ekspresi dengan ekspresi tidak senang.“Mas Maulana, apakah Mas punya rencana lain untuk membunuh bocah yang bernama Bayu itu?” Tanya seorang perempuan muda berwajah polos.“Bocah itu tidak bisa diremehkan! Santet tidak mempan terhadapnya! Ritual pengorbanan juga tidak berhasil! A
Hari Senin, Jam 7 pagi.Bayu berangkat kuliah. Kegiatan perkuliahan masih memberlakukan jadwal kuliah sehari masuk dan sehari libur karena Pandemi belum dinyatakan selesai.Bayu tiba di kampus jam 7 lewat. Di area parkir dia bertemu Arlen yang sedang memarkir kendaraan motor besarnya.Bayu melihat Arlen sepertinya tidak memarkir kendaraannya dengan benar. Tiba-tiba...‘Brukk!’Kendaraan Arlen jatuh ke samping menimpa kendaraan di sisi kanannya. Seperti domino yang ditata berbaris, kendaraan di sisi kanannya jatuh menyenggol kendaraan lainnya. Lima unit kendaraan jatuh ke samping.Bayu merasakan Dejavu.“Dasar Arlen! Bocah sembrono! Lagi-lagi mengulangi peristiwa pada awal semester lalu!” Kutuk Bayu mengeluh.Bayu bergegas membantu Arlen mendirikan kendaraan yang jatuh. Staf keamanan kampus juga berlari membantu.“Arlen, Arlen... !” Kata Bayu menggelengkan kepalanya.Arlen menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan merasa malu.Untungnya, tidak ada kendaraan yang rusak. Setelah Arlen mem