Setelah menyebutkan alamat, Zola bertanya, "Ada apa? Apa ada urusan?"“Kamu ketemu dengan Sandra?” tanya Boris. Tanpa ada emosi yang jelas, tetapi membuat Zola merasa tidak nyaman. Seolah-olah sedang diinterogasi bahkan mungkin disalahkan.“Iya, barusan aku bertemu dengannya.” Boris dengan suara lembut berkata, "Zola, kalau ada yang ingin kamu ketahui, kamu bisa tanya aku. Aku dan Sandra hanya teman dan rekan kerja, dan karena proyek ini, kami sering bertemu. Kalau kamu merasa nggak nyaman, aku bisa menyerahkan urusan ini pada orang lain, oke?"Zola mengerutkan kening, sedikit tidak yakin dan bertanya, "Boris, kamu sedang menjelaskan padaku?"“Lalu apa maksud ucapanku?” “Kamu merasa kalau aku ketemu dengan Sandra karena marah? Kamu takut emosiku bisa memengaruhi bayi?” “Zola! Jadi kenapa kamu ketemu Zola?” tanya Boris dengan nada penuh peringatan. "Kami hanya minum teh dan mengobrol, nggak ada yang lebih dari itu. Kamu pikir kami bisa melakukan apa?" ujar Zola dengan santai. Bori
Zola mengetuk pintunya dan masuk sambil mendorong Nenek. Di dalam ruangan tersebut masih ada orang lain. Di bagian tengahnya hanya dibatasi oleh sebuah tirai saja. Nenek dibantu oleh perawat untuk berbaring di tempat tidur lalu mulai proses penarikan darah.Di waktu yang sama, terdengar suara perawat yang ada di sampingnya berkata, “Kenapa putri Anda nggak datang menemani Anda?”“Dia lagi sibuk dengan persiapan konsernya dan nggak ada waktu datang.”Zola langsung tahu jika suara itu adalah milik ibunya Tyara. Dia mengerutkan keningnya karena ternyata Tyara memang tidak datang ke rumah sakit untuk menemani ibunya. Zola memutuskan untuk tidak memikirkannya dan melupakannya.Setelah neneknya selesai menarik darah, dia mendorong neneknya kembali ke kamarnya. Di belakangnya, ada ibu dan ayahnya Tyara. Karena Zola diminta oleh neneknya untuk mengenakan masker, sehingga mereka tidak mengenalinya.Saat Zola ragu apakah dia harus berjalan lebih cepat untuk menjaga jarak, dari belakang terdengar
Boris menyipitkan matanya dan senyuman tipis yang menghiasi bibirnya memperlihatkan sedikit kesan dingin. Dengan suara rendah dan tenang, dia bertanya, “Siapa yang memberitahumu kalau aku mencintai Tyara? Apa kamu berpikir aku nggak peduli karena aku mencintainya?”Zola tertegun sejenak. Menghadapi pertanyaannya yang jelas-jelas sudah mengetahui jawabannya, hatinya seolah disentuh oleh sesuatu dan menimbulkan perasaan yang sedikit tidak nyaman. Namun, dia tetap menatap mata lelaki itu dengan tenang, lalu menjawab, "Bukankah begitu?"“Tentu saja nggak!” jawab Boris dengan tegas. Tangan lelaki itu meraih tangan Zola dan dengan lembut berkata, “Zola, aku tidak pernah bilang kalau aku mencintai Tyara. Jadi, dari mana datangnya pemikiran seperti itu?”“Tapi semua yang kamu lakukan menunjukkan bahwa kamu mencintainya,” jawabnya dengan bibir sedikit terkatup, sementara tangan satunya secara naluriah mengepal. Sebenarnya, dia sangat ingin mengatakan pada Boris bahwa lelaki itu sangat kejam. Je
Dia hanya menyukai ibu dari anaknya saja. Siapa ibunya? Seketika Zola tersentak. Kepalanya seperti akan meledak detik ini juga. Apa arti ucapan lelaki itu?Apa arti dari kata-katanya? Pada awalnya, Zola tidak langsung menyadari. Baru setelah dia mencernanya, dia benar-benar terdiam. Boris mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Zola, dan dengan suara serak berkata, "Zola, bicaralah. Katakan padaku apa yang kamu rasakan?"“Aku nggak tahu,” jawab Zola dengan serius.“Nggak tahu apa?”“Nggak tahu bagaimana menjawabmu.”Boris tersenyum tipis dan ujung jarinya dengan lembut mengusap pipi Zola yang lembut, lalu berkata dengan suara pelan, "Nggak tahu bagaimana menjawab? Sulitkah? Mendengar aku mengatakan hal ini, kamu nggak merasakan atau memikirkan apa pun?"“Aku nggak mengerti bagaimana menjelaskan perasaanku sekarang.”Boris tersenyum lagi, matanya menjadi suram, dengan sedikit paksaan dia berkata, “Zola, apakah kamu benar-benar nggak tahu bagaimana menjelaskan perasaanmu sekarang sehi
