Share

Bab 1 Kakek Warno

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-11 23:45:04

Namanya Bayu Adi Suwarno.

Biasanya dia dipanggil dengan nama depannya, Bayu. Dia asli suku Jawa. Hari ini adalah hari kelulusan sekolahnya. Bayu bersekolah di Kota Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Dia berasal dari suatu desa di kabupaten Magelang. Bayu tinggal bersama Kakeknya yang bernama Aji Suwarno dengan nama panggilan Kakek Warno. Dia adalah kakek dari pihak Ayah yang sudah lama meninggal. Ibunya menikah lagi dan tinggal bersama keluarga barunya di kota Jakarta. Ibu Bayu bernama Hedianti dengan panggilan Anti.

Selama hari-hari sekolah, Bayu tinggal di rumah kos kota Magelang dan hanya pulang ke rumah di desa setiap akhir pekan. Karena Bayu sudah lulus sekolah, dia harus pulang ke desa asalnya. Hari ini, Bayu bersiap hendak berkemas untuk pulang ke desa ketika tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Halo, Bayu! Kamu sudah lulus kan? Minggu depan kamu ke Jakarta ya bantu Pamanmu ngurusi rumah kotrakannya sambil lanjut kuliah di Jakarta. Ibu sudah bilang sama kakekmu. Ya, sudah. Besok ibu telepon lagi, ya!" Ibu Bayu menyerocos di telepon.

Bayu hanya bisa terdiam mendengar kata-kata ibunya di telepon.

Dia membatin, "Seperti biasa, ibu selalu memaksakan kehendaknya tanpa aku bisa membantah." 

Setelah selesai bergulat dengan pikirannya, Bayu segera mengemasi pakaian dan buku- buku pelajaran di kamarnya. Ketika Bayu sedang berkemas, dia melirik dengan sudut matanya dan melihat bayangan gelap di sudut kamar.

“Aku pamit pulang, ya. Kamu baik-baik saja di sini! Aku tidak kembali lagi ke sini. kamu jangan menakut-nakuti penghuni kamar yang selanjutnya!”

Sejak kecil, Bayu terbiasa 'melihat' sesuatu yang lain.

Kata kakeknya, itu adalah bakat bawaan keluarganya.

Bayangan hitam ini telah menemani Bayu sejak dia datang ke rumah kos ini. Bayangan itu tidak berbahaya, hanya suka muncul bila Bayu di kamar dan hanya diam mengamati apa saja yang sedang dilakukan Bayu.

Selesai berkemas, Bayu mengikat tas koper tua yang berisi pakaian dan buku-buku pelajaranku di atas jok bagian belakang motornya, lalu dia pamit kepada pemilik rumah kos, “Budhe, saya pamit mau pulang sekarang! Mohon maaf atas segala kesalahan saya selama tinggal di sini!”

Bayu terbiasa memanggil pemilik rumah kos dengan sebutan Budhe karena mengikuti panggilan dari keponakannya yang tadinya tinggal di rumah kos ini. Keponakannya adalah kakak kelas Bayu di sekolah dan dia sudah lulus setahun lebih cepat daripada Bayu.

“Ya, Bayu! Hati-hati di jalan ya! Semoga hidupmu sukses! Budhe tidak bisa ngasih apa-apa!” Budhe menjawab dengan lambaian tangan. Matanya berkaca-kaca dengan air mata. Mungkin karena mengingat bahwa Bayu tidak akan kembali lagi ke tempat itu selamanya.

Bayu telah tinggal di rumah kos ini selama tiga tahun.  Jadi, Budhe sudah menganggap Bayu sebagai keluarganya.

Setelah berpamitan, Bayu buru-buru menjalankan kendaraannya untuk pulang.

Dia tidak sabar untuk segera pulang karena merasa rindu dengan rumahnya.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam melalui jalan yang menanjak dan berkelok-kelok, akhirnya Bayu sampai di rumah Kakeknya di desa.

Meskipun rumah Kakeknya berada di desa di yang lumayan terpencil, rumah Kakeknya adalah rumah yang terbesar di desa.

