Home / Horor / Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa / Bab 4 Berangkat ke Jakarta

Share

Bab 4 Berangkat ke Jakarta

last update Last Updated: 2022-03-11 23:51:26

Seminggu telah berlalu.

Sore hari ini, Bayu harus berangkat ke Jakarta. Dia berangkat menggunakan moda transportasi Bus Travel dari kota Muntilan.

Kota Muntilan adalah kota kabupaten terdekat dari desa Bayu. Kota ini kecil dan tidak ramai. Dari desanya ke kota Muntilan hanya memakan waktu setengah jam.

Bayu dijemput dan diantarkan ke Agen Bus Travel oleh teman Kakek Warno, Pak Yono, menggunakan mobil van miliknya.

Di dalam mobil, Bayu iseng ingin melihat Kembaran pak Yono.

Ketika Bayu mengaktifkan kemampuannya, dia melihat Kembaran pak Yono menempel di punggungnya dan posisi kepala Kembarannya berada di bahu kiri Pak Yono. Bayu terkejut melihat ini dan bergumam kepada dirinya sendiri, “Pak Yono ini bukan orang baik, kurasa? Kembarannya hampir bersatu dengan tubuhnya!”

“Mengapa Kakek berteman baik dengan orang ini?” pikir Bayu lagi.

“Ah, sudahlah! Bukan hakku untuk mengatakan hal ini.” Bayu menepis kekuatirannya dan duduk diam di dalam mobil pak Yono.

Tidak menunggu lama, mobil sampai di Agen Bus Travel.

Setelah mengucapkan terima kasih, Bayu turun dari mobil dan bergegas menuju kantor Bus Travel dengan membawa Ransel Hiking yang berisi pakaian, sepatu, dan berkas dokumen kelulusan.

Bus Travel adalah layanan angkutan umum yang lebih baik dibanding Bus biasa dan Bus Malam.

Tempat duduknya lebih nyaman dan Bayu duduk di kursi satu baris. Busnya memiliki kursi satu baris dan dua baris, kapasitasnya hanya 24 penumpang.

Duduk di kursi tamu di ruang tunggu, Bayu bermain dengan ponselnya.

Penumpang yang datang belum banyak. Baru ada lima orang, termasuk Bayu.

Lima belas menit kemudian, calon penumpang yang datang bertambah. Hal ini membuat Bayu iseng ingin melihat Kembaran mereka.

Bayu mengaktifkan kemampuannya secara instan. Kemudian, dia melihat ke sekeliling ruangan.

Ada berbagai macam pose dari Kembaran mereka. Namun, dua Kembaran Jiwa penumpang Bus membuat Bayu terkejut.

Ada kembaran jiwa milik wanita cantik yang mengenakan kaos dan celana jeans ketat yang duduk di ujung kursi tamu. Kembarannya menempel di punggung wanita itu dan posisi kepalanya dengan dagu bersandar di bahunya. Wajahnya pucat berlumuran darah dan matanya merah, membuat Bayu merasa ngeri, hingga dia memalingkan mukanya ke arah Kembaran aneh yang kedua.

Seorang pria dengan kaos santai, tetapi anehnya kembaran pria tersebut menggunakan baju koko dan mulutnya berkomat-kamit, seperti berdoa atau berdzikir.

“Memang, tidak bisa menghakimi seseorang hanya dari melihat penampilan luarnya saja!” Bayu berpikir dalam hatinya.

Bayu tenggelam dalam pikirannya ketika suara seorang pria terdengar, “Calon penumpang Bus Travel dengan tujuan Pasar Senen, Jakarta silakan menaiki Bus sekarang! Lima belas menit lagi, Bus akan segera berangkat!”

“Koper dan bawaan yang berukuran besar, silakan dimasukkan ke dalam bagasi! Petugas Bus akan membuka bagasi sekarang. Posisi bagasi ada di samping kiri Bus!” Awak Bus Travel berteriak lagi.

Bayu mengangkat ransel Hikingnya dan berjalan menuju bagasi Bus. Dia menyerahkan ransel kepada petugas yang menata bawaan penumpang di dalam bagasi Bus. Setelah itu, Bayu naik ke atas Bus memilih kursi sesuai tiketnya.

