Leonardo Shu pergi dari apartemen Clarissa. Dia menutup pintu dengan sangat kasar karena kecewa dengan ucapan Clarissa. Tapi, bagaimanapun dia tidak pernah ingin kehilangan wanita itu. Walaupun dia sangat kecewa kepada Clarissa, tetapi dia sangat mencintainyaClarissa hanya mampu diam dan duduk di depan pintu. Dia merasa sedih melihat sikap Leonardo, jujur di hati yang paling dalam dia sangat merindukan Leonardo Shu. Kedatangan Leonardo Shu membuat hatinya sangat bahagia, dia juga ingin berlama-lama dengan Leonardo Shu, tetapi cinta mereka tidak semudah itu, cinta mereka butuh perjuangan untuk bersatu kembali. Dia tidak mau kehilangan Leonardo Shu untuk kedua kalinya.Carissa menangis sepanjang malam dengan bersandar di pintu memikirkan cobaan hidup yang selama ini dia alami, sampai dia mendengar suara alarm dari hp-nya yang menandakan sudah waktunya dia untuk pergi ke rumah Nelson untuk bekerja di hari pertamanya. Dia menghapus air matanya lalu mengambil handphone tersebut, meliha
"Aku ingin setengah dari hartamu menjadi milikku."Semua mata melotot saat Clarissa mengatakan mahar yang dia inginkan dari Nelson hingga salah satu wanita yang menjadi istri sah Nelson maju dan menampar Clarissa."Kamu adalah calon istri baru, jangan merampas apa yang menjadi milik suamiku! Aku tidak akan pernah rela separuh dari harta suamiku menjadi milikmu."Clarissa tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Wanita cantik dengan pakaian yang seksi, tetapi sudah tidak muda lagi."Lihatlah penampilanmu, Nyonya. Kau tidak lebih cantik dari aku. Aku adalah wanita tercantik di sini dan termuda. Tentu aku mendapatkan bagian harta yang paling banyak karena lelaki yang akan menikahi aku sudah tidak pantas lagi menjadi suamiku, dia lebih pantas menjadi ayahku jika aku menerimanya sudah seharusnya aku mendapatkan imbalan yang besar, bukan?"Kelima wanita itu maju dan mulai menyerang Clarissa.Berhenti …!" teriak Nelson dan membuat lima orang itu beralih menatapnya."Aku menerima syarat dari
Carissa menghentikan mobilnya tepat di depan mobil Ferrari merah tersebut, dia turun dengan menggunakan kacamata hitamnya lalu bersandar di mobil dengan bersedekap dada, Menanti kedatangan seseorang yang sengaja mengikuti mobil dia. Carissa membuka kacamatanya dan menoleh ke arah mobil itu. Saat dia melihat ada dua orang bertubuh besar yang keluar dari mobil dan menghampirinya, salah satu dari orang itu botak, memakai kalung rantai besar dan tubuhnya sangat berotot, tetapi yang satu rambutnya sangat panjang, tubuhnya tidak begitu besar dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam Carissa tersenyum melihat kedua orang itu yang terlihat seperti seorang jagoan yang baru menemukan mangsa. "Apa yang membuat kalian mengikuti mobil bututku ini? Aku tidak punya uang untuk kuberikan kepada kalian. Jadi lebih baik, kalian pergi dari sini sebelum aku mematahkan tangan kalian.""Aku tidak butuh uangmu karena yang aku butuhkan adalah nyawamu, "ucap lelaki botak kepada Clarissa. Carissa berte