Kakek Bayu dikenal sebagai orang pintar atau dukun oleh warga desa. Bahkan, namanya dikenal di kota-kota sekitar desanya sebagai paranormal oleh beberapa orang kaya.

Oleh karena itu, Kakeknya sering kali dimintai tolong dengan imbalan suka rela yang terkadang tidak kecil. Rumah Kakek Bayu adalah hasil jerih payahnya sebagai seorang paranormal.

Bayu memarkir sepeda motornya di teras rumah dan langsung masuk menuju ke belakang rumah. Kakeknya biasa bersantai minum kopi sembari merokok tembakau lintingan di teras belakang. Namun, sesampainya di teras belakang Bayu tidak menemukan Kakeknya.

Bayu malah bertemu bibinya yang sedang menjemur pakaian di belakang rumah. Nama Bibinya adalah Widyawati, panggilannya Wati. Bayu biasa memanggilnya Bulik Wati.

Bibinya adalah anak bungsu Kakek Bayu. Dia tidak pernah menikah karena rasa rendah diri atas kecacatannya memiliki tangan yang kecil sebelah. Meskipun begitu, bibi Wati adalah orang yang baik dan peduli dengan Kakek dan Bayu.

"Bulik, Kakek di mana?" Bayu bertanya kepada Bibi Wati.

"Oh ... Bayu kamu sudah pulang, toh? Kakekmu ada di kamarnya lagi tiduran. Katanya, lagi kurang enak badan," Bibi Wati menjawab sembari menatap Bayu.

"Kamu belum makan, toh? Makan dulu. Bulik masak sayur nangka kesukaanmu!" tambah Bibi Wati sambil tersenyum.

"Iya, Bulik! Bayu mau ketemu Kakek dulu baru nanti makan," jawab Bayu.

"Iya, sana!” perintah Bibi Wati sambil tersenyum kepada Bayu.

Bayu berjalan menuju kamar kakeknya. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu terlebih dahulu dan berkata, "Kek, ini Bayu. Bayu boleh masuk atau tidak?"

"Masuk, Yu! Pintu tidak dikunci, kok!" Kakek Warno menyahut.

"Kek, kata Bulik, Kakek sakit?" tanya Bayu kepada Kakeknya.

"Cuma tidak enak badan, Yu!" jawab Kakek Warno lalu berkata, "ke mari duduk di dekat kakek, Yu!"

"Iya, Kek!" Bayu lalu duduk di pinggir kasur dimana Kakeknya sedang tidur-tiduran.

"Bayu, kamu tahu 'kan apa pekerjaan Kakek? Kakek merasa sudah waktunya kamu mewarisi keahlian Kakek. Kemampuan kakek adalah kemampuan yang telah diwariskan turun-temurun dalam keluarga kita," kata Kakek Warno sambil menunjukkan jari telunjuknya ke dahi Bayu.

Tanpa persiapan, tiba-tiba Bayu merasa kepalanya seperti terbelah. Pandangannya menjadi gelap seketika meski hanya sesaat saja.

Ketika kesadarannya telah pulih, Bayu melihat Kakek Warno sedang menatapnya.

"Jangan kaget! Apa yang kamu alami sekarang, juga aku alami saat seusiamu. Ilmu warisan keluarga kita hanya bisa diwariskan secara langsung, tidak bisa diajarkan," kata Kakek Warno, "apa yang aku lakukan kepadamu hanya membuka mata batinmu. Kamu akan kuberikan buku catatan agar bisa mengaktifkan dan memahami cara penggunaan ilmu warisan keluarga kita. Ibumu sudah menelponku kemarin. Dia memberi tahu bahwa minggu depan kamu harus pergi ke Jakarta untuk kuliah sambil bekerja pada Pamanmu. Oleh sebab itu, kamu hanya kuberi waktu satu minggu untuk mempelajarinya. Aku mewariskan ilmu ini kepadamu agar kamu bisa menjaga dirimu di tanah perantauan, sekaligus agar ilmu ini tidak hilang ditelan zaman!" 

Setelah penjelasan panjang itu, Kakek Warno memberi Bayu sebuah buku tulis yang compang-camping. Kertasnya juga telah menguning.

