Carissa menghentikan mobilnya tepat di depan mobil Ferrari merah tersebut, dia turun dengan menggunakan kacamata hitamnya lalu bersandar di mobil dengan bersedekap dada, Menanti kedatangan seseorang yang sengaja mengikuti mobil dia. Carissa membuka kacamatanya dan menoleh ke arah mobil itu. Saat dia melihat ada dua orang bertubuh besar yang keluar dari mobil dan menghampirinya, salah satu dari orang itu botak, memakai kalung rantai besar dan tubuhnya sangat berotot, tetapi yang satu rambutnya sangat panjang, tubuhnya tidak begitu besar dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam Carissa tersenyum melihat kedua orang itu yang terlihat seperti seorang jagoan yang baru menemukan mangsa. "Apa yang membuat kalian mengikuti mobil bututku ini? Aku tidak punya uang untuk kuberikan kepada kalian. Jadi lebih baik, kalian pergi dari sini sebelum aku mematahkan tangan kalian.""Aku tidak butuh uangmu karena yang aku butuhkan adalah nyawamu, "ucap lelaki botak kepada Clarissa. Carissa berte
Zero menarik tangan Clarissa untuk masuk ke dalam bangunan tersebut. Clarissa hanya mengikuti langkah Zero tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia juga penasaran dengan apa yang akan dikukan oleh lelaki itu karena lelaki itu penuh dengan misteri. Dia melepaskan tangan Clarissa dan sedikit didorong olehnya, membuat Clarissa tidak terjatuh.Zero berjalan perlahan memutari Clarissa dengan tatapan tajam saat Clarissa sudah berdiri. “Kamu ingat ini tempat apa, Clarissa? Aku yakin kau masih mengingat semua kenangan di tempat ini, apalagi saat kamu menembak William.”“Tentu. Aku mengingat semuanya dengan jelas. Memangnya kenapa? Apa hubungannya denganmu?”Zero berhenti di depan Clarissa. Dia kembali menatap gadis itu dengan rahang mengeras. “Tanpa kamu sadari, ada hati yang terluka akibat ulahmu. Apakah kamu tidak pernah berpikir bagaimana keluarga William ketika mengetahui salah satu dari keluarganya telah meninggal, ditembak oleh gadis sepertimu? Kami terluka Clarissa, sangat terluka.”C
Zero menarik tangan Clarissa dan mengangkat tubuh Clarissa. Clarissa masih tidak mengerti dengan sikap Zero kepadanya. Bukankah dia baru saja ingin membunuh Clarissa? Namun, mengapa dia mengangkat tubuh Clarissa dan membawa Clarissa pergi dari tempat itu?Zero membawa Clarissa ke sebuah rumah sakit. Hal itu semakin membuat Clarissa tidak mengerti.Saat Zero hampir saja membuka pintu mobil dan Clarissa mulai berkata, “Tunggu! Kenapa kamu malah membawaku ke tempat ini? Seharusnya kamu sudah membunuhku, ‘kan?”Zero mengambil napas panjang. Dia memandang Clarissa dengan serius. “Apa kamu ingin segera mati? Hingga kamu menunggu aku membunuhmu?”Clarissa bungkam. Dia hanya menatap ke depan tanpa melihat ke arah Zero yang sekarang masih memandangnya.Zero turun dari mobil. Dia berjalan membukakan pintu mobil untuk Clarissa. Dia menggendong Clarissa tanpa menatap wajah cantik Clarissa. Perlakuan Zero yang seperti itu, membuat Clarissa semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya Zero inginkan.