Zero menarik tangan Clarissa untuk masuk ke dalam bangunan tersebut. Clarissa hanya mengikuti langkah Zero tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia juga penasaran dengan apa yang akan dikukan oleh lelaki itu karena lelaki itu penuh dengan misteri. Dia melepaskan tangan Clarissa dan sedikit didorong olehnya, membuat Clarissa tidak terjatuh.Zero berjalan perlahan memutari Clarissa dengan tatapan tajam saat Clarissa sudah berdiri. “Kamu ingat ini tempat apa, Clarissa? Aku yakin kau masih mengingat semua kenangan di tempat ini, apalagi saat kamu menembak William.”“Tentu. Aku mengingat semuanya dengan jelas. Memangnya kenapa? Apa hubungannya denganmu?”Zero berhenti di depan Clarissa. Dia kembali menatap gadis itu dengan rahang mengeras. “Tanpa kamu sadari, ada hati yang terluka akibat ulahmu. Apakah kamu tidak pernah berpikir bagaimana keluarga William ketika mengetahui salah satu dari keluarganya telah meninggal, ditembak oleh gadis sepertimu? Kami terluka Clarissa, sangat terluka.”C
Zero menarik tangan Clarissa dan mengangkat tubuh Clarissa. Clarissa masih tidak mengerti dengan sikap Zero kepadanya. Bukankah dia baru saja ingin membunuh Clarissa? Namun, mengapa dia mengangkat tubuh Clarissa dan membawa Clarissa pergi dari tempat itu?Zero membawa Clarissa ke sebuah rumah sakit. Hal itu semakin membuat Clarissa tidak mengerti.Saat Zero hampir saja membuka pintu mobil dan Clarissa mulai berkata, “Tunggu! Kenapa kamu malah membawaku ke tempat ini? Seharusnya kamu sudah membunuhku, ‘kan?”Zero mengambil napas panjang. Dia memandang Clarissa dengan serius. “Apa kamu ingin segera mati? Hingga kamu menunggu aku membunuhmu?”Clarissa bungkam. Dia hanya menatap ke depan tanpa melihat ke arah Zero yang sekarang masih memandangnya.Zero turun dari mobil. Dia berjalan membukakan pintu mobil untuk Clarissa. Dia menggendong Clarissa tanpa menatap wajah cantik Clarissa. Perlakuan Zero yang seperti itu, membuat Clarissa semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya Zero inginkan.
“Kamu kenapa?” tanya Zero yang membawa sebuah makanan untuk Clarissa.“Pamanku akan datang.”Zero meletakkan makanan dan buah itu ke atas meja. “Bagaimana dia bisa tahu kalau kamu ada di sini? Apa kamu yang mengatakan semuanya?”Clarissa hanya mengangguk.Dengan menarik napas panjang Zero mulai berkata, “Kenapa kamu mengatakan kalau kamu ada di sini? Apa kamu tidak bisa merahasiakan semuanya?!”Clarissa mengernyitkan dahi melihat ekspresi Zero yang nampak marah kepadanya. “Apa masalahanya jika aku mengatakan semuanya kepada pamanku? Apa itu salah? mengapa kamu terlihat marah?”“Atau jangan-jangan kamu takut jika dia tahu apa yang telah kamu lakukan?” lanjut Clarissa.Baru saja Zero ingin membuka mulutnya, tetapi dia sudah dikejutkan dengan telepon genggamnya yang berdering.Zero beralih mengambil ponselnya. Dia melihat siapa yang menghubungi dia saat ini lalu melihat Clarissa sejenak sampai Clarissa mengangkat wajahnya, seolah bertanya siapa yang menghubungi dia saat ini? "Pamanmu me
Hari ini, Justine duduk dengan memikirkan saran dari sang ibu. Dia masih bertanya kepada dirinya tentang hatinya yang sampai detik ini masih memikirkan gadis yang baru saja bertemu dengannya beberapa saat yang lalu. Namun, gadis itu mampu memporak-porandakan hatinya, bahkan wajah gadis itu selalu terlintas di matanya.Justine Lee meletakkan gelas berukuran kecil yang berisi Win itu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang membuat orang di sampingnya terkejut."Ada apa denganmu, Justine? Kenapa kamu terlihat sangat marah?" tanya salah satu teman Justine Lee yang sedang main game, tetapi terganggu akibat ulah Justine.Dengan mata menyala, Justine Lee berkata, "Aku ingin kamu mencari wanita yang bernama Rissa Elmer, bawa dia padaku."Lelaki itu meletakkan ponselnya. Dia menatap Justine Lee penuh curiga. "Apa kamu sedang jatuh cinta pada seorang gadis?"Justine Lee tidak menjawab, tetapi dia mengangkat kerah baju lelaki itu dengan kasar. "Jangan banyak bertanya, lakukan saja apa yang ak
