Bayu duduk di meja belajar tua miliknya dan membaca buku yang diberikan oleh Kakeknya.
Secara garis besar, isi bukunya adalah sebagai berikut:
1. Setiap makhluk hidup memiliki jiwa atau bisa juga disebut ruh/roh. Baik itu manusia atau makhluk gaib seperti Jin.
2. Sebenarnya setiap jiwa atau ruh bisa saling berkomunikasi dan bertemu. Hanya saja, tidak setiap manusia menyadarinya. Ilmu yang diturunkan dalam keluarga Bayu adalah kemampuan melihat, bertemu, mendengarkan, bahkan berkomunikasi dengan hal gaib seperti Jin.
3. Setiap Manusia ditemani oleh dua entitas gaib yang dikenal sebagai Malaikat dan Jin yang disebut Qorin. Jin Qorin berperilaku layaknya manusia yang ditemaninya. Jin Qorin juga sering mempengaruhi pemikiran dan perilaku manusia yang dia temani.
4. Posisi Jin Qorin ada di sisi kiri Manusia. Dalam budaya Jawa, Jin Qorin juga dikenal sebagai 'saudara kembaran jiwa'.
5. Malaikat adalah entitas gaib dari alam yang lebih tinggi, sehingga hanya yang ditakdirkan bisa melihat atau bertemu dengan Malaikat. Di lain sisi, Jin Qorin adalah jin dari alam yang lebih rendah, sehingga manusia yang mempunyai kemampuan tertentu bisa melihat dan berkomunikasi dengannya.
6. Kita bisa berhubungan dengan Jin Qorin tanpa disadari oleh Manusia yang ditemaninya. Bahkan, kita bisa berkomunikasi dengan Qorin yang teman manusianya telah meninggal dunia karena umur Qorin lebih panjang dari Manusia yang ditemaninya.
7. Jin Qorin sama dengan Jin lainnya. Sebaik-baiknya Jin adalah senakal-nakalnya Manusia. Terkadang setelah Manusia mati, Qorin-nya meniru wujud dan perilaku Manusia tersebut, terutama Manusia yang semasa hidupnya berperilalu buruk atau jahat. Qorin juga sering meniru kebiasaan Manusia tersebut selama masa hidupnya.
8. Manusia yang mati secara tidak wajar karena pembunuhan, kecelakaan, atau bunuh diri, seringkali membuat Qorin-nya bergentayangan dengan wujud yang sama seperti teman Manusianya.
Hal ini biasanya disebabkan karena berbagai hal. Sebagai contoh, bila Manusia itu mati dibunuh, Qorin-nya akan bergentayangan selama si pembunuh tidak diungkap. Bahkan untuk tingkat ekstrim, selama Qorin tidak mengetahui bahwa si pembunuh belum mati atau pembunuh belum terungkap, Qorin akan terus bergentayangan di area pembunuhan Manusia tersebut.
Untuk Manusia yang mati bunuh diri, sang Qorin akan mengulang tindakan bunuh diri teman Manusianya. Terus-menerus tanpa henti. Tindakan bunuh diri dari anak Manusia biasanya karena dorongan dan bisikan sang Qorin.
9. Qorin juga suka menghasut teman Manusianya untuk berbuat negatif. Perbuatan negatif ini banyak macamnya, di antaranya membunuh, mencuri, memperkosa, memfitnah, bunuh diri, dan semua kejahatan baik besar atau kecil.
10. Kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan Qorin bermanfaat untuk mengetahui dan mengantisipasi berbagai keadaan dan situasi manusia yang ditemani oleh Qorin, baik mati atau hidup.
11. Kemampuan ini juga bisa digunakan untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dari perspektif nenek moyang keluarga Suwarno.
12. Kebiasaan berperilaku sehari-hari si Manusia yang masih hidup apakah dia biasa berperilaku baik atau buruk bisa dilihat dari posisi keberadan sang Qorin.
Bila orang itu biasa berperilaku sangat baik, posisi keberadaan Qorin-nya memiliki jarak paling tidak sejengkal dari sisi lengan kiri orang itu. Untuk Perilaku yang relatif baik, Qorin hanya menempel di sisi kiri lengan manusianya.
