Share

Bab 46

Penulis: Jus Pir
Boris tidak memberi Tyara pandangan sama sekali, suaranya terdengar sangat datar saat ia menjawab, “Tidak.”

“Tapi kamu kelihatannya nggak senang,” kata Tyara dengan suara pelan.

Sorot mata Boris yang tajam dan dingin membuat orang lain enggan mendekat. Tyara sendiri pun merasa takut, matanya penuh keengganan saat menatap Boris.

Namun pada akhirnya, Boris hanya berkata ringan, “Sore ini aku harus pergi ke Jiangcheng untuk dinas, baru bisa kembali dua hari lagi. Jika ada apa-apa, kamu bisa kontak Xena, dia akan bantu. Oh ya, selama aku nggak ada, kamu jaga jarak dengan Zola, ya?”

Xena adalah asisten perempuan Boris. Tyara terdiam sejenak. Namun, dia mengangguk cepat, “Oke, aku ngerti.”

Tyara merasa ada sesuatu yang tersirat dalam kata-kata terakhir Boris, mungkinkah Zola telah mengatakan sesuatu tadi malam? Tyara hanya bisa berandai-andai dalam hati, tapi dia tidak berani bertanya langsung kepada Boris.

Boris tidak memberitahu Zola tentang perjalanannya. Zola baru tahu dari Tyara ketika
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 47

    Begitulah, dua hari pun dengan damai seperti ini.Selama dua hari ini, Zola dan Boris tidak saling kontak sama sekali. Bahkan, Boris tidak memberi tahu Zola saat mau melakukan perjalanan bisnis. Itu sama saja dengan memberitahu Zola bahwa Zola tidak perlu menghubunginya, dan Zola pun mengabulkannya. Dua hari bukanlah waktu yang singkat, juga tidak lama. Hartono keluar dari rumah sakit pada pagi hari ketiga. Karena Zola tidak tahu kapan Boris akan kembali, dia bergegas ke rumah sakit pagi-pagi sekali untuk menjemput Kakek Hartono, bersama Dimas dan Rosita.Hartono sudah melakukan pemeriksaan dan ternyata tekanan darah dan gula darahnya agak tinggi, tapi yang lainnya normal. Zola mengurus semua prosedur keluar dari rumah sakit sendiri. Hartono, Dimas dan Rosita bisa melihat sikap hormatnya pada orang tua.Rosita berkata, “Zola, kamu nggak usah repot-repot lagi. Biarkan mereka saja yang mengurusnya. Kamu ke sini saja, temani Kakek mengobrol.”Zola berhenti dan berkata, “Aku nggak repot,

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 48

    Boris tampak cukup kucel, mungkin baru saja kembali. Hanya saja, begitu kembali langsung menemani Tyara ke rumah sakit. Perhatian sekali. Zola menggerutu dalam hati.Boris memandang Hartono dan berkata, “Kakek ….”“Kamu masih memandang aku sebagai kakekmu? Aku lihat kamu berharap aku segera mati.” Hartono langsung memotong perkataan Boris.“Kakek, aku nggak pernah berpikir seperti itu. Tolong jangan berkata seperti itu.” Boris menjelaskan.Hartono mengabaikannya.Dimas segera menenangkan, “Pa, jaga kesehatan Papa. Jangan sampai kesehatan Papa memburuk lagi karena marah padanya.”Lalu, Dimas menatap Boris dengan dingin dan berkata, “Kakek keluar dari rumah sakit, kamu bilang kamu sedang dalam perjalanan bisnis. Sekarang kenapa ada di sini?”“Aku baru saja kembali. Tyara lagi nggak enak badan, jadi aku menemaninya ke dokter. Kupikir ada Mama dan Zola yang menjemput Kakek, jadi aku berencana untuk langsung pulang ke rumah untuk melihat Kakek nanti malam.”“Aku nggak membutuhkannya. Jangan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 49

    Zola mengangguk kecil, lalu membantu Hartono berjalan keluar. Dimas mengerutkan kening dan melirik Boris. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi sudah kelihatan sangat tidak senang.Rosita memelototi Boris dan berkata pelan, “Lihatlah, kamu sudah membuat kakek marah lagi. Cepat selesaikan semua urusanmu, atau Mama akan mengurusnya untukmu.”Setelah mengatakan itu, sebelum Boris sempat berkata apa pun, Rosita melangkah pergi.Melihat ketiga orang itu pergi, Boris tidak menoleh untuk waktu yang lama. Tyara di belakangnya berkata, “Boris, Kakek marah, apa kamu mau pulang?”Boris kembali menatap orang di belakangnya dan berkata dengan tatapan lembut, “Nggak, kamu bilang kamu nggak enak badan? Ayo, aku akan menemanimu ke dokter.”Tyara mengangguk, tapi ekspresi wajahnya tidak melembut sama sekali. Dia tahu kapan Boris akan kembali dari perjalanan bisnisnya, jadi dia sengaja memilih waktu yang tepat untuk menelepon pria ini, lalu mengatakan kepadanya, “Boris, aku sakit kepala. Aku selalu kepikir

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 50

    Boris mengernyit sedikit, raut mukanya datar, dan dia berkata, “Kakek, Kakek menyetujuinya karena Kakek lagi marah, atau karena memang benar-benar paham dan bersedia menghormati keputusan kami?”“Apa bedanya?” kata Hartono dingin.Boris berkata, “Kalau Zola dan aku bercerai secara diam-diam, Kakek juga nggak akan bisa menghentikan kami, tetapi aku nggak melakukan itu. Aku hanya berharap Kakek bisa menghormati keputusan kami, dan bukan menyetujuinya karena marah.”“Oh, kalian dengar ini, ini cucu yang aku didik sendiri dulu, dan sekarang dia mau mengajariku. Bagus, uhuk … bagus sekali ....”Hartono terbatuk-batuk. Zola berada paling dekat dengannya, jadi dia segera berdiri, menepuk-nepuk punggung Hartono, dan menuangkan air sambil berkata, “Kakek, jangan emosi. Kesehatan Kakek paling penting.”“Zola, Kakek yang sudah menyakitimu. Kakek seharusnya nggak menyuruhmu untuk menikah dengannya sejak awal.”“Kakek, jangan berkata begitu. Kakek nggak tahu betapa berterimakasihnya aku pada Kakek.