Justine Lee mulai merasa kesal dengan wanita yang saat ini dia pegang tangannya. Seharusnya, dia merasa takut dengan keadaan saat ini. Namun, wanita itu sama sekali tidak takut. Dia malah terlihat begitu santai. Hal itu mengingatkan dia pada seorang gadis yang pernah dia tembak waktu lalu. Apakah dia Clarissa?Pikiran Justine mulai mengarah ke Clarissa, sepupunya sendiri. Justine Lee menggelengkan kepala. Dia mencoba mengatur dirinya agar tidak menyamakan gadis di depannya itu dengan sang sepupu. "Kenapa Anda memandangku seperti itu, Tuan? Apa ada yang salah denganku? Aku harap kau melepaskan tanganku karena aku ingin istirahat.""Tidak akan, sebelum kamu membatalkan pernikahanmu dengan Nelson."Clarissa merasa geram dengan Justine. Dia menginjak kaki lelaki itu hingga tangannya terlepas dari cengkeraman Justine Lee.Melihat Justine Lee yang kesakitan, Clarissa melengos pergi begitu saja. Akan tetapi, belum sempat ia melangkah, tangan Justine Lee sudah menariknya ke dalam pelukan lel
“Pesan dari David lee, dia tahu kalau aku masih hidup, dan dia ingin membawa aku kepadanya. Lelaki ini mungkin berpikir kalau aku bodoh, Paman.” “Biarkan saja, Clarissa. Kita yang akan membuat dia menjadi orang bodoh. Kamu tinggal di rumah aku akan membawa Zero pergi ke rumahnya, dan buat dia yakin bahwa Zero telah berhasil menjalankan misinya.”Clarissa tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander, dia akan menuruti semua yang dikatakan lelaki itu, mungkin itu seperti sebuah permainan yang sangat menyenangkan. Clarissa sedang asyik memainkan ponsel Zero, sedangkan Alexander langsung pergi bersama anak buahnya yang baru saja datang. Kali ini dia tidak hanya akan memberikan kejutan kepada David, tetapi dia juga akan menyelamatkan Isabella, dan setelah semuanya selesai, Alexander akan menghubungi JUstine untuk menyelamatkan kakaknya.Sesuai dengan rencana, Alexander meminta anak buahnya meletakkan potongan mayat Zero berada di depan pintu mansion David, sedangkan Alexander, d
Mengingat Clarissa dia malah teringat Zero yang sudah mulai tergila-gila kepada wanitanya itu. Entah mengapa dia juga takut jika sebenarnya ini hanya sebuah jebakan dari Zero untuk membuat Clarissa bisa ditangkap David Lee. Leonardo ingin menghubungi Clarissa untuk berhati-hati. Akan tetapi saat ini dia juga tidak memiliki sebuah ponsel untuk menghubungi Clarissa.Leonardo mulai bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa, yang bisa dia lakukan saat ini adalah berharap agar tugas Justine bisa segera karena hanya itu cara dia untuk membuat Clarissa selamat dari Zero.Dia tahu selama ini Zero tidak sungguh-sungguh mencintai Clarissa. Ada maksud dan tujuan tersembunyi dari lelaki itu untuk Clarissa kalau tidak, tidak mungkin lelaki itu menyakiti Clarissa selama ini.Leonardo langsun mempercepat langkahnya agar dia segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya terasa sakit, begitu pula dengan kepalanya. Rasa khawatir mulai menghantui di dalam pikirannya. ***“Bagaimana menurut