Semakin buruk perilakunya, posisi Qorin semakin dekat dengan orang itu. Bahkan bagi orang yang sangat jahat, posisi Qorin menyatu dengan sisi kiri orang jahat itu, seakan-akan orang tersebut mempunyai dua kepala. Sebaiknya, berhati-hati bila melihat ‘Manusia berkepala dua’. Bila kita lengah, mungkin Manusia ini akan mencelakakan kita.
13. Pengguna ilmu komunikasi dengan Jin Qorin yang telah berpengalaman dan terlatih, jiwanya akan menjadi lebih kuat. Dengan jiwa yang kuat, pengguna bisa memisahkan kedekatan antara Qorin dan manusianya dengan resiko yang relatif tinggi juga. Mereka bahkan bisa membunuh Qorin bila jiwa pengguna telah menjadi sangat kuat.
Namun untuk membunuh Qorin, pengguna harus membayar harga yang sangat mahal. Harga yang harus dibayarkan pembunuh Qorin di antarnya adalah kelelahan mental dan pikiran si pengguna, gangguan mental dan jiwa pengguna bila Qorin melawan dengan keras, hingga hukuman dari Tuhan.
14. Untuk mengaktifkan ilmu ini, terdapat tiga proses utama dalam mengaktifkan ilmu, yaitu:
- Proses pertama adalah membuka mata batin. Proses ini biasanya bisa dilakukan dengan bantuan pengguna lain.
- Proses kedua adalah melatih mata batin untuk melihat Qorin-nya sendiri. Di tahap ini, dibutuhkan kesabaran dengan cara ‘menghipnotis diri sendiri’.
- Proses terakhir adalah melatih mata batin untuk melihat Jin Qorin orang lain. Tahapan ini tidak sulit dilakukan bila sudah terbiasa melakukan proses kedua.
Semua latihan hendaknya dilakukan saat posisi pikiran kita sedang jernih, yakni ketika kita terbangun di tengah malam atau dini hari.
***
Bayu menutup bukunya sambil menghela nafas.
Setelah membaca buku dari Kakek Warno, Bayu bertanya-tanya.
Apakah kakeknya menggunakan ilmu ini untuk menjadi paranormal? Untuk memahami orang lain, pengguna ilmu ini harus bertanya kepada Qorin orang tersebut tentang situasi dan kondisi orang tersebut, sehingga si pengguna ilmu bisa mengambil langkah untuk menasehati atau memecahkan masalah orang tersebut.
Menurut Bayu, manfaat yang terbesar dari kemampuan ruh ini adalah mengantisipasi sikap dan tindakan orang lain terhadap kita.
Hal tersulit yang bisa dipahami manusia adalah hati orang lain. Dengan kemampuan ini, Bayu yakin bisa memilih cara untuk bertindak pada saat yang diperlukan.
Saat Bayu sedang tenggelam dalam pemikirannya, tiba-tiba terdengar suara bibinya dari luar kamar, “Bayu, kamu belum makan, toh? Ayo, keluar dan makan dulu. Kalau tidak, nanti kamu sakit!”
“Iya, Bulik! Sebentar lagi saya keluar untuk makan!” Bayu menjawab bibinya dari dalam kamar, lalu melangkah keluar dari kamar.
Dia melihat makanan yang terhidang di meja makan dan bertanya secara retoris, “Wah, ada tempe mendoan ya, Bulik?”
Mendengar perkataan keponakannya, sang Bibi pun berkata, “Cuci tanganmu dulu biar tidak ada kuman. Ingat lho virus Corona merajalela sekarang!”
Virus Corona yang terus-menerus bermutasi ini menggerogoti kekebalan tubuh manusia. Sejak penyebarannya, banyak penduduk desa yang terjangkit virus ini. Ada yang sembuh dan ada yang meninggal. Meskipun sebagian besar orang yang meninggal adalah orang yang telah lanjut usia, hal ini tidak menyurutkan pemikiran bayu untuk berhati-hati.
Akhirnya, Bayu bergegas menuju wastafel dan segera mencuci tangannya dengan sabun cair antiseptik.
Setelah mencuci tangan, Bayu buru-buru duduk di meja makan dan mengisi piringnya dengan nasi, sayur nangka dan dua potong tempe mendoan.
Saat makan, bayu mengobrol santai dengan bibinya, “Bulik, Kakek sudah berapa lama tidak buka praktik?”
“Belum lama. Baru tiga hari! Kakekmu kelelahan. Tiga hari yang lalu, dia pergi ke Yogyakarta. Katanya, ada pasien di sana! Kakekmu diantar-jemput sama Pak Yono yang orang Muntilan. Pasiennya itu masih saudara Pak Yono!” Bibinya menjelaskan.