Setelah duduk di kursi baris pertama, Bayu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan obrolan kepada ibunya untuk memberitahu bahwa dia sudah berada di dalam bus dan akan segera berangkat menuju kota Jakarta.

Sambil menunggu Bus berangkat, Bayu menonton video online. Tidak lama kemudian, awak Bus menyatakan bahwa bus segera berangkat.

Bus melaju kencang  ke kota Magelang. Hanya sebentar bus mampir di kota Magelang untuk menjemput penumpang.Dari kota Magelang, bus melaju menuju kota Semarang. Setelah dua jam kemudian, bus memasuki kota Semarang untuk menjemput penumpang terakhir dari Agen.

Setelahnya, Bus masuk ke jalan tol dan melaju tanpa henti ke Jakarta. Mulai merasa bosan, Bayu akhirnya tertidur.

Namun ... dalam mimpinya, wanita berwajah pucat dan berlumuran darah berdiri di koridor bus mengacungkan pisau berlumur darah segar dan berkata pada Bayu, “Hei, bocah! Sampai saat ini, aku telah membunuh tiga bayi dan dua anak kecil. Jangan mencampuri urusanku sampai kapan pun! Bila tidak, apakah kamu ingin kubunuh juga?”

Seringai kejam muncul di wajah pucat wanita menyeramkan itu. Tanpa sadar, Bayu meringkuk ketakutan di kursinya mendengar ancaman wanita itu.

Tiba-tiba, wanita itu bergerak perlahan menghampiri kursi Bayu.

Dengan mata haus darah yang menatap Bayu, wanita itu berdiri di samping kursi Bayu mengangkat pisaunya.

Saat hendak menusuk leher Bayu, Bayu memaksakan pikirannya untuk bangun dari tidurnya.

Bayu bangun dan berdiri dari kursinya mencari wanita yang Kembarannya kejam.

Dia melihat wanita itu tertidur di kursi penumpang di belakang pembatas ruang sopir. Bayu kembali menghela napas lega dan duduk kembali. Dia mencoba menenangkan pikirannya dengan bermain ponselnya.

Dia tidak dapat lagi tertidur.

Bayu terus bermain dengan ponselnya, hingga Bus sampai di rumah makan untuk istirahat makan malam.

Nikmat makanan tak terasa karena masih berpikir tentang mimpinya.

'Apakah kemampuanku berkembang, sehingga aku bisa bertemu di alam mimpi dengan Kembaran orang lain? Atau hanya kembaran yang jahat yang mempengaruhi pikiranku sehingga aku memimpikannya?' Bayu berpikir keras merenungkan kemampuannya yang menjadi aneh.

'Ah, sudahlah! Lebih baik, aku tidak usah banyak berpikir! Seiring berlalunya waktu, aku akan mengetahui juga!' Bayu menghibur dirinya sendiri dan menyingkirkan kekhawatirannya saat ini.

Bayu memandang wanita cantik dengan Kembarannya yang kejam sedang makan di sudut ruangan sendirian. Melihat hal ini, Bayu diam-diam memotret wanita itu dengan menggunakan mode zoom di ponselnya agar wajahnya terlihat jelas. Kemudian, Bayu melanjutkan makannya dengan tenang.

Setelah istirahat makan malam selesai, para penumpang Bus kembali menaiki Bus.

Bayu bertekad untuk tidak tidur hingga sampai di Jakarta.

Bus melaju kencang dengan mulus. Dia tidak tidur dalam perjalanan.

Menjelang fajar, Bus telah memasuki jalan Tol Cikampek-Jakarta.

Bayu sudah lima tahun tidak ke kota Jakarta. Terakhir, pada saat ibunya menikah dengan ayah tirinya di Jakarta.

Ibunya dan keluarga tirinya tinggal di daerah Klender, Jakarta Timur.

Adik laki-laki ibunya, Paman Bayu yang bernama Santoso memiliki rumah kontrakan di daerah Pondok Kelapa.

Paman Santoso memiliki rumah kontrakan berjumlah 30 pintu dengan bangunan berlantai tiga.

