Ekspresi wajah Boris tampak sedikit berat saat menatapnya, seolah-olah matanya mengatakan padanya bahwa "aku harus pergi." Zola merapatkan bibirnya dengan sedikit tersenyum, lalu berkata, "Kalau begitu, pergilah."Boris hanya menggumamkan jawaban pelan, kemudian tanpa berlama-lama dia bangkit dan berjalan keluar. Mendengar suara pintu tertutup, hati Zola juga terasa seperti terkunci.Lelaki itu dengan jelas mengatakan bahwa dia tidak mencintai Tyara, tetapi karena satu kalimat dari perempuan itu, dia langsung pergi menemuinya. Lalu ini apa namanya jika bukan cinta?Dia tersenyum pahit dan duduk diam di kantor untuk waktu yang lama. Sebelum akhirnya bangkit dan pergi. Ketika Jesse melihatnya keluar, lelaki itu segera menghampiri, "Bu, saya antar Anda pulang, ya?"Boris sengaja memerintahkan Jesse sebelum dia pergi. Namun, Zola menggeleng menolak dan berkata, “Nggak perlu. Sopir sudah menungguku di bawah.”Jesse hanya bisa mengangguk dan mengantarnya ke lift. Setelah itu dia membantu men
Senyum tipis muncul di mata Tyara. Dia mengangkat kedua tangannya, membiarkan dirinya dibopong oleh Boris, sementara tangannya melingkar di leher lelaki itu. Kedekatan ini membuat ekspresi Boris tetap dingin, tatapannya juga penuh kebekuan tanpa sedikit pun kehangatan.Tyara memberikan isyarat mata kepada asistennya, yang segera mengerti dan mengeluarkan ponselnya.Setelah Boris menggendongnya keluar dari tempat berkuda, lelaki itu langsung memasukkan Tyara ke mobilnya. Manajer dan asistennya juga ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, Tyara mengucapkan maaf pada Boris,“Boris, benar-benar maaf sekali. Kamu sengaja datang ke sini tapi malah harus memintamu untuk menemaniku ke rumah sakit.”Boris tidak menunjukkan emosi atau reaksi berlebihan, dia hanya meliriknya sekilas dan berkata, "Ceritakan bagaimana rupa orang yang kamu ingat itu?"“Sekarang? Bagaimana kalau tunggu tiba ke rumah sakit dulu baru kita bicarakan,” ujar Tyara menunjukkan sepertinya tidak nyaman untuk membahas seka
Nenek menghela napas panjang, merasa bersalah dan penuh penyesalan. "Zola, semua ini salahku. Kalau saja aku tidak merepotkanmu, kalian pasti nggak akan begini. Pasti karena aku. Aku sudah setua ini, nggak perlu lagi menjalani operasi. Aku sudah cukup hidup."“Nenek, ini benaran nggak ada hubungannya dengan Nenek. Nenek jangan sembarangan pikir, ya?” ujar Zola sambil menenangkan neneknya. Namun, neneknya masih tidak mau berhenti dan menganggap kejadian ini ada hubungannya dengan dirinya. Karena terlalu emosional, kesehatan neneknya yang sudah melemah mulai terganggu.Zola bergegas memanggil perawat dan setelah diberi obat, neneknya terlihat mulai tenang. Zola merasa cemas dan tidak tenang, perasaannya bercampur aduk. Dia merendahkan suaranya, berusaha menenangkan neneknya,"Tolong jangan bilang hal-hal seperti itu lagi, apa pun yang terjadi, aku nggak akan meninggalkan Nenek. Kalau Nenek nggak ingin merepotkanku, tolong ikuti ucapan dokter. Aku juga lagi hamil, kalau Nenek nggak mau de
Ketika telepon tersambung, dia langsung meminta Jesse untuk menyelidiki lelaki itu. Karena sudah ada gambaran dan ciri khas orang tersebut, pencariannya tidak lagi tanpa arah.Setelah menjawab, Jesse berkata, “Pak, Anda dan Bu Tyara masuk berita utama. Cukup menggemparkan sehingga dari rumah meminta saya untuk menghubungi Anda segera dibereskan. Apa alasan yang ingin Anda pakai untuk menanggapinya?”Boris tidak segera merespons. Dia melirik tanpa ekspresi ke arah Tyara yang sedang berbaring di tempat tidur, lalu melihat ponselnya. Dia masih menyambungkan panggilannya dengan Jesse dan melihat berita utama di ponselnya yang menampilkan dirinya dan Tyara.Dengan ekspresi sedingin es, dia berkata, "Segera hapus!"“Baik, Pak Boris.” Jesse sudah mempersiapkan semuanya dan hanya menunggu perintah dari Boris saja. Bagaimana pun, hubungan Tyara dengan Boris masih menjadi tanda tanya dan tidak jelas.Boris menggenggam ponselnya dan dengan tatapan dalam dia berkata, “Tyara, aku masih ada pekerjaa