“Memangnya, sakit apa pasien dari Yogya itu? Kenapa juga kakek sampai kelelahan?’” Bayu mendengus kesal berpikir orang Yogya itu pasti membuat kakek kesulitan.
“Bulik tidak tahu! Bulik Tidak berani tanya sama Kakekmu,” kata Bibi Wati sambil menggelengkan kepalanya.
Kemudian, keduanya makan tanpa bicara lagi. Bayu makan dengan lahap karena menu makan hari ini adalah makanan favoritnya.
Selesai makan, Bayu bersiap untuk tidur lebih cepat, dia ingin bangun jam dua dini hari untuk berlatih proses kedua.
Masuk ke kamarnya, Bayu mengatur alarm pada jam wekernya tepat jam dua pagi. Dia tak lupa untuk mengunci jendela dan menutup gorden kamarnya. Saat dia ingin memejamkan mata, sudut matanya menangkap bayangan putih sedang berdiri di samping meja belajar tuanya.
Tanpa takut, Bayu pun berkata pada sosok itu, “Aku mau tidur dulu ya! Kamu jangan ganggu aku! Kalau bisa, tolong bangunkan aku jam dua pagi nanti, ya!”
Sejak berumur lima tahun, Bayu memang sering melihat kehadiran ‘makhluk lain’. Pada awalnya, dia ketakutan dan sering memaksa tidur bersama Kakeknya. Hal itu membuat Kakeknya sering menasehati Bayu bahwa hal-hal gaib itu tidak akan menyakiti manusia. Dengan syarat, manusia itu percaya kepada Tuhan. Jadi, manusia tidak perlu takut kepada mereka.
Lama kelamaan, seiring bertambahnya usia, Bayu mulai terbiasa dengan kemampuan bawaannya dan menjadi lebih berani.
Bayu berbaring meletakkan kepalanya di bantal dan menarik selimut tebal hingga kakinya. Mengenakan selimutnya, Bayu memejamkan mata dan menenangkan pikirannya agar dia bisa tidur dengan cepat.
Tidak lama kemudian, terdengar napas berhembus dengan teratur.
Bayu tertidur dengan tenang.
***
Tiba-tiba, Bayu mendengar jam wekernya berbunyi. Tak hanya itu, Bayu tersentak karena merasakan tangan yang sangat dingin menyentuh kakinya.
Dia bangun dan duduk di ranjangnya dan saat memandang jam weker yang berbunyi, waktu masih menunjukkan pukul 01.55 pagi.
Bayu bangkit dari ranjangnya untuk mematikan tombol alarm pada jam weker dan berkata kepada entah siapa, “Terima kasih sudah membangunkan aku!”
Bayu keluar dari kamarnya menuju kamar mandi yang terletak di ruang makan. Setelah mencuci mukanya, dia kembali duduk di atas ranjang untuk membaca doa yang diajarkan dari buku tulis Kakek.
Pikirannya telah terfokus dan mensugesti untuk segera melihat ‘saudara kembaranya’ di sebelah kirinya.
Bayu memikirkannya berulang-ulang. Terus berkonsentrasi memikirkannya.
Hingga pukul 03.00 pagi...
Bayu dapat merasakan udara dingin berhembus di sebelahnya.
Sontak, Bayu membuka matanya dan melihat ke sebelah kirinya.
Dia menemukan wajah yang identik dengan dirinya, tetapi berkulit pucat sedang memandang dirinya.
‘Kembarannya’ duduk berdempetan. Bahu ketemu bahu dengan dirinya.
“Apakah kamu saudara kembarku?” Bayu langsung bertanya kepada sosok yang duduk menempel pada dirinya.
“Aku adalah kamu dan kamu adalah aku!” suara dingin dan datar menjawab.
“Tidak! Aku adalah aku dan kamu adalah kamu! Kamu adalah Qorin, jin yang menemaniku!”
Dia diam tidak menjawab hanya menatap Bayu.
“Mengapa kamu duduk menempel padaku? Tidak bisakah kamu agak sedikit bergeser?” Bayu berkata kepada Qorinnya.
“Tidak, aku menempel ke tubuhmu saat ini. Bila kamu ingin aku menjauh sedikit, kamu harus lebih banyak berbuat baik dan berhenti berbuat nakal!” Qorin menjawab.