“Kamu kenapa?” tanya Zero yang membawa sebuah makanan untuk Clarissa.“Pamanku akan datang.”Zero meletakkan makanan dan buah itu ke atas meja. “Bagaimana dia bisa tahu kalau kamu ada di sini? Apa kamu yang mengatakan semuanya?”Clarissa hanya mengangguk.Dengan menarik napas panjang Zero mulai berkata, “Kenapa kamu mengatakan kalau kamu ada di sini? Apa kamu tidak bisa merahasiakan semuanya?!”Clarissa mengernyitkan dahi melihat ekspresi Zero yang nampak marah kepadanya. “Apa masalahanya jika aku mengatakan semuanya kepada pamanku? Apa itu salah? mengapa kamu terlihat marah?”“Atau jangan-jangan kamu takut jika dia tahu apa yang telah kamu lakukan?” lanjut Clarissa.Baru saja Zero ingin membuka mulutnya, tetapi dia sudah dikejutkan dengan telepon genggamnya yang berdering.Zero beralih mengambil ponselnya. Dia melihat siapa yang menghubungi dia saat ini lalu melihat Clarissa sejenak sampai Clarissa mengangkat wajahnya, seolah bertanya siapa yang menghubungi dia saat ini? "Pamanmu me
Hari ini, Justine duduk dengan memikirkan saran dari sang ibu. Dia masih bertanya kepada dirinya tentang hatinya yang sampai detik ini masih memikirkan gadis yang baru saja bertemu dengannya beberapa saat yang lalu. Namun, gadis itu mampu memporak-porandakan hatinya, bahkan wajah gadis itu selalu terlintas di matanya.Justine Lee meletakkan gelas berukuran kecil yang berisi Win itu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang membuat orang di sampingnya terkejut."Ada apa denganmu, Justine? Kenapa kamu terlihat sangat marah?" tanya salah satu teman Justine Lee yang sedang main game, tetapi terganggu akibat ulah Justine.Dengan mata menyala, Justine Lee berkata, "Aku ingin kamu mencari wanita yang bernama Rissa Elmer, bawa dia padaku."Lelaki itu meletakkan ponselnya. Dia menatap Justine Lee penuh curiga. "Apa kamu sedang jatuh cinta pada seorang gadis?"Justine Lee tidak menjawab, tetapi dia mengangkat kerah baju lelaki itu dengan kasar. "Jangan banyak bertanya, lakukan saja apa yang ak
Justine Lee mulai merasa kesal dengan wanita yang saat ini dia pegang tangannya. Seharusnya, dia merasa takut dengan keadaan saat ini. Namun, wanita itu sama sekali tidak takut. Dia malah terlihat begitu santai. Hal itu mengingatkan dia pada seorang gadis yang pernah dia tembak waktu lalu. Apakah dia Clarissa?Pikiran Justine mulai mengarah ke Clarissa, sepupunya sendiri. Justine Lee menggelengkan kepala. Dia mencoba mengatur dirinya agar tidak menyamakan gadis di depannya itu dengan sang sepupu. "Kenapa Anda memandangku seperti itu, Tuan? Apa ada yang salah denganku? Aku harap kau melepaskan tanganku karena aku ingin istirahat.""Tidak akan, sebelum kamu membatalkan pernikahanmu dengan Nelson."Clarissa merasa geram dengan Justine. Dia menginjak kaki lelaki itu hingga tangannya terlepas dari cengkeraman Justine Lee.Melihat Justine Lee yang kesakitan, Clarissa melengos pergi begitu saja. Akan tetapi, belum sempat ia melangkah, tangan Justine Lee sudah menariknya ke dalam pelukan lel
Leonardo Shu yang baru saja datang ke rumah sakit karena mendengar Clarissa masuk rumah sakit, langsung kecewa melihat pemandangan kedekatan Clarissa dengan Zero Dia bahkan tidak melanjutkan langkahnya untuk mendekati Clarissa ketika Clarissa memeluk Zero. Sudut hatinya terasa teriris, melihat pemandangan itu. Baru kali ini dia melihat Clarissa bisa memeluk pria lain, selain dia. Apakah dia sudah tergantikan dengan lelaki itu? Dia berharap tidak karena sampai detik ini dia masih sangat mencintai Clarissa. Leonardo menunggu lelaki itu keluar dari ruangan Carissa. Namun, lelaki itu tak kunjung keluar. Dia tidak tahu apa yang sedang lelaki itu lakukan di dalam ruang inap Clarissa. Dua jam lamanya dia menunggu lelaki itu, tetapi tak kunjung keluar. Ingin rasanya dia masuk ke dalamnya ruang itu. Tapi dia takut mengganggu wanita yang dicintai istirahat. Namun, hatinya sudah tidak sabar lagi untuk meninju wajah lelaki yang sudah berani menyentuh tubuh wanita yang paling dicintai Leona
Clarissa mulai membuka mata perlahan, dia melihat siapa yang saat ini menggenggam tangannya. Clarissa terkejut, ternyata orang itu adalah Leonardo, lelaki yang tadi malam baru saja dia rindukan. Dia menarik tangannya secara perlahan karena tidak mau mengganggu lelaki itu yang saat ini sedang tertidur pulas.Clarissa membelai rambut lelaki itu dengan penuh kasih sayang. Namun, tangannya ditarik oleh Leonardo dan dijadikan sandaran pipi LeonardoLeonardo membuka mata dengan senyum mengembang, memandang wanita cantik yang saat ini sedang berbaring di depannya."Kukira kamu masih tidur, ternyata kamu sudah bangun. Maaf, telah mengganggu tidurmu," ucapkah Clarissa "Tidak ada yang merasa terganggu saat putri cantik seperti kamu yang membangunkanku. Aku malah senang jika kamu menggangguku. Aku harap kamu selalu seperti ini. Kenapa kamu bisa berada di rumah sakit dan terluka seperti ini? Siapa yang melakukan semua ini kepadamu? Aku akan mematahkan tangannya, seperti apa yang dilakukannya pad