Menurut kabar dari ibunya, Paman Santoso bekerja di perusahaan pertambangan yang berkantor di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Jadi, dia tidak sempat mengurusi rumah kontrakannya. Baru-baru ini, karyawan yang mengurusi rumah kontrakannya juga  mengundurkan diri dan pulang kampung untuk menikah.

Sekitar jam 8 pagi, Bus tiba di terminal Pasar Senen.

Para petugas dari kesatuan Polisi Pamong Praja yang dikawal petugas Polisi naik ke dalam Bus dan mulai menertibkan para penumpang untuk turun dan berbaris.

Semua orang yang baru tiba di Jakarta diwajibkan melakukan tes PCR untuk menemukan orang yang terjangkit virus Covid-19.

Ketika sedang mengantri, Bayu tidak sengaja melihat pengantri tes yang berjarak satu orang di depannya sedang digerayangi dompetnya. Bayu yang sedang menggenggam ponselnya, langsung merekam diam-diam kejadian pencopetan.

Sambil merekam, Bayu mengaktifkan kemampuan ‘melihatnya’.

Dia melihat sosok kembaran pencopet yang memeluk erat punggung si pencopet dengan kepala bersandar di bahunya.

Yang mengejutkan Bayu adalah kembaran pencopet tiba-tiba menoleh dan menatap Bayu.

Setelah itu, dia berbisik ke telinga kiri si pencopet. Seketika, si pencopet berjalan menghampiri Bayu dan berteriak, “Copet, copet, cepat tangkap ada pencopet!”

Secepat kilat, si pencopet mengeluarkan dompet sambil mengais uang di dalamnya dan melemparkan dompet ke tubuh bayu.

“Lihat semuanya, dompet jatuh dari orang ini. Dia pencopetnya!” teriak si pencopet.

Sontak, semua orang memperhatikan Bayu dan si pencopet.

“Tidak! Dialah pencopetnya! Saya punya bukti rekaman videonya di ponsel saya!” Bayu berteriak sambil mengangkat Ponselnya tinggi-tinggi.

Petugas Polisi yang berdiri di depan antrian langsung bertindak meringkus pencopet, mengamankan dompet di tanah, dan menahan Bayu agar mengikuti ke Pos Polisi Terminal Senen.

Bayu bersedia mengikuti setelah mengambil ransel dari bagasi Bus.

Dikawal petugas polisi dan ditatap oleh mata penasaran dari para penumpang dan orang  yang berada di sekitarnya adalah pengalaman baru bagi Bayu

***

Bayu duduk di depan meja kerja petugas polisi. Sedari tadi, beliau bertanya sambil mengetik jawaban yang dikeluarkan Bayu dan pencopet di komputernya.

Petugas ini bernama Burhanuddin. Dia adalah kepala tim kriminal umum dari Polsek Metro Senen yang sedang bertugas di pos polisi hari ini. Selain mencatat kesaksian Bayu, dia juga mentransfer video rekaman bukti kejahatan pencopet ke dalam komputer di mejanya.

Mengetahui kejadian yang sebenarnya, akhirnya Pak Burhanuddin mulai mengobrol santai dengan Bayu. Ada perasaan lega di hati Bayu saat berbincang-bincang dengan petugas polsek di hadapannya. Namun, pemuda itu tiba-tiba teringat kepada wanita cantik yang kejam di Bus. Sebagai antisipasi, Bayu memberanikan diri untuk meminta nomor ponsel petugas Burhanuddin dengan alasan bahwa dia mungkin kelak membutuhkan bantuannya.

Petugas Burhanuddin dengan senang hati memberikan nomor ponselnya setelah melihat karakter Bayu yang baik dan sopan. Lagi pula, tindakan pemuda ini telah membantu Polisi meringkus salah satu pencopet nakal di Terminal Senen.

Setelah menjalani tes PCR dan dinyatakan sehat, dia memesan ojek online melalui aplikasi di ponselnya.