Ekspresi wajah Boris tampak sedikit berat saat menatapnya, seolah-olah matanya mengatakan padanya bahwa "aku harus pergi." Zola merapatkan bibirnya dengan sedikit tersenyum, lalu berkata, "Kalau begitu, pergilah."Boris hanya menggumamkan jawaban pelan, kemudian tanpa berlama-lama dia bangkit dan berjalan keluar. Mendengar suara pintu tertutup, hati Zola juga terasa seperti terkunci.Lelaki itu dengan jelas mengatakan bahwa dia tidak mencintai Tyara, tetapi karena satu kalimat dari perempuan itu, dia langsung pergi menemuinya. Lalu ini apa namanya jika bukan cinta?Dia tersenyum pahit dan duduk diam di kantor untuk waktu yang lama. Sebelum akhirnya bangkit dan pergi. Ketika Jesse melihatnya keluar, lelaki itu segera menghampiri, "Bu, saya antar Anda pulang, ya?"Boris sengaja memerintahkan Jesse sebelum dia pergi. Namun, Zola menggeleng menolak dan berkata, “Nggak perlu. Sopir sudah menungguku di bawah.”Jesse hanya bisa mengangguk dan mengantarnya ke lift. Setelah itu dia membantu men
Senyum tipis muncul di mata Tyara. Dia mengangkat kedua tangannya, membiarkan dirinya dibopong oleh Boris, sementara tangannya melingkar di leher lelaki itu. Kedekatan ini membuat ekspresi Boris tetap dingin, tatapannya juga penuh kebekuan tanpa sedikit pun kehangatan.Tyara memberikan isyarat mata kepada asistennya, yang segera mengerti dan mengeluarkan ponselnya.Setelah Boris menggendongnya keluar dari tempat berkuda, lelaki itu langsung memasukkan Tyara ke mobilnya. Manajer dan asistennya juga ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, Tyara mengucapkan maaf pada Boris,“Boris, benar-benar maaf sekali. Kamu sengaja datang ke sini tapi malah harus memintamu untuk menemaniku ke rumah sakit.”Boris tidak menunjukkan emosi atau reaksi berlebihan, dia hanya meliriknya sekilas dan berkata, "Ceritakan bagaimana rupa orang yang kamu ingat itu?"“Sekarang? Bagaimana kalau tunggu tiba ke rumah sakit dulu baru kita bicarakan,” ujar Tyara menunjukkan sepertinya tidak nyaman untuk membahas seka
Nenek menghela napas panjang, merasa bersalah dan penuh penyesalan. "Zola, semua ini salahku. Kalau saja aku tidak merepotkanmu, kalian pasti nggak akan begini. Pasti karena aku. Aku sudah setua ini, nggak perlu lagi menjalani operasi. Aku sudah cukup hidup."“Nenek, ini benaran nggak ada hubungannya dengan Nenek. Nenek jangan sembarangan pikir, ya?” ujar Zola sambil menenangkan neneknya. Namun, neneknya masih tidak mau berhenti dan menganggap kejadian ini ada hubungannya dengan dirinya. Karena terlalu emosional, kesehatan neneknya yang sudah melemah mulai terganggu.Zola bergegas memanggil perawat dan setelah diberi obat, neneknya terlihat mulai tenang. Zola merasa cemas dan tidak tenang, perasaannya bercampur aduk. Dia merendahkan suaranya, berusaha menenangkan neneknya,"Tolong jangan bilang hal-hal seperti itu lagi, apa pun yang terjadi, aku nggak akan meninggalkan Nenek. Kalau Nenek nggak ingin merepotkanku, tolong ikuti ucapan dokter. Aku juga lagi hamil, kalau Nenek nggak mau de
Ketika telepon tersambung, dia langsung meminta Jesse untuk menyelidiki lelaki itu. Karena sudah ada gambaran dan ciri khas orang tersebut, pencariannya tidak lagi tanpa arah.Setelah menjawab, Jesse berkata, “Pak, Anda dan Bu Tyara masuk berita utama. Cukup menggemparkan sehingga dari rumah meminta saya untuk menghubungi Anda segera dibereskan. Apa alasan yang ingin Anda pakai untuk menanggapinya?”Boris tidak segera merespons. Dia melirik tanpa ekspresi ke arah Tyara yang sedang berbaring di tempat tidur, lalu melihat ponselnya. Dia masih menyambungkan panggilannya dengan Jesse dan melihat berita utama di ponselnya yang menampilkan dirinya dan Tyara.Dengan ekspresi sedingin es, dia berkata, "Segera hapus!"“Baik, Pak Boris.” Jesse sudah mempersiapkan semuanya dan hanya menunggu perintah dari Boris saja. Bagaimana pun, hubungan Tyara dengan Boris masih menjadi tanda tanya dan tidak jelas.Boris menggenggam ponselnya dan dengan tatapan dalam dia berkata, “Tyara, aku masih ada pekerjaa