“Aku berbuat nakal apa?” Bayu bertanya kembali.
“Kamu terkadang berbohong kepada guru dan teman-temanmu di sekolah. Kamu kadang mencontek ujian teman sebangkumu. Kamu kadang membolos dari sekolah. Kamu juga terkadang suka menonton video porno!” Qorin Bayu menjabarkan perbuatan nakal bayu.
“Jadi, bila aku berhenti berbohong, tidak lagi membolos, tidak lagi mencontek, dan berhenti menonton pornografi, kamu akan menjauh dariku?” Bayu bertanya ingin memastikan.
“Ya! Tetapi, mungkin kamu akan tetap mengulangi perbuatanmu karena aku tahu kamu! Aku adalah kamu dan kamu adalah aku! Aku selalu mendukung perbuatanmu! Jangan dengarkan suara hati kecilmu, si Malaikat itu! Dia tidak mengerti perasaanmu! Dia tidak tahu betapa asyiknya berbuat nakal!” suaara dingin itu menjelma menjadi lebih hangat seolah dia adalah sahabat baik Bayu.
Bayu terkejut dengan perubahan suaranya. Dia merasa seperti mendapatkan dukungan yang kuat untuk berbuat apa pun.
“Tidak! Aku harus tegas! Aku adalah aku dan dia adalah dia! Aku tidak boleh terjerumus dalam bujukannya!” hati Bayu bertekad untuk melawan.
“Sudahlah! Menghilanglah dariku! Aku muak melihatmu!" Bayu meneriaki kembarannya dengan suara pelan tapi tegas.
Dalam sekejap, wajah dingin itu menghilang.
Tidak ada lagi sosok yang duduk menempel di sampingnya. Tak lama, Bayu tiba-tiba merasa lelah dan tubuhnya merosot langsung tertidur di ranjangnya.
Catatan :
Untuk bab-bab selanjutnya Jin Qorin akan disebut sebagai kembaran atau kembaran jiwa.
Bayu tidur sampai jam 9 pagi. Dia tidak akan bangun lebih cepat bila bibinya tidak masuk ke kamarnya dan membangunkannya.Ketika Bayu bangun, dia merasa kepalanya pusing. Badannya terasa linu dan ototnya ngilu. Bayu masih ingin tidur karena lelah.“Bulik, saya merasa tidak enak badan! Biarkan saya istirahat hari ini ya!” Bayu memohon izin kepada bibinya.“Buliksudah menyiapkan sarapan pagi buat kamu lho! Bulik masak soto ayam sama tempe goreng. Ayo, bangun sarapan dulu! Setelah itu, minum obat masuk angin!” Bibi Wati memaksa Bayu untuk bangun agar bayu mau makan dan minum obat.“Ayo bangun, Kakekmu juga sudah bangun lho, dia lagi duduk di ruang makan menunggu kamu!” kata Bibi Wati membujuk Bayu.“Apa, Bulik, Kakek juga sarapan bersama kita?” tanya Bayu.“Iya, makanya, ayo sarapan ba
Seminggu telah berlalu. Sore hari ini, Bayu harus berangkat ke Jakarta. Dia berangkat menggunakan moda transportasi Bus Travel dari kota Muntilan. Kota Muntilan adalah kota kabupaten terdekat dari desa Bayu. Kota ini kecil dan tidak ramai. Dari desanya ke kota Muntilan hanya memakan waktu setengah jam. Bayu dijemput dan diantarkan ke Agen Bus Travel oleh teman Kakek Warno, Pak Yono, menggunakan mobil van miliknya. Di dalam mobil, Bayu iseng ingin melihat Kembaran pak Yono. Ketika Bayu mengaktifkan kemampuannya, dia melihat Kembaran pak Yono menempel di punggungnya dan posisi kepala Kembarannya berada di bahu kiri Pak Yono. Bayu terkejut melihat ini dan bergumam kepada dirinya sendiri, “Pak Yono ini bukan orang baik, kurasa? Kembarannya hampir bersatu dengan tubuhnya!” “Mengapa Kakek berteman baik
