Keesokan paginya, Bayu bangun pukul 5 pagi. Dia langsung mulai membersihkan rumah kontrakan.
Satu jam melakukan pekerjaan rutin, Bayu merasa lapar. Dia mandi dan bergegas menuju rumah bibinya untuk sarapan.
Selesai sarapan, Bayu meminjam motor matik Pamannya untuk berangkat kuliah. Bayu tidak sabar ingin segera sampai ke kampus.
Penentuan kelas dimulai jam 8 pagi. Bayu memarkir kendaraan di area parkir kampus.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Bayu melihat ada pesan obrolan masuk dari Arlen.
‘Aku lihat kamu baru saja masuk area parkir.’
‘Masih pagi, kelas mulai jam 8. Ada waktu 1 jam buat ngopi.’ Pesan susulan masuk.
‘Aku di warung kopi di tempat biasa.’ Pesan Arlen.
‘Otw1.’ Bayu menjawab.
Segera, Bayu tiba di warung kopi dan melihat Arlen sedang menyesap kopi hitamnya. Arlen melambai kepadanya menyuruhnya untuk segera masuk k
Bayu berencana untuk menemui kembaran Sukardi tidak di malam hari. Dia menduga, Sukardi dibunuh pada malam hari, jadi bila Bayu ingin berkomunikasi dengan Sukardi, dia harus melakukannya pada pagi, siang atau sore hari. Pada suatu pagi, Bayu seperti biasa mengurus kebersihan rumah kontrakan. Setelah selesai melakukan tugasnya sehari-hari, Bayu mandi dan sarapan di rumah Bibinya. Kembali dari rumah Bibinya, Bayu mengaktifkan laptopnya dan terhubung dengan situs web kampus untuk melihat tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk satu bulan ke depan. Bayu ingin menyelesaikan tugas-tugas kuliah terlebih dahulu sebelum memulai penyelidikan terhadap kasus Sukardi. Bayu sibuk mengerjakan tugas sampai malam hari. Dia mengejar untuk menyerahkan tugas pada keesokan harinya lalu pulang ke rumah kontrakan dan menemui Kembaran Sukardi. Keesokan paginya, Bayu berangkat ke kampus dan fokus kuliah sam
Hari ini, Bayu berkendara menuju rumah Anti, Ibunya. Tidak sampai lima belas menit, Bayu sampai di rumah Ibunya. Mematikan mesin kendaraanya, Bayu melihat seorang Pria Paruh Baya sedang duduk di kursi teras sambil memegang Ponselnya. Tampaknya dia sedang membaca sesuatu. Bayu ingat bahwa pria ini adalah Ayah tirinya yang menikahi Ibunya lima tahun lebih yang lalu. Dia Ayah kandung Nadya, gadis kecil berusia empat tahun uang juga adik tiri Bayu. Bayu dari awal tidak pernah memanngil Pria yang bernama Herman ini dengan sebutan ‘Ayah’. Dia terbiasa memanggilnya dengan sebutan ‘Pak Herman’. “Pak Herman, apa kabar?” Panggil Bayu. Pria itu mendongak dan melihat Bayu, lalu berkata, “Eh, Bayu, masuklah! Ngapain bediri di depan pagar? Pintunya nggak dikunci.” Bayu membuka pintu pagar dan menuntun kendaraanya sembari mengaktifkan kemampuannya. Bayu melihat ba
Bayu kembali ke kamarnya di rumah kontrakan jam 4 sore. Dia duduk di ruang tamu dan mengaktifkan laptopnya. Bayu menjelajah internet untuk mencari tahu jenis obat-obatan apakah yang disebut ‘Garam Mandi’ ini. Ternyata ‘Garam Mandi’ atau bisa dikenal sebagai ‘Bath Salt’ adalah sejenis narkoba mirip garam yang sering dibubuhkan pada rendaman air untuk mandi. Contoh Bath Salt antara lain garam Inggris (Epsom salt), soda kue (baking soda), boraks, sodium sesquicarbonate dan sebagainya. Dengan membubuhkan bath salt ke dalam air, maka akan diperoleh pengalaman mandi yang lebih menyegarkan dan menyenangkan. Kulit akan terasa lebih bersih, badan lebih rileks, mencegah otot menjadi kram dan migrain. Karenanya, di negara-negara Barat, di mana orang mempunyai kebiasaan mandi berendam dalam bathtub, bath salt ini bisa dibeli bebas di kedai keperluan sehari-hari. Ternyata berkat ‘kecerdikan’ produsen na
