Mata Clarissa melotot mendengar ada orang mengetuk pintu. “Kamu dengar itu?”Leonardo hanya menganggukkan kepala ,mengiyakan apa yang ditanyakan oleh Clarissa.“Ada orang di luar apartemenku, kamu harus sembunyi. Aku tidak mau ada orang yang mengetahui bahwa ada kamu di sini, kamu tahu kan apa yang aku maksud?”“Tapi, aku sembunyi di mana, Clarissa?” tanya Leonardo Shu bingung, dan menoleh ke sana sini mencari tempat persembunyian yang tepat.“Terserah, aku tidak peduli. Yang penting ketika aku membuka pintu kamu sudah bersembunyi.” Leonardo diam mematung, dia menatap Clarissa dengan penuh belas kasihan.“Kenapa kamu malah diam? Ayo sembunyi,” ucap Clarissa mendorong tubuh Leonardo agar Leonardo bisa mencari tempat persembunyian terlebih dahulu.Carissa melangkah mendekati pintu apartemennya. Tapi, sebelum dia benar-benar membuka pintu tersebut, dia memastikan terlebih dahulu, apakah Leonardo sudah bersembunyi atau belum.”“Kamu … ada apa?” tanya Clarissa setelah dia membukakan pintu
Leonardo Shu pergi dari apartemen Clarissa. Dia menutup pintu dengan sangat kasar karena kecewa dengan ucapan Clarissa. Tapi, bagaimanapun dia tidak pernah ingin kehilangan wanita itu. Walaupun dia sangat kecewa kepada Clarissa, tetapi dia sangat mencintainyaClarissa hanya mampu diam dan duduk di depan pintu. Dia merasa sedih melihat sikap Leonardo, jujur di hati yang paling dalam dia sangat merindukan Leonardo Shu. Kedatangan Leonardo Shu membuat hatinya sangat bahagia, dia juga ingin berlama-lama dengan Leonardo Shu, tetapi cinta mereka tidak semudah itu, cinta mereka butuh perjuangan untuk bersatu kembali. Dia tidak mau kehilangan Leonardo Shu untuk kedua kalinya.Carissa menangis sepanjang malam dengan bersandar di pintu memikirkan cobaan hidup yang selama ini dia alami, sampai dia mendengar suara alarm dari hp-nya yang menandakan sudah waktunya dia untuk pergi ke rumah Nelson untuk bekerja di hari pertamanya. Dia menghapus air matanya lalu mengambil handphone tersebut, meliha
"Aku ingin setengah dari hartamu menjadi milikku."Semua mata melotot saat Clarissa mengatakan mahar yang dia inginkan dari Nelson hingga salah satu wanita yang menjadi istri sah Nelson maju dan menampar Clarissa."Kamu adalah calon istri baru, jangan merampas apa yang menjadi milik suamiku! Aku tidak akan pernah rela separuh dari harta suamiku menjadi milikmu."Clarissa tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Wanita cantik dengan pakaian yang seksi, tetapi sudah tidak muda lagi."Lihatlah penampilanmu, Nyonya. Kau tidak lebih cantik dari aku. Aku adalah wanita tercantik di sini dan termuda. Tentu aku mendapatkan bagian harta yang paling banyak karena lelaki yang akan menikahi aku sudah tidak pantas lagi menjadi suamiku, dia lebih pantas menjadi ayahku jika aku menerimanya sudah seharusnya aku mendapatkan imbalan yang besar, bukan?"Kelima wanita itu maju dan mulai menyerang Clarissa.Berhenti …!" teriak Nelson dan membuat lima orang itu beralih menatapnya."Aku menerima syarat dari
Carissa menghentikan mobilnya tepat di depan mobil Ferrari merah tersebut, dia turun dengan menggunakan kacamata hitamnya lalu bersandar di mobil dengan bersedekap dada, Menanti kedatangan seseorang yang sengaja mengikuti mobil dia. Carissa membuka kacamatanya dan menoleh ke arah mobil itu. Saat dia melihat ada dua orang bertubuh besar yang keluar dari mobil dan menghampirinya, salah satu dari orang itu botak, memakai kalung rantai besar dan tubuhnya sangat berotot, tetapi yang satu rambutnya sangat panjang, tubuhnya tidak begitu besar dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam Carissa tersenyum melihat kedua orang itu yang terlihat seperti seorang jagoan yang baru menemukan mangsa. "Apa yang membuat kalian mengikuti mobil bututku ini? Aku tidak punya uang untuk kuberikan kepada kalian. Jadi lebih baik, kalian pergi dari sini sebelum aku mematahkan tangan kalian.""Aku tidak butuh uangmu karena yang aku butuhkan adalah nyawamu, "ucap lelaki botak kepada Clarissa. Carissa berte