Melihat Bayu mengamati buku itu, Kakeknya lalu berkata, "Baca buku ini di kamarmu! Lalu, setelah kamu mengerti isinya langsung bakar atau sembunyikan di tempat yang tidak bisa ditemukan oleh siapa pun!"

Bayu akhirnya bergegas pergi menuju ke kamar tidurnya tanpa makan terlebih dahulu karena ingin segera membaca buku yang diberikan oleh Kakeknya.

Bab terkait

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 2 Jin Qorin Kembaran Jiwa

    Bayu duduk di meja belajar tua miliknya dan membaca buku yang diberikan oleh Kakeknya. Secara garis besar, isi bukunya adalah sebagai berikut: 1. Setiap makhluk hidup memiliki jiwa atau bisa juga disebut ruh/roh. Baik itu manusia atau makhluk gaib seperti Jin. 2. Sebenarnya setiap jiwa atau ruh bisa saling berkomunikasi dan bertemu. Hanya saja, tidak setiap manusia menyadarinya. Ilmu yang diturunkan dalam keluarga Bayu adalah kemampuan melihat, bertemu, mendengarkan, bahkan berkomunikasi dengan hal gaib seperti Jin. 3. Setiap Manusia ditemani oleh dua entitas gaib yang dikenal sebagai Malaikat dan Jin yang disebut Qorin. JinQorinberperilaku layaknya manusia yang ditemaninya. JinQorinjuga sering mempengaruhi p

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 3 Kembaran kakek

    Bayu tidur sampai jam 9 pagi. Dia tidak akan bangun lebih cepat bila bibinya tidak masuk ke kamarnya dan membangunkannya.Ketika Bayu bangun, dia merasa kepalanya pusing. Badannya terasa linu dan ototnya ngilu. Bayu masih ingin tidur karena lelah.“Bulik, saya merasa tidak enak badan! Biarkan saya istirahat hari ini ya!” Bayu memohon izin kepada bibinya.“Buliksudah menyiapkan sarapan pagi buat kamu lho! Bulik masak soto ayam sama tempe goreng. Ayo, bangun sarapan dulu! Setelah itu, minum obat masuk angin!” Bibi Wati memaksa Bayu untuk bangun agar bayu mau makan dan minum obat.“Ayo bangun, Kakekmu juga sudah bangun lho, dia lagi duduk di ruang makan menunggu kamu!” kata Bibi Wati membujuk Bayu.“Apa, Bulik, Kakek juga sarapan bersama kita?” tanya Bayu.“Iya, makanya, ayo sarapan ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 4 Berangkat ke Jakarta

    Seminggu telah berlalu. Sore hari ini, Bayu harus berangkat ke Jakarta. Dia berangkat menggunakan moda transportasi Bus Travel dari kota Muntilan. Kota Muntilan adalah kota kabupaten terdekat dari desa Bayu. Kota ini kecil dan tidak ramai. Dari desanya ke kota Muntilan hanya memakan waktu setengah jam. Bayu dijemput dan diantarkan ke Agen Bus Travel oleh teman Kakek Warno, Pak Yono, menggunakan mobil van miliknya. Di dalam mobil, Bayu iseng ingin melihat Kembaran pak Yono. Ketika Bayu mengaktifkan kemampuannya, dia melihat Kembaran pak Yono menempel di punggungnya dan posisi kepala Kembarannya berada di bahu kiri Pak Yono. Bayu terkejut melihat ini dan bergumam kepada dirinya sendiri, “Pak Yono ini bukan orang baik, kurasa? Kembarannya hampir bersatu dengan tubuhnya!” “Mengapa Kakek berteman baik

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 5 Rumah Kontrakan Paman Santoso

    Menjelang siang hari, Bayu sampai di rumah ibunya di Klender. Bayu bertemu adik perempuan tirinya yang berusia 4 tahun di teras rumah ibunya. Gadis kecil itu sedang bermain boneka dan tentu saja ditemani bocah perempuan yang persis sama dengan wajah adiknya. Kembaran adiknya duduk di sampingnya hanya melihat tanpa bersuara. Kedatangan Bayu mengalihkan perhatian keduanya. Mereka menatap Bayu tanpa berkedip. Adik tiri Bayu tiba-tiba berseru memanggil, “Maaa, ada tamu!” “Kakak, kamu siapa? Mama, ada abang-abang bertamu nih!” gadis kecil itu bertanya lalu berteriak lagi memanggil Ibunya. Sesosok wanita dewasa dengan fitur wajah yang mirip Bayu keluar dari dalam rumah. “Bayu! Kamu sudah sampai!” wanita itu berseru sambil tersenyum. “Ibu! Iya, Bayu sudah datang,” Bayu berkata dan berjalan menghampiri w