Malam hari itu, Bayu menjelajahi isi dari kartu memori milik Sukardi. Dia bahkan menemukan rekaman suara yang berisi tentang Sukardi sedang memeras Santoso. Santoso berjanji membayar Sukardi sebesar 300 juta rupiah dalam waktu satu minggu. Sukardi mengatakan kepada Santoso, bahwa dia akan mengundurkan diri setelah mendapatkan uang dari Santoso dan pulang kampung, sehingga Santoso tidak perlu kuatir masalahnya akan ditemukan. Bayu menduga dari jejak tanggal yang terdapat di data, kemungkinan besar rekaman suara diambil diam-diam oleh Sukardi beberapa hari sebelum dia dibunuh oleh Santoso. Setelah mendengarkan rekaman suara, Bayu mulai menonton rekaman video satu-persatu. Bayu menduga video-video itu telah diedit dan dipotong waktunya persis sebelum adegan Santoso dan Susanti. Mungkin untuk kebutuhan memeras Santoso, Bayu menduga. Dalam video, Bayu melihat Santoso sedang membawa dua gelas teh ke kamar Susanti. Dari arah kedatangannya, nampaknya Sa
“Halo, selamat malam, Pak Burhan. Saya Bayu yang tempo hari bertemu Bapak di Terminal Senen berkaitan dengan kasus Pencopetan.” Kata Bayu mengucapkan salam dan mengingatkan tentang dirinya kepada orang yang diteleponnya.“Ya, selamat malam, Bayu. Apa ada yang bisa saya bantu?” Jawab Burhanuddin di ujung telepon.“Ya, pak. Apakah besok siang kita bisa bertemu? ada hal penting yang hendak saya diskusikan dengan Bapak.” Ucap Bayu sopan.“Hal penting apa ya?” Tanya Burhan lagi.“Kalau bisa, sebaiknya kita bertemu dulu, Pak. Hal penting yang hendak saya bicarakan terlalu panjang bila dibicarakan melalui telepon. Terkait kasus kriminal, Pak. Apakah Bapak masih di Pos Polisi Senen?” Jawab Bayu mengarahkan pertemuan dan tidak ingin membicarakan melalui telepon.“Oh, saya sudah dipindahtugaskan di Polsek Duren Sawit saat ini. Hmm, kasus kriminal ya? Baiklah, kirim alamat kamu ke saya. Besok p
“Lin, lo bareng gue. June, lo bareng Bayu aja!” Ambar membagi penumpang dengan Bayu ketika mereka berempat sampai di halaman parkir kendaraan. “Gue, sih, nggak masalah mo bareng sama sapa.” Sahut Lina. “Saya hanya bawa Helm satu. Kita harus ambil Helm di rumah siapa yang terdekat di antara kita.” Kata Bayu menyarankan. “Ayo, kita ke rumah Lina aja!” Ujar Ambar dan menaiki kendaraan matik besarnya bersama Lina yang disusul Bayu dan June. Bayu mengikuti kendaraan Ambar dari belakang hingga sampai ke rumah Lina yang ternyata sangat dekat dari kampus mereka. “Sebentar, ya!” Seru Lina dan melompat dari motor Ambar dan berlari masuk ke rumahnya. Bayu memperhatikan bahwa rumah Lina tidak jauh dari rumah Ibunya. “Ternyata, Lina adalah tetangga Ibuku.” Gumam Bayu lirih hampir tak terdengar. Jarak rumah Anti, Ibu Bayu, ke kampus Institut Teknik cukup dekat. Bisa ditempuh dengan berjal
Malam hari itu, Bayu duduk di Warkop Asep. Dia berpikir keras sambil menghirup kopinya perlahan.“Lusa, aku harus memberikan kabar tentang Kasus Paman kepada Pak Burhan. Apa yang harus aku lakukan?” Pikir Bayu sakit kepala.“Kalau Kasus Paman aku serahkan kepada Pak Burhan begitu saja, Mungkin, Paman akan langsung ditangkap. Kalau penangkapan Paman dilakukan di rumahnya, masyarakat akan heboh dan Bibi mungkin akan sangat malu. Yang terburuk, bila Paman tidak terbukti melakukan perbuatannya, mungkin aku akan menjadi sasaran dendam Paman.” Bayu merenung.Tiba-tiba, ponsel Bayu bergetar di sakunya. Bayu melihat ke layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya.“Nomor siapa ini?” Pikir Bayu dengan heran. Dia tidak pernah memberikan nomornya kepada orang yang tidak dia kenal sebelumnya.“Halo, Bayu disini. Dengan siapa saya berbicara?” Tanya Bayu kepada penelepon.“
Bayu menghampiri perempuan yang sedang berdiri di depan pagar rumah Bibinya. Ketika perempuan itu bersiap hendak menekan bel di sisi samping pagar rumah, dia mendengar suara.“Maaf, Non, Anda siapa ya, dan mau ketemu siapa?” Bayu bertanya kepada perempuan itu.Perempuan itu menoleh dan melihat Bayu, lalu berkata, “Oh, Saya Dina. Saya mau bertemu Bu Mita. Tadi malam saya sudah menelepon beliau dan membuat janji.”Bayu agak terkejut mendengar pernyataan Dina.“Mau Bertemu Bibi Mita? Kalau boleh tahu ada perlu apa ya dengannya?” Tanya Bayu.“Saya berminat menyewa kamar kontrakan di sini. Saya tahu informasi bahwa Bu Mita menyewakan rumah kontrakan dari iklan online, kemudian saya menghubungi Bu Mita. Katanya ada kamar kosong di lantai tiga.” Jawab Dina menjelaskan.Bayu membuka pintu pagar dan masuk ke dalam rumah. Sesaat kemudian, dia keluar bersama Bibinya.“Mba