Wajah Nelson terlihat sangat pucat ketika kaca mobilnya diketuk oleh salah satu pria yang memakai tudung hitam tersebut.Clarissa melirik ke arah Nelson. Dia ingin tertawa melihat wajah Nelson yang begitu jelas, jika orang tersebut ketakutan. Namun, dia mencoba menahannya."Buka pintunya? Atau kalau tidak, kaca pintu mobilmu akan aku pecahkan!"Clarissa yang sudah tidak sabar mulai turun dari mobil tanpa mendengar perkataan Nelson."Rissa apa yang akan kamu lakukan?!" teriak Nelson mengkhawatirkan Clarissa.Clarissa tidak peduli, dia melangkah mendekati ke enam orang tersebut.Tangannya mulai menarik salah satu di antara mereka dan menghajar mereka satu per satu. Hal itu membuat Nelson melongo. Lelaki itu turun dari mobil dengan bertepuk tangan. "Kamu luar biasa sekali, Rissa. Kamu bisa mengalahkan mereka dengan sekali pukulan. Kenapa kamu tidak menjadi bodyguardku saja daripada harus bekerja di tempat Alexander Lee?""Apakah tawaran Tuan itu benar? Atau Anda hanya memujiku saja?" "
Hati Clarissa merasa teriris mendengar pertanyaan David Lee. Pertanyaan itu membuat dia mengingat Bram. Dia tidak suka David Lee bertanya tentang itu, dia mencoba menghela napas agar lebih bisa mengontrol dirinya di depan David Lee karena sorot mata David Lee tidak lepas darinya."Pamanku yang selama ini melatihku, Tuan. Akan tetapi, dia sudah meninggal dunia.""Aku turut bersedih mendengar hal itu, Nona," jawab David Lee bersimpati.Clarissa hanya tersenyum. Dia lebih memilih diam dan tidak banyak bicara.Setelah makanan datang, semua orang yang ada di meja tersebut mulai menikmati makanan mereka. Tidak ada yang bersuara ketika mereka menikmati hidangan makanan mereka, tetapi mata David Lee yang sering kali menatapnya membuat Clarissa mulai tidak nyaman dengan hal itu. Apa David Lee mulai mencurigainya? Bukankah tidak ada satupun orang yang mengenali wajahnya?Clarissa menyudahi makan siangnya dan mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di samping piringnya. "Permisi, Tuan.
"Kak David?!"David Lee menurunkan kakinya, dia berdiri dan menyambut kedatangan Alexander Lee dengan merentangkan tangan. Namun, Alexander Lee sama sekali tidak mendekat. Dengan wajah marah dia berkata, "Untuk apa kakak datang ke mari?"David Lee menurunkan tangannya. Dia terlihat kecewa melihat sikap Alexander Lee. "Kenapa kamu seperti tidak suka melihatku, Alexander? Apa kamu mulai membenciku?""Apakah menurutmu, aku akan berbaik hati dengan penjahat seperti kamu, Kak?! Kalau orang diluar sana mereka jahat dengan orang lain, sedangkan kamu? Apa yang kamu lakukan, Kak? Kau menghancurkan saudaramu sendiri. Apakah kamu sudah gila?!""Cukup!" bentak David Lee kepada Alexander Lee. "Aku menyayangimu, Alexander Lee. Pernahkah aku melukaimu? Tidak, 'kan?" David Lee berjalan mendekati Alexander Lee. "Seharusnya kamu bisa berpikir, kenapa hanya Antonio Lee yang aku hancurkan? Kenapa aku tidak pernah menghancurkan kamu? Padahal aku tahu semua yang kamu lakukan."Alexander Lee menganga mend
Hari ini Alexander memutuskan untuk pergi kesuatu tempat dan bertemu dengan seseorang di sebuah tempat yang tidak ada satupun orang yang tahu di mana tempat itu berada.Gedung itu adalah tempat peninggalan sang ayah yang telah diberikan kepada Alexander Lee.Alexander menatapgedung itu dengan air mata yang kembali menetes. Dia mengingat sang ayah yang sangat menyayanginya. Sebagai seorang anak, dia merasa gagal untuk membuat keluarganya kembali utuh, bahkan dia tidak bisa melindungisang kakak karena sifatnya yang pecundang dan takut mati untuk membela saudaranya sendiri, membuat dia harus kehilangan Kakak pertamanya untuk waktu yang lumayan lama.Alexander masuk ke dalam gedung itu, matanya melihat ke sana kemari di setiap sudut gedung tersebut. Tidak ada yang berubah, hanya saja karena tidak terawat, menciptakan banyak sarang laba-laba yang menghiasi langit-langit gedung itu. Ketika dia membuka pintu, di sana terlihat seorang lelaki yang menggunakan jaket hitam, dan topi hitam. “Apa