Suara lelaki di seberang telepon terdengar sangat yakin dan berkata, “Tentu saja percaya. Sekarang dia sangat ingin cari tahu siapa yang ingin menyerangnya. Lalu siapa yang mau menyerang keluarga Morrison. Kalau semuanya secara terang-terangan, dia tidak akan merasa takut. Tapi sekarang kita bersembunyi sehingga dia harus waspada.”“Kamu saja yang putuskan. Hasil yang aku inginkan adalah dia selamanya berpisah dengan Zola. Aku nggak mau melihat mereka hidup saling mencintai. Setiap memikirkan dia mencintai Zola, aku merasa nggak rela.”“Tyara, tenanglah.”“Bagaimana kamu memintaku tenang? Aku sudah menunggu begitu lama, tetapi masih belum ada hasil yang jelas. Kalau Zola nggak bisa berpisah dengannya, aku hanya bisa menyerang anak di perutnya saja. Aku nggak izinkan dia melahirkan anaknya Boris.”“Cukup, Tyara. Kita bicarakan hal ini nanti. Yang sekarang harus kita lakukan adalah biarkan Boris mencari tahu sesuai rencana kita. Setelah tujuan kita tercapai, terserah kamu mau melakukan a
Proyek ini adalah kerja sama di mana Leonarto Group mengambil alih sebuah kompleks vila yang baru saja selesai dibangun. Leonarto Group bertanggung jawab atas desain interior, tata lingkungan, dan lainnya, untuk mengubah vila-vila yang masih dalam kondisi kasar menjadi rumah dengan desain akhir yang lengkap. Sehingga harga jualnya bisa meningkat dua kali lipat.Perusahaan Zola utamanya berfokus pada desain arsitektur, tetapi juga mencakup desain interior bangunan. Saat ini, Leonarto Group adalah satu-satunya pilihan mereka. Mahendra langsung menghubungi Selena dan mereka menandatangani kontrak dengan pembagian komisi 3 persen dari transaksi yang ditangani oleh Leonarto Group.Setelah kerja sama itu disepakati, Mahendra berkata kepada Zola, “Aku yang akan bertanggung jawab atas proyek ini. Jangan khawatir, aku pasti nggak akan mengganggu kamu. Tapi setelah desain selesai, kamu harus melihatnya. Kalau nggak, aku nggak akan tenang.”Zola tersenyum dan berkata, “Baik.”“Aku akan membayar b
Zola berkata, “Sekarang aku lagi kerja, meski perusahaanku nggak sebesar Morrison Group, aku juga ada tanggung jawab, kalau kamu buru-buru, kamu bisa pulang dulu.”Boris tertawa kecil dan menatap Zola dengan mata mendalam dan berkata, "Kamu sendiri yang bilang, perusahaanmu nggak sebesar Morrison Group, jadi keluar dan ikut pulang bersamaku."Dia mengucapkan kalimat itu dengan ancaman yang terang-terangan. Mahendra juga bisa mendengar ancaman tersebut. Di waktu yang sama, dia berkata membela,“Pak Boris, meski perusahaan kami nggak sebesar Morrison Group, Kamu tetap harus menghormati pekerjaan setiap orang, bukan? Zola dan aku masih membahas proyek. Kalau kamu memintanya untuk pergi sekarang, bukankah itu membuatnya terlihat nggak bertanggung jawab?"“Lalu kenapa?” Boris tampak menantang. Matanya terlihat tajam dan ekspresinya terlihat dingin sambil berkata, “Kamu merasa tanpa Zola, kamu masih bisa duduk di sini sekarang dan bicara denganku?”Maksud ucapannya adalah, jika tidak ada Zol
Boris mengerutkan keningnya dan ekspresinya terlihat berat. Setelah itu, dia berkata, "Aku ke sana bukan karena dia terluka. Aku pergi karena ada hal yang perlu kutanyakan sama dia. Waktu dia jatuh dari kuda, itu aku baru saja tiba. Berita utama itu juga bukan kemauanku.”Apakah ini termasuk penjelasan?“Boris, kamu nggak perlu menjelaskannya padaku.”“Kalau aku nggak menjelaskan, kamu bisa percaya?”“Percaya atau nggak, itu sudah nggak penting lagi bagiku. Bagaimanapun, kamu lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kamu terus-menerus menekankanku menjaga jarak dengan Mahendra, tapi kamu sendiri? Kamu juga sudah menikah, kenapa nggak bisa jaga jarak dengan Tyara?”“Tentu saja, kamu bisa mengatakan bahwa kalian ada urusan, tapi itu hanya alasan. Kalau kamu benar-benar nggak ingin dia merasa tersakiti, bukankah lebih baik memberinya status yang jelas?"“Zola, aku nggak punya alasan untuk membohongimu. Apakah semua yang kukatakan padamu sebelumnya sama sekali nggak masuk dalam benakmu?” Zo