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 6 Perempuan Berdarah

    Bayu menyeberangi jalan kecil di depan rumah kontrakan. Dia sampai di depan Warkop dan mengamati. Dia melihat penjual di warkop adalah pria muda sekitar usia 20 tahun. Perawakannya kecil, matanya cekung seperti orang kurang tidur. Bayu memasuki warung yang terbuka bagian depannya. Dia duduk di sudut dalam Warkop. Warkop nampaknya juga menjual mi instan, bubur kacang hijau dan gorengan. Melihat daftar menu yang di tempel di dinding warkop, Bayu berkata, “Kang, saya pesan teh hangat dan bubur kacang hijau!” Si penjual yang terkantuk-kantuk mendadak bangun mendengar suara Bayu. “Oh, iya, a’!” Sambut si penjual. Oh, iya, nama akang siapa ya? Saya Bayu, saya keponakan Pak Santoso yang punya kontrakan di seberang. Saya baru datang dari kampung hari ini!” kata Bayu memperkenalkan diri. “Saya Asep, a’!” Jawab si Penjual singkat sambil menyiapkan pesanan Bayu. Bayu ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 7 Keputusasaan

    Pukul 9 Malam, Bayu kembali ke rumah kontrakan. Setelah mengobrol dengan Paman dan Bibinya, dia baru menyadari bahwa setiap kamar mempunyai nomor masing-masing. Di lantai bawah yang dimulai dari kamar Bayu adalah nomor 101 dan seterusnya hingga 110. Di lantai dua, mulai dari kamar 201 hingga 210. Dan lantai tiga mulai dari 301 hingga 310. Bayu dipercayakan memegang kunci kamar yang kosong. Dengan harapan begitu ada calon Penyewa, dia bisa langsung menunjukkan ruangan di dalam kamar yang diminati calon Penyewa sekaligus bila calon Penyewa langsung membayar uang sewa untuk satu bulan ke depan, dia bisa langsung memberikan kuncinya kepada Penyewa. Kembali ke kamarnya dia mencuci kaki, tangan dan wajahnya sebelum tidur. Bermain ponsel sebentar, kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 8 Susanti

    Sampai di depan pintu kamar 302, Bayu memasukkan anak kunci di lubang kunci pintu sambil mengaktifkan kemampuannya. Bayu membuka pintu kamar, masuk ke ruang depan. Kamar yang seharusnya kosong, sekarang ada karpet plastik di ruangan depan kamar itu. Beberapa bantal bergambar kartun tergelatak di karpet. Tidak ada apa-apa lagi selain itu. Bayu berdiri di dalam ruang depan mengamati ke seluruh ruangan mencoba mencari suatu petunjuk ketika tiba-tiba dia mendengar suara perempuan menangis pelan dari dalam ruang tengah. Bayu melangkah berjalan menuju ruang tengah. Dia berhenti di depan pintu yang terbuka di antara ruang depan dan ruang tengah. Bayu berdiri melihat ke dalam ruang tengah. Hanya ada kasur busa yang diletakkan di lantai bersama dua buah bantal. Di atas kasur busa, duduk seorang perempuan dengan kepala berdarah, dia sedang menangis sedih. Bayu mendekat