Dia segera menuju tujuan utamanya di Jakarta, rumah Ibunya di Jalan Mawar Merah, Klender.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kamilia Insani
perempuan ini pasti jadi musuh besar Bayu nantinya...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 5 Rumah Kontrakan Paman Santoso

    Menjelang siang hari, Bayu sampai di rumah ibunya di Klender. Bayu bertemu adik perempuan tirinya yang berusia 4 tahun di teras rumah ibunya. Gadis kecil itu sedang bermain boneka dan tentu saja ditemani bocah perempuan yang persis sama dengan wajah adiknya. Kembaran adiknya duduk di sampingnya hanya melihat tanpa bersuara. Kedatangan Bayu mengalihkan perhatian keduanya. Mereka menatap Bayu tanpa berkedip. Adik tiri Bayu tiba-tiba berseru memanggil, “Maaa, ada tamu!” “Kakak, kamu siapa? Mama, ada abang-abang bertamu nih!” gadis kecil itu bertanya lalu berteriak lagi memanggil Ibunya. Sesosok wanita dewasa dengan fitur wajah yang mirip Bayu keluar dari dalam rumah. “Bayu! Kamu sudah sampai!” wanita itu berseru sambil tersenyum. “Ibu! Iya, Bayu sudah datang,” Bayu berkata dan berjalan menghampiri w

    Last Updated : 2022-03-12
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 6 Perempuan Berdarah

    Bayu menyeberangi jalan kecil di depan rumah kontrakan. Dia sampai di depan Warkop dan mengamati. Dia melihat penjual di warkop adalah pria muda sekitar usia 20 tahun. Perawakannya kecil, matanya cekung seperti orang kurang tidur. Bayu memasuki warung yang terbuka bagian depannya. Dia duduk di sudut dalam Warkop. Warkop nampaknya juga menjual mi instan, bubur kacang hijau dan gorengan. Melihat daftar menu yang di tempel di dinding warkop, Bayu berkata, “Kang, saya pesan teh hangat dan bubur kacang hijau!” Si penjual yang terkantuk-kantuk mendadak bangun mendengar suara Bayu. “Oh, iya, a’!” Sambut si penjual. Oh, iya, nama akang siapa ya? Saya Bayu, saya keponakan Pak Santoso yang punya kontrakan di seberang. Saya baru datang dari kampung hari ini!” kata Bayu memperkenalkan diri. “Saya Asep, a’!” Jawab si Penjual singkat sambil menyiapkan pesanan Bayu. Bayu ya

    Last Updated : 2022-03-12
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 7 Keputusasaan

    Pukul 9 Malam, Bayu kembali ke rumah kontrakan. Setelah mengobrol dengan Paman dan Bibinya, dia baru menyadari bahwa setiap kamar mempunyai nomor masing-masing. Di lantai bawah yang dimulai dari kamar Bayu adalah nomor 101 dan seterusnya hingga 110. Di lantai dua, mulai dari kamar 201 hingga 210. Dan lantai tiga mulai dari 301 hingga 310. Bayu dipercayakan memegang kunci kamar yang kosong. Dengan harapan begitu ada calon Penyewa, dia bisa langsung menunjukkan ruangan di dalam kamar yang diminati calon Penyewa sekaligus bila calon Penyewa langsung membayar uang sewa untuk satu bulan ke depan, dia bisa langsung memberikan kuncinya kepada Penyewa. Kembali ke kamarnya dia mencuci kaki, tangan dan wajahnya sebelum tidur. Bermain ponsel sebentar, kemudi

    Last Updated : 2022-03-13
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 8 Susanti

    Sampai di depan pintu kamar 302, Bayu memasukkan anak kunci di lubang kunci pintu sambil mengaktifkan kemampuannya. Bayu membuka pintu kamar, masuk ke ruang depan. Kamar yang seharusnya kosong, sekarang ada karpet plastik di ruangan depan kamar itu. Beberapa bantal bergambar kartun tergelatak di karpet. Tidak ada apa-apa lagi selain itu. Bayu berdiri di dalam ruang depan mengamati ke seluruh ruangan mencoba mencari suatu petunjuk ketika tiba-tiba dia mendengar suara perempuan menangis pelan dari dalam ruang tengah. Bayu melangkah berjalan menuju ruang tengah. Dia berhenti di depan pintu yang terbuka di antara ruang depan dan ruang tengah. Bayu berdiri melihat ke dalam ruang tengah. Hanya ada kasur busa yang diletakkan di lantai bersama dua buah bantal. Di atas kasur busa, duduk seorang perempuan dengan kepala berdarah, dia sedang menangis sedih. Bayu mendekat