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 51

    Zola pun tidak menolak. Dia hanya bergumam pelan, lalu pergi ke kamar mandi. Boris menatap wajah yang semakin kurang senyum dan tidak banyak ekspresi itu. Dia spontan mengerutkan kening. Sebenarnya ada apa dengan Zola?Beberapa saat setelah Zola pergi mandi, Tyara menelepon Boris. Begitu Boris mengangkat telepon, suara perempuan itu datang dari ujung telepon lainnya.“Boris, sudah larut malam. Kenapa kamu dan Zola belum pulang juga?” tanya Tyara dengan suara manja.“Selama dua hari ke depan kami berdua nggak akan pulang. Kamu jaga dirimu sendiri baik-baik. Kalau ada apa-apa, kamu cari Xena saja,” jawab Boris dengan nada datar.“Kalian nggak pulang?”“Hmm.”“Kalian mau pergi jalan-jalan?”Tyara pura-pura bersikap tenang dan bertanya pada Boris. Namun, sepandai-pandainya dia berpura-pura, tetap ada getaran dalam suaranya.“Nggak. Kakek sudah setuju kami cerai, tapi dengan syarat. Dia ingin kami tinggal di sini menemaninya selama dua hari.”“Kalau begitu, dua hari lagi kamu bisa cerai den

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 52

    Boris sedikit tertegun, ekspresinya spontan membeku. Tanpa menunggu jawaban dari Boris, Zola sudah menarik tangannya dari tangan pria itu.“Kamu pergi mandi sana. Aku sudah mengantuk,” kata Zola.Nada bicaranya begitu dingin. Usai berkata, dia langsung berbaring. Sedangkan Boris menatapnya dalam diam selama beberapa detik. Setelah itu, Boris baru pergi ke kamar mandi. Namun, pertanyaan Zola barusan masih terngiang-ngiang di dalam benaknya. Jika Zola benar-benar mengatakan kalau dia tidak ingin bercerai, maka pilihan apa yang akan diambil Boris?Boris tidak mungkin setuju tidak bercerai. Bagaimanapun juga, dia sudah berjanji pada Tyara untuk menikahinya. Oleh karena itu, dia dan Zola harus bercerai.Malam berlalu dengan damai. Setiap orang memiliki pemikirannya masing-masing. Keesokan harinya, sinar mentari yang hangat menyelinap masuk melalui jendela. Perempuan di tempat tidur sudah lama bangun, tapi dia tidak bergerak. Karena tangan di pinggangnya menahannya dengan erat. Setelah dua h

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 53

    Zola melarikan diri ke kamar mandi dengan panik. Setelah menutup pintu, dia baru mengangkat tangan dan menyentuh wajahnya, lalu menarik napas sebanyak-banyaknya. Wajahnya terasa panas, dia merasa seperti masih bisa melihat semua yang Boris lakukan barusan. Apa yang sedang mereka lakukan?“Zola, kalian sebentar lagi mau cerai. Kalian seharusnya jaga jarak,” gumam Zola pada dirinya sendiri.Zola pun segera membasuh wajahnya dengan air dingin. Dia terus membasuh sampai dirinya benar-benar tenang. Beberapa menit kemudian, Zola keluar dari kamar mandi. Pria itu sudah tidak berada di dalam kamar. Baguslah, jadi Zola tidak perlu menghadapinya lagi.Saat sarapan, karena keduanya tak kunjung datang, Hartono sudah selesai makan lebih dulu. Rosita ada janji dengan temannya, Dimas otomatis menjadi sopir istrinya. Oleh karena itu, keduanya pagi-pagi sudah pergi.Selesai menyarap, Boris bermain catur dengan sang kakek karena tidak bisa meninggalkan rumah itu. Sedangkan Zola hanya menonton mereka ber

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 54

    Semua orang hendak pindah ke ruang keluarga. Hartono tiba-tiba berkata, “Zola, bantu aku.”“Oke.” Zola segera berjalan ke arah Hartono. Hartono sengaja memperlambat langkahnya dan menunggu sampai semua orang masuk ke ruang keluarga. Setelah itu, dia baru berkata pada Zola, “Nggak perlu khawatir, Zola.”“Kakek, aku masih tetap dengan keputusanku. Aku nggak mau dia tahu kalau aku hamil.”“Oke, tenang saja.”Hartono menepuk punggung telapak tangan Zola dengan lembut untuk menenangkannya. Zola baru bisa menghela napas lega.Dokter keluarga yang datang untuk memeriksa Zola telah menjadi dokter keluarga Morrison selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, mereka sudah sangat akrab satu sama lain.Setelah semua orang duduk, Boris langsung berkata, “Om Guntur, maaf merepotkan Om sampai suruh Om datang ke sini. Zola akhir-akhir ini sering nggak enak badan, sering muntah. Kira-kira apa ya penyebabnya?”Dokter bernama Guntur itu terdiam sejenak. Senyum tipis muncul di wajahnya. Namun, sebelum dia bi

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status