Menjelang siang hari, Bayu sampai di rumah ibunya di Klender. Bayu bertemu adik perempuan tirinya yang berusia 4 tahun di teras rumah ibunya. Gadis kecil itu sedang bermain boneka dan tentu saja ditemani bocah perempuan yang persis sama dengan wajah adiknya. Kembaran adiknya duduk di sampingnya hanya melihat tanpa bersuara. Kedatangan Bayu mengalihkan perhatian keduanya. Mereka menatap Bayu tanpa berkedip. Adik tiri Bayu tiba-tiba berseru memanggil, “Maaa, ada tamu!” “Kakak, kamu siapa? Mama, ada abang-abang bertamu nih!” gadis kecil itu bertanya lalu berteriak lagi memanggil Ibunya. Sesosok wanita dewasa dengan fitur wajah yang mirip Bayu keluar dari dalam rumah. “Bayu! Kamu sudah sampai!” wanita itu berseru sambil tersenyum. “Ibu! Iya, Bayu sudah datang,” Bayu berkata dan berjalan menghampiri w
Bayu menyeberangi jalan kecil di depan rumah kontrakan. Dia sampai di depan Warkop dan mengamati. Dia melihat penjual di warkop adalah pria muda sekitar usia 20 tahun. Perawakannya kecil, matanya cekung seperti orang kurang tidur. Bayu memasuki warung yang terbuka bagian depannya. Dia duduk di sudut dalam Warkop. Warkop nampaknya juga menjual mi instan, bubur kacang hijau dan gorengan. Melihat daftar menu yang di tempel di dinding warkop, Bayu berkata, “Kang, saya pesan teh hangat dan bubur kacang hijau!” Si penjual yang terkantuk-kantuk mendadak bangun mendengar suara Bayu. “Oh, iya, a’!” Sambut si penjual. Oh, iya, nama akang siapa ya? Saya Bayu, saya keponakan Pak Santoso yang punya kontrakan di seberang. Saya baru datang dari kampung hari ini!” kata Bayu memperkenalkan diri. “Saya Asep, a’!” Jawab si Penjual singkat sambil menyiapkan pesanan Bayu. Bayu ya
Pukul 9 Malam, Bayu kembali ke rumah kontrakan. Setelah mengobrol dengan Paman dan Bibinya, dia baru menyadari bahwa setiap kamar mempunyai nomor masing-masing. Di lantai bawah yang dimulai dari kamar Bayu adalah nomor 101 dan seterusnya hingga 110. Di lantai dua, mulai dari kamar 201 hingga 210. Dan lantai tiga mulai dari 301 hingga 310. Bayu dipercayakan memegang kunci kamar yang kosong. Dengan harapan begitu ada calon Penyewa, dia bisa langsung menunjukkan ruangan di dalam kamar yang diminati calon Penyewa sekaligus bila calon Penyewa langsung membayar uang sewa untuk satu bulan ke depan, dia bisa langsung memberikan kuncinya kepada Penyewa. Kembali ke kamarnya dia mencuci kaki, tangan dan wajahnya sebelum tidur. Bermain ponsel sebentar, kemudi
Sampai di depan pintu kamar 302, Bayu memasukkan anak kunci di lubang kunci pintu sambil mengaktifkan kemampuannya. Bayu membuka pintu kamar, masuk ke ruang depan. Kamar yang seharusnya kosong, sekarang ada karpet plastik di ruangan depan kamar itu. Beberapa bantal bergambar kartun tergelatak di karpet. Tidak ada apa-apa lagi selain itu. Bayu berdiri di dalam ruang depan mengamati ke seluruh ruangan mencoba mencari suatu petunjuk ketika tiba-tiba dia mendengar suara perempuan menangis pelan dari dalam ruang tengah. Bayu melangkah berjalan menuju ruang tengah. Dia berhenti di depan pintu yang terbuka di antara ruang depan dan ruang tengah. Bayu berdiri melihat ke dalam ruang tengah. Hanya ada kasur busa yang diletakkan di lantai bersama dua buah bantal. Di atas kasur busa, duduk seorang perempuan dengan kepala berdarah, dia sedang menangis sedih. Bayu mendekat
Bayu mendapatkan pemikiran untuk bertemu pria yang terbunuh dengan sengaja. Tetapi sebelum itu dia akan bertanya-tanya kepada Asep tentang Kardi. Bayu menduga pria itu adalah kardi, karena pria itu mati di kamar yang sama dengan Bayu. Menurut dugaannya kamar ini selalu ditempati pengurus kontrakan. Bayu merasa mulutnya iseng ingin makan camilan dan berpikir, “lebih baik ngemil di Warkop Kang Asep sambil menyelidiki Kardi saja!” Bayu pergi menuju Warkop di seberang. Dia melihat Asep sedang menggoreng tempe, sementara di meja Warkop sudah ada tempe goreng yang masih mengepulkan asap. Bayu duduk di bangku kayu panjang dan memesan minuman, “Kang, minta teh hangat satu ya!” “Iya, ini ada gorengan baru saja matang, sekalian atuh, dicoba!” Asep berkata menawarkan gorengan buatannya. Bayu mengambil tempe goreng lalu mengigitnya. Sesaat kemudian, teh hangat tersaji