    Last Updated : 2022-03-13
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 9 Sukardi

    Bayu mendapatkan pemikiran untuk bertemu pria yang terbunuh dengan sengaja. Tetapi sebelum itu dia akan bertanya-tanya kepada Asep tentang Kardi. Bayu menduga pria itu adalah kardi, karena pria itu mati di kamar yang sama dengan Bayu. Menurut dugaannya kamar ini selalu ditempati pengurus kontrakan. Bayu merasa mulutnya iseng ingin makan camilan dan berpikir, “lebih baik ngemil di Warkop Kang Asep sambil menyelidiki Kardi saja!” Bayu pergi menuju Warkop di seberang. Dia melihat Asep sedang menggoreng tempe, sementara di meja Warkop sudah ada tempe goreng yang masih mengepulkan asap. Bayu duduk di bangku kayu panjang dan memesan minuman, “Kang, minta teh hangat satu ya!” “Iya, ini ada gorengan baru saja matang, sekalian atuh, dicoba!” Asep berkata menawarkan gorengan buatannya. Bayu mengambil tempe goreng lalu mengigitnya. Sesaat kemudian, teh hangat tersaji

    Last Updated : 2022-03-14
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 10 Keputusan Bayu

    “Ada apa, nak? Kamu bebas mengatakan kepada ibu. Jangan menyimpan masalahmu sendiri!” Ibu berkata dengan cemas. “Bu, apakah Ibu tahu apa pekerjaan Kakek selama ini?” Bayu bertanya. “Ibu tahunya Kakekmu adalah seorang tabib. Pekerjaannya adalah menyembuhkan orang dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh orang lain.” Anti menjawab. “Kalau Bayu bilang pekerjaan Kakek yang sebenarnya adalah seorang Paranormal, apakah ibu percaya?” Bayu bertanya lagi. “Pranormal? Apa ada bedanya dengan Tabib?” Anti bertanya kembali kepada Bayu. “Jauh berbeda, bu! Kakek adalah seorang dukun!” Bayu menjawab jujur. “Dukun? Maksud kamu dukun yang suka menyantet orang, gitu?” Anti bingung. “Bukan, bu! Memang benar, bisa dikatakan pekerjaan Kakek menolong orang, tapi dalam hal lain. Kakek membantu memecahkan masalah orang lain, tapi bukan menyembuhkan penyakit.” Alex menj

    Last Updated : 2022-03-17
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 11 Perguruan Tinggi

    Tok, tok, tok! Suara ketukan terdengar pintu kamar 101. Bayu beranjak dari ranjangnya menuju ke pintu ruang depan. Bayu membuka pintu dan melihat Santoso berdiri di hadapannya dan berkata, “Oh, Paman Santoso. Silakan masuk, Paman!” Santoso masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi tamu. Bayu duduk di seberang Santoso. “Gimana, hari-harimu di sini, Yu? Betah?” Santoso bertanya. “Betah, Paman. Oh, iya Paman, Bagaimana tentang kuliah Bayu? Besok Bayu berencana mendaftar ke Institut Teknik. Bayu kuatir pendaftaran keburu ditutup bila tidak segera mendaftar.” Bayu berkata. “Tenang, Yu! Besok pagi, kamu minta uangnya ke Bibimu. Nanti Paman titipkan Bibimu.” Santoso meyakinkan Bayu. “Terima kasih, Paman. Kalau begitu, besok Bayu minta ke Bibi.” Bayu mengucapkan terima kasih. “Ya, sudah, Paman kembali dulu. Aku belum sempat makan malam. Apakah

    Last Updated : 2022-03-18
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 12 Arlen