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 9 Sukardi

    Bayu mendapatkan pemikiran untuk bertemu pria yang terbunuh dengan sengaja. Tetapi sebelum itu dia akan bertanya-tanya kepada Asep tentang Kardi. Bayu menduga pria itu adalah kardi, karena pria itu mati di kamar yang sama dengan Bayu. Menurut dugaannya kamar ini selalu ditempati pengurus kontrakan. Bayu merasa mulutnya iseng ingin makan camilan dan berpikir, “lebih baik ngemil di Warkop Kang Asep sambil menyelidiki Kardi saja!” Bayu pergi menuju Warkop di seberang. Dia melihat Asep sedang menggoreng tempe, sementara di meja Warkop sudah ada tempe goreng yang masih mengepulkan asap. Bayu duduk di bangku kayu panjang dan memesan minuman, “Kang, minta teh hangat satu ya!” “Iya, ini ada gorengan baru saja matang, sekalian atuh, dicoba!” Asep berkata menawarkan gorengan buatannya. Bayu mengambil tempe goreng lalu mengigitnya. Sesaat kemudian, teh hangat tersaji

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-14

Bab terbaru

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 90 Menyelamatkan Paramita

    “Qorin Paramita, kamu kembali menjaga tubuh Bibi! Biarkan aku yang menghadapi penculik Bibi! “ Perintah Bayu tegas.“Baik! Aku kembali dan kamu berhati-hatilah!” Jawab Kembaran Paramita lalu kembali ke kamar ICU.Bayu berjalan pelan ke kamar mayat dan membuka pintunya.Bayu melihat ke sekeliling kamar mayat yang dingin. Dia melihat beberapa wajah pucat yang berdiri di sekitar jenazah yang terbujur kaku an ditutupi selimut.Mata Bayu tertuju ke sudut kamar mayat. Dia melihat semacam kandang besar yang kira-kira berukuran tinggi tiga meter, lebar dua meter dan panjang dua meter. Di depan kandang berdiri makhluk berwujud ular setinggi tiga meter.Di dalam kandang, Bayu melihat sosok yang mirip Gustian sedang memperkosa perempuan yang mirip Paramita.“Bangsat, makhluk hina lepaskan Bibiku!” teriak Bayu marah.Makhluk berwujud ular tiba-tiba menyerang Bayu, menerkam ke arah Bayu. Bayu yang lengah terkejut dan terkena pukulan ekor ular. Bayu terdorong ke belakang sejauh dua meter. Bayu memu

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 89 Paramita Koma

    Bayu yang mendengar jeritan Paramita, segera bangkit dari ranjangnya dan berlari keluar kamarnya menuju kamar Paramita di sebalah.Beruntung, kamar Paramita tidak dikunci. Bayu langsung membuka pintu kamar paramita dan bergegas masuk.Bayu melihat Paramita yang tidur telentang, Dia segera menghampiri Paramita dan mencoba membangunkannya, “Bibi, Bibi, bangun!”“Bangun, BI!” Teriak Bayu sambil mengoncang tubuh Paramita agak keras.Bayu yang panik, segera menutup mata dan membaca doa.Bayu membuka matanya dan melihat sosok wanita yang mirip Paramita sedang duduk di samping tubuh Paramita. Wajahnya pucat, bibirnya kering dan nampak pecah-pecah.“Hai Kembaran Bibi Paramita! Apa yang terjadi pada Bibiku?” Tanya Bayu suram.“Bayu, Jiwa Bibimu telah diculik oleh Gustian yang dibantu oleh Maulana!” Jawab Kembaran Paramita.“Apa? Gustian bersama Maulana? Bagaimana mungkin?” Tanya Bayu tidak percaya.“Aku tidak tahu bagaimana Gustian dan Maulana bisa bersama, yang pasti saat ini, bibimu sedang k

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 88 Rencana Nekat Bayu

    Bayu dan June sedang duduk di warung Es dan Bubur Garut, di Jalan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.“June, sepertinya aku sudah tidak bisa lagi terus melajang, aku ingin segera menikahi kamu!” Kata Bayu serius.“A...apa? kamu ingin segera kita menikah?” Tanya June gugup.“Ya, rencana kita menikah dengan wali kakak laki-lakimu harus segera kita laksanakan! Jujur, aku takut bila pernikahan kita ditunda terus, kita akan melakukan perbuatan zina, cepat atau lambat!” Kata Bayu dengan wajah memohon.June menatap mata Bayu dengan kelembutan dan rasa cinta.“Paling tidak kita menikah rahasia secara agama, dengan wali hakim dan kakak laki-lakimu sebagai saksi.” Saran Bayu tegas.“Baik, kita lakukan rencana kamu, Bayu... Besok aku akan membujuk Kakakku untuk datang ke Basecamp kita!” Jawab June serius.“Besok aku ajak main game konsol dulu, baru aku bujuk pelan-pelan ya Kakak kamu!” Jelas Bayu sambil menyesap teh hangat yang tersedia di mejanya.Keluarga June berbeda agama dengan Bayu, di samping i