“Syaratnya, kamu harus membebaskan ayah Clarissa.”Justine masih berpikir keras dengan hal itu. Dia tidak mungkin membebaskan pamannya sebelum ibunya bebas dari tangan ayahnya sampai dia hanya bisa diam saat Leonardo mengatakan syarat yang diajukan kepadanya.“Bagaimana? Apakah kamu sanggup? Kamu sudah membunuh Clarissa dan aku sudah kehilangannya, sebagai rasa penyesalanmu aku ingin kamu membebaskan ayahnya.”Justine masih membatu. Dia sendiri tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab perkataan Leonardo. Dia masih bingung akan semua hal itu. Dia tahu bahwa sampai detik ini dia bersalah dengan Clarissa. Oleh sebab itu, dia membebaskan Leonardo. Apalagi setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rissa Elmer bahwa dia harus meminta maaf dengan cara membebaskan orang yang paling disayang Clarissa waktu Rissa berada di apartemennya.“Kenapa kamu malah diam, Justine? Apa kau tidak mendengarkan apa yang sedang aku katakan?” tanya Leonardo Shu sedikit kecewa.JUstine menghela napas pa
Justine yang baru saja merebahkan tubuhnya dengan memainkan ponsel, kaget saat mendapatkan pesan suara dari seseorang yang tidak dia kenal. Api amarah mulai menyelimuti hatinya saat mendengar suara orang yang tidak asing baginya berbicara di dalam telepon genggam Justine. “Biadab kamu, Zero!” Justine melempar ponselnya hingga ponsel itu terjatuh di lantai dalam keadaan pecah. Dia benar-benar tersulut emosi. selama ini dia tidak menyangka jika ayahnya sangat peduli dengan Zero, tetapi tidak dengannya. Justine mengambil ponselnya yang lain, lalu dia menghubungi salah satu anak buahnya untuk melepaskan Leonardo. [“Bagaimana kalau tuan David tahu tentang ini, Tuan muda? KIta bisa dimakan habis oleh beliau.”] “Kau ikuti perintahku atau ikuti perintah tua bangka itu?” [“Baik, Tuan.”] Justine langsung menutup sambungan teleponnya. Dia sudah tidak sabar lelaki itu bebas untuk membunuh Zero karena hanya dia yang bisa melawan Zero untuk saat ini. JUstine mengirimkan sebuah pesan kepada ana
Clarissa menatap ke arah pintu dan beralih menatap sang paman, seolah menanyakan siapa yang sedang mengetuk pintunya.“Kenapa kamu malah menatap paman? Kamu tanya kepada paman? Mana mungkin paman tahu. Coba kamu lihat siapa yang datang,” perintah Alexander kepada Clarissa.“Tidak mungkin Justine, kan, Paman? Tadi dia baru saja menghubungiku.”Alexander langsung bingung ketika Clarissa mengira itu adalah Justine. Dia melihat ke sana-sini, mencari tempat untuk bersembunyi.Alexander langsung pergi menuju kamar, dia tidak tahu itu kamar Clarissa atau kamar tamu, yang terpenting baginya adalah mencari tempat persembunyian yang tepat, dengan memerhatikan siapa yang baru saja datang mengunjungi apartemen Clarissa dari balik pintu kamar.Dia terus memerhatikan kedua orang yang saat ini ada di hadapannya, dia melihat setiap gerak -gerik mereka.“Clarissa … aku membutuhkanmu,” ucap Zero duduk di sofa yang ada di ruang tamu.“Kamu kenapa?”“Aku sedang mencari ibuku, Clarissa. Dia diculik oleh s
“Tentu, rencana ini jauh lebih berhasil daripada rencana kita yang sebelumnya. Sebenarnya ini adalah rencanamu, Clarissa. Aku hanya memperbaikinya saja.”Clarissa masih belum paham apa yang dikatakan oleh sang paman. “Aku belum mengerti, Paman.”Alexander berdiri, dia melihat ke sekitar ruangan itu, degan memikirkan apa yang sedang dia bicarakan dengan Clarissa.“Aku pernah dengar sebelum Leonardo ditangkap kembali oleh David, dia telah menculik ibu Zero, istri kedua David Lee. Aku akan membantumu untuk meyakinkan Zero jika sebenarnya, selama ini David lee hanya memanfaatkan dia, sedangkan kamu, kamu buat Justine semakin membenci David Lee karena ibunya di sekap. Buat Justine menyesal karena selama ini telah membantu ayahnya yang selalu menyakiti keluargamu.”Clarissa malah tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Alexander. “Itu adalah rencana yang sudah aku pikirkan sebelumnya, Paman. Walau aku tidak tahu jika Leonardo menculik ibu Zero. Tapi, di mana sekarang ibu Zero? Apakah Davi