    Bayu sudah merasa tenang, dia telah menyelesaikan prosedur awal untuk memulai kuliahnya. Ketika Bayu menuju tempat parkir dia melihat seorang pemuda bertubuh tambun, berkaca mata dan berambut agak berantakan sedang panik mengangkat motor matiknya yang ternyata jatuh tertimpa motor besar yang diparkir di sampingnya. “Lagi ngapain kamu pegang-pegang motor saya?” Bayu menegur pemuda berperut tambun itu. “Oh, maaf, Bang, saya nggak sengaja pas memarkir motor saya, karena saya nggak merhatiin kalo standarnya nggak bener, jadi motor saya jatuh menimpa kendaraan punya Abang.” Pemuda gendut itu meminta maaf. Bayu mengaktifkan kemampuan mistisnya dang mengamati pemuda itu. Dia melihat sosok yang mirip dengan pemuda gendut itu. Kembarannya berdiri bahu membahu di sisi kiri Pemuda itu. “Orang yang normal, tidak jahat atau baik.” Gumam Bayu kepada diriny

    Last Updated : 2022-03-18

Latest chapter

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 90 Menyelamatkan Paramita

    “Qorin Paramita, kamu kembali menjaga tubuh Bibi! Biarkan aku yang menghadapi penculik Bibi! “ Perintah Bayu tegas.“Baik! Aku kembali dan kamu berhati-hatilah!” Jawab Kembaran Paramita lalu kembali ke kamar ICU.Bayu berjalan pelan ke kamar mayat dan membuka pintunya.Bayu melihat ke sekeliling kamar mayat yang dingin. Dia melihat beberapa wajah pucat yang berdiri di sekitar jenazah yang terbujur kaku an ditutupi selimut.Mata Bayu tertuju ke sudut kamar mayat. Dia melihat semacam kandang besar yang kira-kira berukuran tinggi tiga meter, lebar dua meter dan panjang dua meter. Di depan kandang berdiri makhluk berwujud ular setinggi tiga meter.Di dalam kandang, Bayu melihat sosok yang mirip Gustian sedang memperkosa perempuan yang mirip Paramita.“Bangsat, makhluk hina lepaskan Bibiku!” teriak Bayu marah.Makhluk berwujud ular tiba-tiba menyerang Bayu, menerkam ke arah Bayu. Bayu yang lengah terkejut dan terkena pukulan ekor ular. Bayu terdorong ke belakang sejauh dua meter. Bayu memu

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 89 Paramita Koma

    Bayu yang mendengar jeritan Paramita, segera bangkit dari ranjangnya dan berlari keluar kamarnya menuju kamar Paramita di sebalah.Beruntung, kamar Paramita tidak dikunci. Bayu langsung membuka pintu kamar paramita dan bergegas masuk.Bayu melihat Paramita yang tidur telentang, Dia segera menghampiri Paramita dan mencoba membangunkannya, “Bibi, Bibi, bangun!”“Bangun, BI!” Teriak Bayu sambil mengoncang tubuh Paramita agak keras.Bayu yang panik, segera menutup mata dan membaca doa.Bayu membuka matanya dan melihat sosok wanita yang mirip Paramita sedang duduk di samping tubuh Paramita. Wajahnya pucat, bibirnya kering dan nampak pecah-pecah.“Hai Kembaran Bibi Paramita! Apa yang terjadi pada Bibiku?” Tanya Bayu suram.“Bayu, Jiwa Bibimu telah diculik oleh Gustian yang dibantu oleh Maulana!” Jawab Kembaran Paramita.“Apa? Gustian bersama Maulana? Bagaimana mungkin?” Tanya Bayu tidak percaya.“Aku tidak tahu bagaimana Gustian dan Maulana bisa bersama, yang pasti saat ini, bibimu sedang k

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 88 Rencana Nekat Bayu

    Bayu dan June sedang duduk di warung Es dan Bubur Garut, di Jalan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.“June, sepertinya aku sudah tidak bisa lagi terus melajang, aku ingin segera menikahi kamu!” Kata Bayu serius.“A...apa? kamu ingin segera kita menikah?” Tanya June gugup.“Ya, rencana kita menikah dengan wali kakak laki-lakimu harus segera kita laksanakan! Jujur, aku takut bila pernikahan kita ditunda terus, kita akan melakukan perbuatan zina, cepat atau lambat!” Kata Bayu dengan wajah memohon.June menatap mata Bayu dengan kelembutan dan rasa cinta.“Paling tidak kita menikah rahasia secara agama, dengan wali hakim dan kakak laki-lakimu sebagai saksi.” Saran Bayu tegas.“Baik, kita lakukan rencana kamu, Bayu... Besok aku akan membujuk Kakakku untuk datang ke Basecamp kita!” Jawab June serius.“Besok aku ajak main game konsol dulu, baru aku bujuk pelan-pelan ya Kakak kamu!” Jelas Bayu sambil menyesap teh hangat yang tersedia di mejanya.Keluarga June berbeda agama dengan Bayu, di samping i