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 87 Paramita Yang Kesepian

    “Jangan bangun! Bibi Cuma ingin memeluk kamu! Biarkan seperti ini! Bibi sudah lama tidak memeluk laki-laki!” Kata Paramita lemah. Bayu terdiam dan tidak bergerak. Dia merasa canggung sekaligus kasihan kepada Bibinya. Tidak lama kemudian Bayu merasa tubuh Bibinya bergetar. Sesaat kemudian, Bayu mendengar isak tangis yang pelan dari punggungnya. Tidak lama kemudian, suara isak tangis mereda. Bayu meraih jemari Paramita yang memeluknya dari belakang. Bayu menggenggam jemari Paramita dengan erat tapi lembut. “Bi, jangan sedih! Bayu sayang sama Bibi! Selama ini Bibi sudah sangat baik sama Bayu.” Bayu berkata dengan lembut sembari menepuk-nepuk punggung tangan Paramita, berusaha menghiburnya. “Adik Bayi tidak kelihatan, pasti dititipkan ke rumah kakek neneknya. Tampaknya Bibi sudah siap hendak berduaan dengan Gustian. Aku sudah mengacaukan rencana Bibi.” Pikir Bayu agak menyesal. “Bibi, bukannya Bayu hendak menggurui atau apapun, Bayu hanya menyarankan, sebaiknya Bibi sabar mencari pa

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 86  Gustian Dan Paramita

    Bayu menghampiri Gustian yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengaktifkan video rekaman di ponselnya.Bayu membaca doa dan berkonsentrasi sejenak, lalu berkata sambil menjentikkan jarinya, “Tidur!”Gustian merosot di kursi kehilangan kesadarannya. Bayu mengarahkan kamera ponselnya.“Keluar!” Suara Perintah tedengar dari mulut Bayu.Kembaran Gustian tiba-tiba menampakkan dirinya. Hanya Bayu dan kamera ponselnya yang bisa melihat penampakan Kembaran Gustian.“Siapa nama Kembaranmu yang sedang tidur?” Tanya Bayu acuh tak acuh.“Kembaranku bernama Ari Gustian.” Jawab Kembaran Gustian.Paramita dan June hanya bisa mendengar suara Kembaran Gustian, tetapi tidak dapat melihat sosoknya. Bayu menolah dan melihat Paramita dan June.“Bibi, June, kemarilah! Bibi bisa melihat sosok Kembaran Gustian di layar ponsel Bayu!” Kata Bayu.Paramita dan June bergegas ke punggung Bayu. Keduanya penasaran dengan tampilan Kembaran Gustian.“Apa tujuan Gustian mendekati Bibi Paramita? Apakah murni kare

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 85 Menyelamatkan June

    Bayu menegang melihat June sedang disandera oleh Maulana. “Lepaskan June! Kamu tidak akan pernah bisa menang melawan kebenaran. Aku tidak ingin membunuh jiwamu di alam ini!” Teriak Bayu marah. “Kamu mundur dan kembali atau aku akan membunuh jiwa June sekarang!” Tantang Maulana dengan wajah sombong. Bayu membaca doa yang kuat untuk melemahkan Jiwa Maulana. Namun Bayu terkejut, bahwa Maulana tidak terpengaruh. “Hahaha, aku bukan Jin, jadi kamu membaca doa yang salah!” Tawa Maulana semakin arogan. “Sial, aku lupa bahwa dia sama seperti aku, dia manusia dan bukan Jin!” Gumam Bayu agak panik. Bayu berpikir dan teringat doa untuk mengalahkan setan. Manusia yang jahat juga sama seperti setan. Kakeknya pernah berkata, bahwa setan itu bukan hanya berbentuk Jin, manusia dan hewan yang jahat juga termasuk golongan setan. Bayu mencoba membaca doa untuk mengalahkan setan. Tiba-tiba Maulana bergetar. Tubuhnya melemah. “Sialan kamu!” Umpat Maulana panik. Tubuh Maulana berubah transparan kemu