Carissa bingung harus menjawab apa dengan pertanyaan pemuda itu. Dia tidak mungkin mengatakan jika itu adalah mayat Arman, terpaksa dia harus memikirkan terlebih dahulu alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan salah satu anak buah Nelson tersebut.“Nona Risa kenapa kamu malah diam? Apakah pertanyaanku ada yang salah?”“Bukan seperti itu, tetapi aku rasa kamu tidak perlu menanyakan isi dari kardus itu karena itu bukan urusan kamu, kalau kamu berniat membantuku angkat saja barang itu kedalam bagasi, tetapi kalau kamu tidak berniat membantuku, kamu tidak perlu repot-repot untuk membuang tenagamu.”“Aku hanya ingin tahu saja, Nona. Kalau kamu tidak ingin memberitahukan kepadaku juga tidak masalah.”Lelaki itu berusaha mengangkat kardus tersebut. Namun, kardus itu sangat berat, bahkan beratnya seperti dia memikul satu orang laki-laki yang tenaganya sangat kua. Lelaki itu meletakkan kardus itu kembali. Dia menatap heran ke arah Clarissa. “Kenapa berat sekali Nona? Aku seperti menggendo
Clarissa duduk di samping Arman. Dia mengambil sebuah pisau tajam yang ukurannya terbilang cukup kecil. Dia menancapkan pisau itu di dada Arman dan juga di leher lelaki itu. Dia sudah lama tidak bermain dengan benda tajam akhir-akhir ini. Jadi, kali ini dia merasa bahwa dia cukup puas telah melampiaskan kekesalannya kepada Arman. Akan tetapi, dia juga tidak tahu akan dia bawa kemana mayat Arman. Clarissa kembali berdiri untuk mencari jalan keluar, ketika dia mencoba berpikir tentang cara dia bisa keluar dari semua masalah itu, dia melihat sebuah jendela. Clarissa tersenyum melihat jendela tersebut. Lalu dia melangkah mendekati jendela tersebut. Perlahan dia mulai membuka jendela itu, dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa ada yang melihat kejadian tersebut. Saat dia sudah memastikan semuanya, Clarissa kembali menuju ke arah Arman. Dia ingin membawa Arman keluar dari tempat itu, tetapi dia jua tidak mau jika sampai ada yang melihat Arman. Lalu dia memutuskan untuk
Clarissa memutuskan sambungan telepon. Dia sangat sakit hati mendengar apa yang telah diucapkan pamannya. Selama ini dia berpikir jika sang paman akan selalu ada di sampingnya untuk membela dia, tetapi Alexander masih saja memikirkan Justine. Clarissa bingung ingin cerita dengan siapa, saat ini dia sudah tidak punya siapa-siapa, lalu dia memutuskan untuk pergi ke markas Geng Harimau Putih untuk melampiaskan kekesalannya. Dia pergi dengan mobil yang telah diberikan Nelson kepadanya. Setelah dia sampai di markas, semua orang langsung berkumpul, menyambut dia dengan menundukkan kepala. Mereka terlihat takut saat Clarissa datang dengan raut wajah yang menakutkan.Clarissa duduk di kursi yang biasa digunakan Nelson duduk dengan menatap semua orang yang ada di sana. “Bagaimana, apakah sudah ada perkembangannya tentang pembunuh calon suamiku?”Tidak ada yang menjawab pertanyaan Clarissa, semua orang yang di sana hanya mampu menyembunyikan wajahnya dari Clarissa sampai membuat Clarissa na