Zero menarik tangan Clarissa untuk masuk ke dalam bangunan tersebut. Clarissa hanya mengikuti langkah Zero tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia juga penasaran dengan apa yang akan dikukan oleh lelaki itu karena lelaki itu penuh dengan misteri. Dia melepaskan tangan Clarissa dan sedikit didorong olehnya, membuat Clarissa tidak terjatuh.Zero berjalan perlahan memutari Clarissa dengan tatapan tajam saat Clarissa sudah berdiri. “Kamu ingat ini tempat apa, Clarissa? Aku yakin kau masih mengingat semua kenangan di tempat ini, apalagi saat kamu menembak William.”“Tentu. Aku mengingat semuanya dengan jelas. Memangnya kenapa? Apa hubungannya denganmu?”Zero berhenti di depan Clarissa. Dia kembali menatap gadis itu dengan rahang mengeras. “Tanpa kamu sadari, ada hati yang terluka akibat ulahmu. Apakah kamu tidak pernah berpikir bagaimana keluarga William ketika mengetahui salah satu dari keluarganya telah meninggal, ditembak oleh gadis sepertimu? Kami terluka Clarissa, sangat terluka.”C
Zero menarik tangan Clarissa dan mengangkat tubuh Clarissa. Clarissa masih tidak mengerti dengan sikap Zero kepadanya. Bukankah dia baru saja ingin membunuh Clarissa? Namun, mengapa dia mengangkat tubuh Clarissa dan membawa Clarissa pergi dari tempat itu?Zero membawa Clarissa ke sebuah rumah sakit. Hal itu semakin membuat Clarissa tidak mengerti.Saat Zero hampir saja membuka pintu mobil dan Clarissa mulai berkata, “Tunggu! Kenapa kamu malah membawaku ke tempat ini? Seharusnya kamu sudah membunuhku, ‘kan?”Zero mengambil napas panjang. Dia memandang Clarissa dengan serius. “Apa kamu ingin segera mati? Hingga kamu menunggu aku membunuhmu?”Clarissa bungkam. Dia hanya menatap ke depan tanpa melihat ke arah Zero yang sekarang masih memandangnya.Zero turun dari mobil. Dia berjalan membukakan pintu mobil untuk Clarissa. Dia menggendong Clarissa tanpa menatap wajah cantik Clarissa. Perlakuan Zero yang seperti itu, membuat Clarissa semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya Zero inginkan.
“Kamu kenapa?” tanya Zero yang membawa sebuah makanan untuk Clarissa.“Pamanku akan datang.”Zero meletakkan makanan dan buah itu ke atas meja. “Bagaimana dia bisa tahu kalau kamu ada di sini? Apa kamu yang mengatakan semuanya?”Clarissa hanya mengangguk.Dengan menarik napas panjang Zero mulai berkata, “Kenapa kamu mengatakan kalau kamu ada di sini? Apa kamu tidak bisa merahasiakan semuanya?!”Clarissa mengernyitkan dahi melihat ekspresi Zero yang nampak marah kepadanya. “Apa masalahanya jika aku mengatakan semuanya kepada pamanku? Apa itu salah? mengapa kamu terlihat marah?”“Atau jangan-jangan kamu takut jika dia tahu apa yang telah kamu lakukan?” lanjut Clarissa.Baru saja Zero ingin membuka mulutnya, tetapi dia sudah dikejutkan dengan telepon genggamnya yang berdering.Zero beralih mengambil ponselnya. Dia melihat siapa yang menghubungi dia saat ini lalu melihat Clarissa sejenak sampai Clarissa mengangkat wajahnya, seolah bertanya siapa yang menghubungi dia saat ini? "Pamanmu me
Hari ini, Justine duduk dengan memikirkan saran dari sang ibu. Dia masih bertanya kepada dirinya tentang hatinya yang sampai detik ini masih memikirkan gadis yang baru saja bertemu dengannya beberapa saat yang lalu. Namun, gadis itu mampu memporak-porandakan hatinya, bahkan wajah gadis itu selalu terlintas di matanya.Justine Lee meletakkan gelas berukuran kecil yang berisi Win itu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang membuat orang di sampingnya terkejut."Ada apa denganmu, Justine? Kenapa kamu terlihat sangat marah?" tanya salah satu teman Justine Lee yang sedang main game, tetapi terganggu akibat ulah Justine.Dengan mata menyala, Justine Lee berkata, "Aku ingin kamu mencari wanita yang bernama Rissa Elmer, bawa dia padaku."Lelaki itu meletakkan ponselnya. Dia menatap Justine Lee penuh curiga. "Apa kamu sedang jatuh cinta pada seorang gadis?"Justine Lee tidak menjawab, tetapi dia mengangkat kerah baju lelaki itu dengan kasar. "Jangan banyak bertanya, lakukan saja apa yang ak