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 87 Paramita Yang Kesepian

    “Jangan bangun! Bibi Cuma ingin memeluk kamu! Biarkan seperti ini! Bibi sudah lama tidak memeluk laki-laki!” Kata Paramita lemah. Bayu terdiam dan tidak bergerak. Dia merasa canggung sekaligus kasihan kepada Bibinya. Tidak lama kemudian Bayu merasa tubuh Bibinya bergetar. Sesaat kemudian, Bayu mendengar isak tangis yang pelan dari punggungnya. Tidak lama kemudian, suara isak tangis mereda. Bayu meraih jemari Paramita yang memeluknya dari belakang. Bayu menggenggam jemari Paramita dengan erat tapi lembut. “Bi, jangan sedih! Bayu sayang sama Bibi! Selama ini Bibi sudah sangat baik sama Bayu.” Bayu berkata dengan lembut sembari menepuk-nepuk punggung tangan Paramita, berusaha menghiburnya. “Adik Bayi tidak kelihatan, pasti dititipkan ke rumah kakek neneknya. Tampaknya Bibi sudah siap hendak berduaan dengan Gustian. Aku sudah mengacaukan rencana Bibi.” Pikir Bayu agak menyesal. “Bibi, bukannya Bayu hendak menggurui atau apapun, Bayu hanya menyarankan, sebaiknya Bibi sabar mencari pa

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 86  Gustian Dan Paramita

    Bayu menghampiri Gustian yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengaktifkan video rekaman di ponselnya.Bayu membaca doa dan berkonsentrasi sejenak, lalu berkata sambil menjentikkan jarinya, “Tidur!”Gustian merosot di kursi kehilangan kesadarannya. Bayu mengarahkan kamera ponselnya.“Keluar!” Suara Perintah tedengar dari mulut Bayu.Kembaran Gustian tiba-tiba menampakkan dirinya. Hanya Bayu dan kamera ponselnya yang bisa melihat penampakan Kembaran Gustian.“Siapa nama Kembaranmu yang sedang tidur?” Tanya Bayu acuh tak acuh.“Kembaranku bernama Ari Gustian.” Jawab Kembaran Gustian.Paramita dan June hanya bisa mendengar suara Kembaran Gustian, tetapi tidak dapat melihat sosoknya. Bayu menolah dan melihat Paramita dan June.“Bibi, June, kemarilah! Bibi bisa melihat sosok Kembaran Gustian di layar ponsel Bayu!” Kata Bayu.Paramita dan June bergegas ke punggung Bayu. Keduanya penasaran dengan tampilan Kembaran Gustian.“Apa tujuan Gustian mendekati Bibi Paramita? Apakah murni kare

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 85 Menyelamatkan June

    Bayu menegang melihat June sedang disandera oleh Maulana. “Lepaskan June! Kamu tidak akan pernah bisa menang melawan kebenaran. Aku tidak ingin membunuh jiwamu di alam ini!” Teriak Bayu marah. “Kamu mundur dan kembali atau aku akan membunuh jiwa June sekarang!” Tantang Maulana dengan wajah sombong. Bayu membaca doa yang kuat untuk melemahkan Jiwa Maulana. Namun Bayu terkejut, bahwa Maulana tidak terpengaruh. “Hahaha, aku bukan Jin, jadi kamu membaca doa yang salah!” Tawa Maulana semakin arogan. “Sial, aku lupa bahwa dia sama seperti aku, dia manusia dan bukan Jin!” Gumam Bayu agak panik. Bayu berpikir dan teringat doa untuk mengalahkan setan. Manusia yang jahat juga sama seperti setan. Kakeknya pernah berkata, bahwa setan itu bukan hanya berbentuk Jin, manusia dan hewan yang jahat juga termasuk golongan setan. Bayu mencoba membaca doa untuk mengalahkan setan. Tiba-tiba Maulana bergetar. Tubuhnya melemah. “Sialan kamu!” Umpat Maulana panik. Tubuh Maulana berubah transparan kemu

