Pukul 9 Malam, Bayu kembali ke rumah kontrakan.
Setelah mengobrol dengan Paman dan Bibinya, dia baru menyadari bahwa setiap kamar mempunyai nomor masing-masing.
Di lantai bawah yang dimulai dari kamar Bayu adalah nomor 101 dan seterusnya hingga 110.
Di lantai dua, mulai dari kamar 201 hingga 210. Dan lantai tiga mulai dari 301 hingga 310.
Bayu dipercayakan memegang kunci kamar yang kosong. Dengan harapan begitu ada calon Penyewa, dia bisa langsung menunjukkan ruangan di dalam kamar yang diminati calon Penyewa sekaligus bila calon Penyewa langsung membayar uang sewa untuk satu bulan ke depan, dia bisa langsung memberikan kuncinya kepada Penyewa.
Kembali ke kamarnya dia mencuci kaki, tangan dan wajahnya sebelum tidur. Bermain ponsel sebentar, kemudi
Sampai di depan pintu kamar 302, Bayu memasukkan anak kunci di lubang kunci pintu sambil mengaktifkan kemampuannya. Bayu membuka pintu kamar, masuk ke ruang depan. Kamar yang seharusnya kosong, sekarang ada karpet plastik di ruangan depan kamar itu. Beberapa bantal bergambar kartun tergelatak di karpet. Tidak ada apa-apa lagi selain itu. Bayu berdiri di dalam ruang depan mengamati ke seluruh ruangan mencoba mencari suatu petunjuk ketika tiba-tiba dia mendengar suara perempuan menangis pelan dari dalam ruang tengah. Bayu melangkah berjalan menuju ruang tengah. Dia berhenti di depan pintu yang terbuka di antara ruang depan dan ruang tengah. Bayu berdiri melihat ke dalam ruang tengah. Hanya ada kasur busa yang diletakkan di lantai bersama dua buah bantal. Di atas kasur busa, duduk seorang perempuan dengan kepala berdarah, dia sedang menangis sedih. Bayu mendekat
Bayu mendapatkan pemikiran untuk bertemu pria yang terbunuh dengan sengaja. Tetapi sebelum itu dia akan bertanya-tanya kepada Asep tentang Kardi. Bayu menduga pria itu adalah kardi, karena pria itu mati di kamar yang sama dengan Bayu. Menurut dugaannya kamar ini selalu ditempati pengurus kontrakan. Bayu merasa mulutnya iseng ingin makan camilan dan berpikir, “lebih baik ngemil di Warkop Kang Asep sambil menyelidiki Kardi saja!” Bayu pergi menuju Warkop di seberang. Dia melihat Asep sedang menggoreng tempe, sementara di meja Warkop sudah ada tempe goreng yang masih mengepulkan asap. Bayu duduk di bangku kayu panjang dan memesan minuman, “Kang, minta teh hangat satu ya!” “Iya, ini ada gorengan baru saja matang, sekalian atuh, dicoba!” Asep berkata menawarkan gorengan buatannya. Bayu mengambil tempe goreng lalu mengigitnya. Sesaat kemudian, teh hangat tersaji
“Ada apa, nak? Kamu bebas mengatakan kepada ibu. Jangan menyimpan masalahmu sendiri!” Ibu berkata dengan cemas. “Bu, apakah Ibu tahu apa pekerjaan Kakek selama ini?” Bayu bertanya. “Ibu tahunya Kakekmu adalah seorang tabib. Pekerjaannya adalah menyembuhkan orang dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh orang lain.” Anti menjawab. “Kalau Bayu bilang pekerjaan Kakek yang sebenarnya adalah seorang Paranormal, apakah ibu percaya?” Bayu bertanya lagi. “Pranormal? Apa ada bedanya dengan Tabib?” Anti bertanya kembali kepada Bayu. “Jauh berbeda, bu! Kakek adalah seorang dukun!” Bayu menjawab jujur. “Dukun? Maksud kamu dukun yang suka menyantet orang, gitu?” Anti bingung. “Bukan, bu! Memang benar, bisa dikatakan pekerjaan Kakek menolong orang, tapi dalam hal lain. Kakek membantu memecahkan masalah orang lain, tapi bukan menyembuhkan penyakit.” Alex menj
Tok, tok, tok! Suara ketukan terdengar pintu kamar 101. Bayu beranjak dari ranjangnya menuju ke pintu ruang depan. Bayu membuka pintu dan melihat Santoso berdiri di hadapannya dan berkata, “Oh, Paman Santoso. Silakan masuk, Paman!” Santoso masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi tamu. Bayu duduk di seberang Santoso. “Gimana, hari-harimu di sini, Yu? Betah?” Santoso bertanya. “Betah, Paman. Oh, iya Paman, Bagaimana tentang kuliah Bayu? Besok Bayu berencana mendaftar ke Institut Teknik. Bayu kuatir pendaftaran keburu ditutup bila tidak segera mendaftar.” Bayu berkata. “Tenang, Yu! Besok pagi, kamu minta uangnya ke Bibimu. Nanti Paman titipkan Bibimu.” Santoso meyakinkan Bayu. “Terima kasih, Paman. Kalau begitu, besok Bayu minta ke Bibi.” Bayu mengucapkan terima kasih. “Ya, sudah, Paman kembali dulu. Aku belum sempat makan malam. Apakah