“Ada apa, nak? Kamu bebas mengatakan kepada ibu. Jangan menyimpan masalahmu sendiri!” Ibu berkata dengan cemas. “Bu, apakah Ibu tahu apa pekerjaan Kakek selama ini?” Bayu bertanya. “Ibu tahunya Kakekmu adalah seorang tabib. Pekerjaannya adalah menyembuhkan orang dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh orang lain.” Anti menjawab. “Kalau Bayu bilang pekerjaan Kakek yang sebenarnya adalah seorang Paranormal, apakah ibu percaya?” Bayu bertanya lagi. “Pranormal? Apa ada bedanya dengan Tabib?” Anti bertanya kembali kepada Bayu. “Jauh berbeda, bu! Kakek adalah seorang dukun!” Bayu menjawab jujur. “Dukun? Maksud kamu dukun yang suka menyantet orang, gitu?” Anti bingung. “Bukan, bu! Memang benar, bisa dikatakan pekerjaan Kakek menolong orang, tapi dalam hal lain. Kakek membantu memecahkan masalah orang lain, tapi bukan menyembuhkan penyakit.” Alex menj
“Qorin Paramita, kamu kembali menjaga tubuh Bibi! Biarkan aku yang menghadapi penculik Bibi! “ Perintah Bayu tegas.“Baik! Aku kembali dan kamu berhati-hatilah!” Jawab Kembaran Paramita lalu kembali ke kamar ICU.Bayu berjalan pelan ke kamar mayat dan membuka pintunya.Bayu melihat ke sekeliling kamar mayat yang dingin. Dia melihat beberapa wajah pucat yang berdiri di sekitar jenazah yang terbujur kaku an ditutupi selimut.Mata Bayu tertuju ke sudut kamar mayat. Dia melihat semacam kandang besar yang kira-kira berukuran tinggi tiga meter, lebar dua meter dan panjang dua meter. Di depan kandang berdiri makhluk berwujud ular setinggi tiga meter.Di dalam kandang, Bayu melihat sosok yang mirip Gustian sedang memperkosa perempuan yang mirip Paramita.“Bangsat, makhluk hina lepaskan Bibiku!” teriak Bayu marah.Makhluk berwujud ular tiba-tiba menyerang Bayu, menerkam ke arah Bayu. Bayu yang lengah terkejut dan terkena pukulan ekor ular. Bayu terdorong ke belakang sejauh dua meter. Bayu memu
Bayu yang mendengar jeritan Paramita, segera bangkit dari ranjangnya dan berlari keluar kamarnya menuju kamar Paramita di sebalah.Beruntung, kamar Paramita tidak dikunci. Bayu langsung membuka pintu kamar paramita dan bergegas masuk.Bayu melihat Paramita yang tidur telentang, Dia segera menghampiri Paramita dan mencoba membangunkannya, “Bibi, Bibi, bangun!”“Bangun, BI!” Teriak Bayu sambil mengoncang tubuh Paramita agak keras.Bayu yang panik, segera menutup mata dan membaca doa.Bayu membuka matanya dan melihat sosok wanita yang mirip Paramita sedang duduk di samping tubuh Paramita. Wajahnya pucat, bibirnya kering dan nampak pecah-pecah.“Hai Kembaran Bibi Paramita! Apa yang terjadi pada Bibiku?” Tanya Bayu suram.“Bayu, Jiwa Bibimu telah diculik oleh Gustian yang dibantu oleh Maulana!” Jawab Kembaran Paramita.“Apa? Gustian bersama Maulana? Bagaimana mungkin?” Tanya Bayu tidak percaya.“Aku tidak tahu bagaimana Gustian dan Maulana bisa bersama, yang pasti saat ini, bibimu sedang k