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 84 Maulana

    Bayu melihat sosok perempuan berwajah cukup cantik yang telanjang bulat dengan tubuh yang sangat menggoda sedang menatapnya ketakutan.“Kamu membunuh Tuanku! Kamu harus mati!” Teriak perempuan itu marah.Tubuh perempuan itu tiba-tiba berubah. Sekujur tubuhnya mengeluarkan sisik hitam. hanya saja kakinya tetap kaki manusia meskipun bersisik.Bau amis ular menyerang hidung Bayu. Mata perempuan itu berubah merah darah. Kuku jarinya memanjang.Bayu tidak menunggu perempuan itu berubah sepenuhnya, dia langsung menyerang perempuan itu dan menebas lehernya. Perempuan itu jatuh ke lantai dengan darah berceceran dan mati.Bayu merasakan angin dari sisi belakangnya, Bayu segera memutar tubuhnya dan mengayunkan pisau daging dengan kecepatan tercepatnya. Sayangnya serangan Bayu meleset.Bayu melihat penyerangnya. Dia seorang pria dengan wajah bayi dan berambut keriting, tetapi dia memiliki sisik ular berwarna hitam legam di sekujur tubuhnya yang telanjang. Hanya saja kakinya milik manusia normal.

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 83 Wanita Tua Yang Ramah

    Seorang wanita tua dengan senyum ramah terlihat di hadapan Bayu.“Ah, sangat jarang jiwa manusia datang ke rumahku! Masuk, masuklah, anak muda!” Kata wanita tua itu dengan ramah.Bayu sedikit ragu-ragu sebelum melangkah memasuki ruang tamu milik wanita tua itu.“Ayo, ayo, duduk, anak muda!” Kata wanita tua itu mempersilahkan Bayu untuk duduk di kursi tamu yang nampak tua, mungkin umur kursi itu setua wanita tua yang ramah itu.Bayu duduk dengan sopan. Wanita tua itu masuk ke dalam rumahnya lalu keluar sambil membawa nampan berisi piring kecil dan dua cangkir.Sambil meletakkan nampan, wanita tua itu berkata dengan ramah, “Jarang sekali aku menerima tamu, sekalinya ada tamu, tamuku seorang manusia! Sungguh beruntung! Ayo diminum tehnya dan dicicipi camilannya!”Bayu melihat ke piring kecil yang diletakkan di atas nampan di depannya. Bayu melihat serangga yang mirip kecoak berjumlah beberapa tergeletak mati di dalam piring itu. Selanjutnya Bayu melihat ke dalam isi cangkir yang terletak

  • Jin Qorin, Sang Kembaran Jiwa   Bab 82 Alam Jin

    Bayu menerobos masuk tanpa permisi karena dia telah diliputi emosi. Bayu bersiap untuk kemungkinan terburuk. Dia masuk sambil menundukkan badannya, agar tidak bisa diserang.Bayu terhuyung ke dapan dan jatuh ke lantai. Bayu segera mendongakkan kepalanya dan melihat ke sekeliling ruangan tamu di ruang 308, tetapi dia tidak melihat siapapun.Bayu segera berdiri dan berjalan dengan hati-hati menuju ruang dalam. Dia tidak menemukan siapapun di ruang bagian dalam.Bayu mencari ke bagian dapur dan kamar mandi. Bayu masih tidak menemukan siapapun. Akhirnya Bayu memasuki kamar tidur.“June!” Teriak Bayu panik.Bayu melihat June terbaring diam di ranjang ganda di kamar tidur itu. Dia segera menghampiri June.Bayu mencoba membangunkan June. Bayu juga mencari keberadaan Kembaran June.Bayu merasakan June masih bernapas. Napasnya tenang seperti orang yang sedang tidur. Mata Bayu tertuju ke arah kertas di sebelah kepala June.Bayu mengambil catatan di sebalah kepala June dan membaca.‘Bayu, kalau

DMCA.com Protection Status