Bayu sudah merasa tenang, dia telah menyelesaikan prosedur awal untuk memulai kuliahnya. Ketika Bayu menuju tempat parkir dia melihat seorang pemuda bertubuh tambun, berkaca mata dan berambut agak berantakan sedang panik mengangkat motor matiknya yang ternyata jatuh tertimpa motor besar yang diparkir di sampingnya. “Lagi ngapain kamu pegang-pegang motor saya?” Bayu menegur pemuda berperut tambun itu. “Oh, maaf, Bang, saya nggak sengaja pas memarkir motor saya, karena saya nggak merhatiin kalo standarnya nggak bener, jadi motor saya jatuh menimpa kendaraan punya Abang.” Pemuda gendut itu meminta maaf. Bayu mengaktifkan kemampuan mistisnya dang mengamati pemuda itu. Dia melihat sosok yang mirip dengan pemuda gendut itu. Kembarannya berdiri bahu membahu di sisi kiri Pemuda itu. “Orang yang normal, tidak jahat atau baik.” Gumam Bayu kepada diriny
Sudah seminggu sejak pendaftaran dan kegiatan perkuliahan akan dimulai pada awal minggu depan. Bayu telah mengisi Kartu Rencana Studi secara online. Bayu membeli komputer jinjing (laptop) setelah mendaftar. Uangnya didapat Bayu dari bibinya dengan cara mengangsur melalui pemotongan gajinya. Sejak pandemi Corona melanda negeri ini, Perkuliahan Fokus pada perkuliahan online. Pengenalan Mahasiswa Baru dan Kuliah Perdana terpaksa dilakukan secara online pada awal minggu depan. Bayu kecewa bahwa kampusnya tidak mengadakan orientasi Mahasiswa baru karena pandemi. Tetapi yang menghibur Bayu, menurut situs web milik Institut Teknik dijelaskan bahwa penentuan kelas akan dilakukan hari selasa, minggu depan secara tatap muka. Setelah itu, perkuliahan akan dilakukan dengan cara sehari masuk dan sehari libur. Bayu mengambil keputusan untuk fokus kuliah terlebih dahulu selama satu bulan ke depan
Keesokan paginya, Bayu bangun pukul 5 pagi. Dia langsung mulai membersihkan rumah kontrakan. Satu jam melakukan pekerjaan rutin, Bayu merasa lapar. Dia mandi dan bergegas menuju rumah bibinya untuk sarapan. Selesai sarapan, Bayu meminjam motor matik Pamannya untuk berangkat kuliah. Bayu tidak sabar ingin segera sampai ke kampus. Penentuan kelas dimulai jam 8 pagi. Bayu memarkir kendaraan di area parkir kampus. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Bayu melihat ada pesan obrolan masuk dari Arlen. ‘Aku lihat kamu baru saja masuk area parkir.’ ‘Masih pagi, kelas mulai jam 8. Ada waktu 1 jam buat ngopi.’ Pesan susulan masuk. ‘Aku di warung kopi di tempat biasa.’ Pesan Arlen. ‘Otw1.’ Bayu menjawab. Segera, Bayu tiba di warung kopi dan melihat Arlen sedang menyesap kopi hitamnya. Arlen melambai kepadanya menyuruhnya untuk segera masuk k
Bayu berencana untuk menemui kembaran Sukardi tidak di malam hari. Dia menduga, Sukardi dibunuh pada malam hari, jadi bila Bayu ingin berkomunikasi dengan Sukardi, dia harus melakukannya pada pagi, siang atau sore hari. Pada suatu pagi, Bayu seperti biasa mengurus kebersihan rumah kontrakan. Setelah selesai melakukan tugasnya sehari-hari, Bayu mandi dan sarapan di rumah Bibinya. Kembali dari rumah Bibinya, Bayu mengaktifkan laptopnya dan terhubung dengan situs web kampus untuk melihat tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk satu bulan ke depan. Bayu ingin menyelesaikan tugas-tugas kuliah terlebih dahulu sebelum memulai penyelidikan terhadap kasus Sukardi. Bayu sibuk mengerjakan tugas sampai malam hari. Dia mengejar untuk menyerahkan tugas pada keesokan harinya lalu pulang ke rumah kontrakan dan menemui Kembaran Sukardi. Keesokan paginya, Bayu berangkat ke kampus dan fokus kuliah sam