Bayu dan June sedang duduk di warung Es dan Bubur Garut, di Jalan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.“June, sepertinya aku sudah tidak bisa lagi terus melajang, aku ingin segera menikahi kamu!” Kata Bayu serius.“A...apa? kamu ingin segera kita menikah?” Tanya June gugup.“Ya, rencana kita menikah dengan wali kakak laki-lakimu harus segera kita laksanakan! Jujur, aku takut bila pernikahan kita ditunda terus, kita akan melakukan perbuatan zina, cepat atau lambat!” Kata Bayu dengan wajah memohon.June menatap mata Bayu dengan kelembutan dan rasa cinta.“Paling tidak kita menikah rahasia secara agama, dengan wali hakim dan kakak laki-lakimu sebagai saksi.” Saran Bayu tegas.“Baik, kita lakukan rencana kamu, Bayu... Besok aku akan membujuk Kakakku untuk datang ke Basecamp kita!” Jawab June serius.“Besok aku ajak main game konsol dulu, baru aku bujuk pelan-pelan ya Kakak kamu!” Jelas Bayu sambil menyesap teh hangat yang tersedia di mejanya.Keluarga June berbeda agama dengan Bayu, di samping i
“Jangan bangun! Bibi Cuma ingin memeluk kamu! Biarkan seperti ini! Bibi sudah lama tidak memeluk laki-laki!” Kata Paramita lemah. Bayu terdiam dan tidak bergerak. Dia merasa canggung sekaligus kasihan kepada Bibinya. Tidak lama kemudian Bayu merasa tubuh Bibinya bergetar. Sesaat kemudian, Bayu mendengar isak tangis yang pelan dari punggungnya. Tidak lama kemudian, suara isak tangis mereda. Bayu meraih jemari Paramita yang memeluknya dari belakang. Bayu menggenggam jemari Paramita dengan erat tapi lembut. “Bi, jangan sedih! Bayu sayang sama Bibi! Selama ini Bibi sudah sangat baik sama Bayu.” Bayu berkata dengan lembut sembari menepuk-nepuk punggung tangan Paramita, berusaha menghiburnya. “Adik Bayi tidak kelihatan, pasti dititipkan ke rumah kakek neneknya. Tampaknya Bibi sudah siap hendak berduaan dengan Gustian. Aku sudah mengacaukan rencana Bibi.” Pikir Bayu agak menyesal. “Bibi, bukannya Bayu hendak menggurui atau apapun, Bayu hanya menyarankan, sebaiknya Bibi sabar mencari pa
Bayu menghampiri Gustian yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengaktifkan video rekaman di ponselnya.Bayu membaca doa dan berkonsentrasi sejenak, lalu berkata sambil menjentikkan jarinya, “Tidur!”Gustian merosot di kursi kehilangan kesadarannya. Bayu mengarahkan kamera ponselnya.“Keluar!” Suara Perintah tedengar dari mulut Bayu.Kembaran Gustian tiba-tiba menampakkan dirinya. Hanya Bayu dan kamera ponselnya yang bisa melihat penampakan Kembaran Gustian.“Siapa nama Kembaranmu yang sedang tidur?” Tanya Bayu acuh tak acuh.“Kembaranku bernama Ari Gustian.” Jawab Kembaran Gustian.Paramita dan June hanya bisa mendengar suara Kembaran Gustian, tetapi tidak dapat melihat sosoknya. Bayu menolah dan melihat Paramita dan June.“Bibi, June, kemarilah! Bibi bisa melihat sosok Kembaran Gustian di layar ponsel Bayu!” Kata Bayu.Paramita dan June bergegas ke punggung Bayu. Keduanya penasaran dengan tampilan Kembaran Gustian.“Apa tujuan Gustian mendekati Bibi Paramita? Apakah murni kare
Bayu menegang melihat June sedang disandera oleh Maulana. “Lepaskan June! Kamu tidak akan pernah bisa menang melawan kebenaran. Aku tidak ingin membunuh jiwamu di alam ini!” Teriak Bayu marah. “Kamu mundur dan kembali atau aku akan membunuh jiwa June sekarang!” Tantang Maulana dengan wajah sombong. Bayu membaca doa yang kuat untuk melemahkan Jiwa Maulana. Namun Bayu terkejut, bahwa Maulana tidak terpengaruh. “Hahaha, aku bukan Jin, jadi kamu membaca doa yang salah!” Tawa Maulana semakin arogan. “Sial, aku lupa bahwa dia sama seperti aku, dia manusia dan bukan Jin!” Gumam Bayu agak panik. Bayu berpikir dan teringat doa untuk mengalahkan setan. Manusia yang jahat juga sama seperti setan. Kakeknya pernah berkata, bahwa setan itu bukan hanya berbentuk Jin, manusia dan hewan yang jahat juga termasuk golongan setan. Bayu mencoba membaca doa untuk mengalahkan setan. Tiba-tiba Maulana bergetar. Tubuhnya melemah. “Sialan kamu!” Umpat Maulana panik. Tubuh Maulana berubah transparan kemu