“Aku akan membenci orang yang pantas dibenci, begitu pula sebaliknya,” ucap Alexander lalu pergi meninggalkan Leonardo.Leonardo hanya menatap kepergian Alexander Lee, dia tersenyum melihat perilaku Alexander yang tidak memihak kepada siapa pun. Setelah Alexander tidak terlihat lagi dia memutuskan untuk mencari keberadaan Carissa. Dia sangat merindukan wanita itu. wanita yang selama ini hadir dalam mimpinya.Leonardo Shu menghubungi nomor ponsel yang diberikan Alexander kepadanya, tetapi karena tidak diangkat dia mencoba mengirimkan sebuah pesan kepada nomor itu.[Apa kamu lupa denganku, Carissa? Aku adalah kekasihmu, lelaki yang selama ini kamu rindukan.]Leonardo Shu menunggu balasan dari sang pemilik nomor ponsel itu. Tapi, tidak ada satupun balasan darinya hingga terpaksa Leonardo melacak keberadaan wanita yang sangat mencintai melalui nomor telepon.Leonrdo Shu turun dari motornya dengan menggunakan sebuah masker hitam dilengkapi dengan kacamata hitam, dan tidak lupa topi untuk m
Mata Clarissa melotot mendengar ada orang mengetuk pintu. “Kamu dengar itu?”Leonardo hanya menganggukkan kepala ,mengiyakan apa yang ditanyakan oleh Clarissa.“Ada orang di luar apartemenku, kamu harus sembunyi. Aku tidak mau ada orang yang mengetahui bahwa ada kamu di sini, kamu tahu kan apa yang aku maksud?”“Tapi, aku sembunyi di mana, Clarissa?” tanya Leonardo Shu bingung, dan menoleh ke sana sini mencari tempat persembunyian yang tepat.“Terserah, aku tidak peduli. Yang penting ketika aku membuka pintu kamu sudah bersembunyi.” Leonardo diam mematung, dia menatap Clarissa dengan penuh belas kasihan.“Kenapa kamu malah diam? Ayo sembunyi,” ucap Clarissa mendorong tubuh Leonardo agar Leonardo bisa mencari tempat persembunyian terlebih dahulu.Carissa melangkah mendekati pintu apartemennya. Tapi, sebelum dia benar-benar membuka pintu tersebut, dia memastikan terlebih dahulu, apakah Leonardo sudah bersembunyi atau belum.”“Kamu … ada apa?” tanya Clarissa setelah dia membukakan pintu
Leonardo Shu pergi dari apartemen Clarissa. Dia menutup pintu dengan sangat kasar karena kecewa dengan ucapan Clarissa. Tapi, bagaimanapun dia tidak pernah ingin kehilangan wanita itu. Walaupun dia sangat kecewa kepada Clarissa, tetapi dia sangat mencintainyaClarissa hanya mampu diam dan duduk di depan pintu. Dia merasa sedih melihat sikap Leonardo, jujur di hati yang paling dalam dia sangat merindukan Leonardo Shu. Kedatangan Leonardo Shu membuat hatinya sangat bahagia, dia juga ingin berlama-lama dengan Leonardo Shu, tetapi cinta mereka tidak semudah itu, cinta mereka butuh perjuangan untuk bersatu kembali. Dia tidak mau kehilangan Leonardo Shu untuk kedua kalinya.Carissa menangis sepanjang malam dengan bersandar di pintu memikirkan cobaan hidup yang selama ini dia alami, sampai dia mendengar suara alarm dari hp-nya yang menandakan sudah waktunya dia untuk pergi ke rumah Nelson untuk bekerja di hari pertamanya. Dia menghapus air matanya lalu mengambil handphone tersebut, meliha
"Aku ingin setengah dari hartamu menjadi milikku."Semua mata melotot saat Clarissa mengatakan mahar yang dia inginkan dari Nelson hingga salah satu wanita yang menjadi istri sah Nelson maju dan menampar Clarissa."Kamu adalah calon istri baru, jangan merampas apa yang menjadi milik suamiku! Aku tidak akan pernah rela separuh dari harta suamiku menjadi milikmu."Clarissa tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Wanita cantik dengan pakaian yang seksi, tetapi sudah tidak muda lagi."Lihatlah penampilanmu, Nyonya. Kau tidak lebih cantik dari aku. Aku adalah wanita tercantik di sini dan termuda. Tentu aku mendapatkan bagian harta yang paling banyak karena lelaki yang akan menikahi aku sudah tidak pantas lagi menjadi suamiku, dia lebih pantas menjadi ayahku jika aku menerimanya sudah seharusnya aku mendapatkan imbalan yang besar, bukan?"Kelima wanita itu maju dan mulai menyerang Clarissa.Berhenti …!" teriak Nelson dan membuat lima orang itu beralih menatapnya."Aku menerima syarat dari