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 84 Maulana

    Bayu melihat sosok perempuan berwajah cukup cantik yang telanjang bulat dengan tubuh yang sangat menggoda sedang menatapnya ketakutan.“Kamu membunuh Tuanku! Kamu harus mati!” Teriak perempuan itu marah.Tubuh perempuan itu tiba-tiba berubah. Sekujur tubuhnya mengeluarkan sisik hitam. hanya saja kakinya tetap kaki manusia meskipun bersisik.Bau amis ular menyerang hidung Bayu. Mata perempuan itu berubah merah darah. Kuku jarinya memanjang.Bayu tidak menunggu perempuan itu berubah sepenuhnya, dia langsung menyerang perempuan itu dan menebas lehernya. Perempuan itu jatuh ke lantai dengan darah berceceran dan mati.Bayu merasakan angin dari sisi belakangnya, Bayu segera memutar tubuhnya dan mengayunkan pisau daging dengan kecepatan tercepatnya. Sayangnya serangan Bayu meleset.Bayu melihat penyerangnya. Dia seorang pria dengan wajah bayi dan berambut keriting, tetapi dia memiliki sisik ular berwarna hitam legam di sekujur tubuhnya yang telanjang. Hanya saja kakinya milik manusia normal.

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 83 Wanita Tua Yang Ramah

    Seorang wanita tua dengan senyum ramah terlihat di hadapan Bayu.“Ah, sangat jarang jiwa manusia datang ke rumahku! Masuk, masuklah, anak muda!” Kata wanita tua itu dengan ramah.Bayu sedikit ragu-ragu sebelum melangkah memasuki ruang tamu milik wanita tua itu.“Ayo, ayo, duduk, anak muda!” Kata wanita tua itu mempersilahkan Bayu untuk duduk di kursi tamu yang nampak tua, mungkin umur kursi itu setua wanita tua yang ramah itu.Bayu duduk dengan sopan. Wanita tua itu masuk ke dalam rumahnya lalu keluar sambil membawa nampan berisi piring kecil dan dua cangkir.Sambil meletakkan nampan, wanita tua itu berkata dengan ramah, “Jarang sekali aku menerima tamu, sekalinya ada tamu, tamuku seorang manusia! Sungguh beruntung! Ayo diminum tehnya dan dicicipi camilannya!”Bayu melihat ke piring kecil yang diletakkan di atas nampan di depannya. Bayu melihat serangga yang mirip kecoak berjumlah beberapa tergeletak mati di dalam piring itu. Selanjutnya Bayu melihat ke dalam isi cangkir yang terletak

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 82 Alam Jin

    Bayu menerobos masuk tanpa permisi karena dia telah diliputi emosi. Bayu bersiap untuk kemungkinan terburuk. Dia masuk sambil menundukkan badannya, agar tidak bisa diserang.Bayu terhuyung ke dapan dan jatuh ke lantai. Bayu segera mendongakkan kepalanya dan melihat ke sekeliling ruangan tamu di ruang 308, tetapi dia tidak melihat siapapun.Bayu segera berdiri dan berjalan dengan hati-hati menuju ruang dalam. Dia tidak menemukan siapapun di ruang bagian dalam.Bayu mencari ke bagian dapur dan kamar mandi. Bayu masih tidak menemukan siapapun. Akhirnya Bayu memasuki kamar tidur.“June!” Teriak Bayu panik.Bayu melihat June terbaring diam di ranjang ganda di kamar tidur itu. Dia segera menghampiri June.Bayu mencoba membangunkan June. Bayu juga mencari keberadaan Kembaran June.Bayu merasakan June masih bernapas. Napasnya tenang seperti orang yang sedang tidur. Mata Bayu tertuju ke arah kertas di sebelah kepala June.Bayu mengambil catatan di sebalah kepala June dan membaca.‘Bayu, kalau

DMCA.com Protection Status