Bayu melihat sosok perempuan berwajah cukup cantik yang telanjang bulat dengan tubuh yang sangat menggoda sedang menatapnya ketakutan.“Kamu membunuh Tuanku! Kamu harus mati!” Teriak perempuan itu marah.Tubuh perempuan itu tiba-tiba berubah. Sekujur tubuhnya mengeluarkan sisik hitam. hanya saja kakinya tetap kaki manusia meskipun bersisik.Bau amis ular menyerang hidung Bayu. Mata perempuan itu berubah merah darah. Kuku jarinya memanjang.Bayu tidak menunggu perempuan itu berubah sepenuhnya, dia langsung menyerang perempuan itu dan menebas lehernya. Perempuan itu jatuh ke lantai dengan darah berceceran dan mati.Bayu merasakan angin dari sisi belakangnya, Bayu segera memutar tubuhnya dan mengayunkan pisau daging dengan kecepatan tercepatnya. Sayangnya serangan Bayu meleset.Bayu melihat penyerangnya. Dia seorang pria dengan wajah bayi dan berambut keriting, tetapi dia memiliki sisik ular berwarna hitam legam di sekujur tubuhnya yang telanjang. Hanya saja kakinya milik manusia normal.
Seorang wanita tua dengan senyum ramah terlihat di hadapan Bayu.“Ah, sangat jarang jiwa manusia datang ke rumahku! Masuk, masuklah, anak muda!” Kata wanita tua itu dengan ramah.Bayu sedikit ragu-ragu sebelum melangkah memasuki ruang tamu milik wanita tua itu.“Ayo, ayo, duduk, anak muda!” Kata wanita tua itu mempersilahkan Bayu untuk duduk di kursi tamu yang nampak tua, mungkin umur kursi itu setua wanita tua yang ramah itu.Bayu duduk dengan sopan. Wanita tua itu masuk ke dalam rumahnya lalu keluar sambil membawa nampan berisi piring kecil dan dua cangkir.Sambil meletakkan nampan, wanita tua itu berkata dengan ramah, “Jarang sekali aku menerima tamu, sekalinya ada tamu, tamuku seorang manusia! Sungguh beruntung! Ayo diminum tehnya dan dicicipi camilannya!”Bayu melihat ke piring kecil yang diletakkan di atas nampan di depannya. Bayu melihat serangga yang mirip kecoak berjumlah beberapa tergeletak mati di dalam piring itu. Selanjutnya Bayu melihat ke dalam isi cangkir yang terletak
Bayu menerobos masuk tanpa permisi karena dia telah diliputi emosi. Bayu bersiap untuk kemungkinan terburuk. Dia masuk sambil menundukkan badannya, agar tidak bisa diserang.Bayu terhuyung ke dapan dan jatuh ke lantai. Bayu segera mendongakkan kepalanya dan melihat ke sekeliling ruangan tamu di ruang 308, tetapi dia tidak melihat siapapun.Bayu segera berdiri dan berjalan dengan hati-hati menuju ruang dalam. Dia tidak menemukan siapapun di ruang bagian dalam.Bayu mencari ke bagian dapur dan kamar mandi. Bayu masih tidak menemukan siapapun. Akhirnya Bayu memasuki kamar tidur.“June!” Teriak Bayu panik.Bayu melihat June terbaring diam di ranjang ganda di kamar tidur itu. Dia segera menghampiri June.Bayu mencoba membangunkan June. Bayu juga mencari keberadaan Kembaran June.Bayu merasakan June masih bernapas. Napasnya tenang seperti orang yang sedang tidur. Mata Bayu tertuju ke arah kertas di sebelah kepala June.Bayu mengambil catatan di sebalah kepala June dan membaca.‘Bayu, kalau