"Nomor yang anda tuju tidak menjawab." Mike menghembuskan nafas berat. Untuk kesekian kali, nomor telpon seluler yang Mike hubungi tidak ada jawaban. Pria yang baru pulang bekerja itu kini sedang merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit pada kamarnya yang temaram. "Kemana Hazel? Apakah dia baik-baik saja? Dua hari ini, kenapa dia tidak masuk kantor dan juga, nomornya tidak dapat dihubungi." pikir Mike bertanya-tanya. Mike adalah pria yang hanya tinggal sendiri di rumahnya. Sementara orang tuanya bekerja di luar kota dan dua adiknya juga ikut bersama orang tuanya. Rumah yang di tempati Mike adalah rumah warisan. Karena tidak ada yang mengurus dan dirinya besar di rumah tersebut, Mike memutuskan untuk menempatinya. "Apa aku ke rumahnya? Sudah lama juga aku tidak berkunjung. Sekalian membawa buah tangan untuk tante Amy," kata Mike, pria itu segera bangkit, turun dari ranjang dan melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum ia berangkat. ***Di Villa, Jonatha
Bugh! Satu tendangan Jonathan layangkan di perut Carl. Jonathan begitu marah saat asistennya itu tidak dapat mengawasi Hazel dengan baik. "Apa saja yang kau lakukan, hah?! Di mana Hazel?!" bentak Jonathan murka. Carl memegangi perutnya yang terasa sakit luar biasa ketika mendapatkan tendangan dari atasannya itu. "T-Tuan, maafkan saya. Tadi, tuan besar memintaku untuk menyiapkan berbagai perlengkapan kemah dan kuda. Jadi, saya langsung pergi ke gudang untuk mengambilnya. Saya sudah menugaskan beberapa orang untuk mengawasi nona Hazel selama saya pergi, tapi sepertinya mereka tidak bisa mengikuti dengan baik. Tuan, maafkan saya," jelas Carl sambil terus memegangi perutnya.Jonathan menghela napas panjang sambil memperhatikan Carl yang terlihat sangat menyesal. "Baiklah, ini kali terakhir kau membuat kesalahan semacam ini, Carl. Aku tidak ingin Hazel terluka atau terancam oleh siapa pun," ujar Jonathan dengan nada tegas."B-baik, Tuan. Tapi, tadi saya sempat melihat jika nona Hazel s
"Tuan, anu ... Kata para pelayan, mereka melihat nona Hazel berlari masuk le hutan." lapor Carl yang berlari kecil menghampiri Jonathan. Jonathan yang hendak ke kamarnya itu berhenti. Kedua alisnya bertautan mendengar laporan asistennya itu. Hutan? Apa yang dilakukan Hazel di hutan? Apa dia tidak memikirkan bahaya yang akan terjadi pada dirinya sendiri? Pikir Jonathan. "Carl, apa kau yakin? Kau tidak salah memberikan informasi?" tanya Jonathan. "Tidak Tuan. Saya sudah melacak kemera keamaan. Namun Nyonya Hazel memang hanya berbicara dengan tuan besar. Setelah itu, nona Hazel sudah tidak lagi terpantau oleh kamera."Kekhawatiran dan ketakutan mulai merayap di dalam diri Jonathan. Bagaimana tidak? Hutan adalah tempat yang paling bahaya di villa teman mereka akan menghabiskan waktu beberapa hari. Namun, semua menjadi kacau hanya karena insiden Hazel menjadi target penembakan. "Siapkan senapan dan kuda! Kita ke hutan sekarang!" perintah Jonathan. "Baik, Tuan!" jawab Carl yang segera
"Carl, ayo! Kita harus menemukan Hazel. Jangan sampai Hazel tersesat!" teriak Jonathan sambil terus menarik tali pengekangan kuda yang ia tunggangi."Sepertinya, ke arah Utara, Tuan!" jawab Carl. Jonathan dan Carl melintasi hutan dengan hati-hati, berusaha mencari jejak Hazel. Mereka mengikuti jejak kaki yang terlihat di tanah dan mencoba menghindari duri-duri dan semak-semak yang menghalangi jalur mereka.Pria bermanik biru itu merasa semakin khawatir dan gelisah. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada wanita pujaan hatinya itu di dalam hutan yang gelap dan berbahaya ini. Saat melewati jalan bercabang, Carl tidak sengaja melihat ada bekas tampak kaki saat cahaya senter pada dahinya menyoroti bekas tapakan itu. "Tuan!" panggil Carl. Jonathan menarik tali kekang kudanya, membuat kuda yang ia tunggangi itu berhenti. Jonathan menoleh ke arah Carl. "Apa kau menemukan sesuatu?" "Ada bekas kaki yang terlihat masih baru di sini, Tuan!" seru Carl. Jonathan membimbing ku
Carl mengikuti perintah Jonathan, ia juga melihat kepulan asap yang berasal dari arah jauh di dalam hutan."Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Carl dengan khawatir."Mungkin ada yang membakar kayu atau batang pohon. Kita tidak akan tahu kepastian sampai kita memeriksanya," jawab Jonathan.Jonathan menarik tali kekang kudanya, membuat kuda itu berhenti. Carl juga mengikuti gerakan majikannya dengan menahan tali kekang kudanya, membuat kuda itu berhenti di belakang Jonathan.Jonathan turun dari kudanya dan memerintahkan Carl untuk memeriksa kepulan asap itu. "Aku akan mengamati ke arah sana. Jika ada hal yang mencurigakan, kita kembali ke rumah kosong itu.""Sesuai perintahmu, Tuan," jawab Carl, lalu Carl menarik kudanya pergi ke arah kepulan asap itu.---"Mike, sepertinya ada yang datang," Ucap Hazel, ketakutan.Tubuh Hazel menegang kala dia mendengar suara tapak kaki kuda yang menuju ke arah tempat di mana dia dan Mike sedang bersembunyi.Bukan hanya Hazel saja yang menegang, namun Mike
"Tuan, tolong jangan marah. Percayalah padaku. Jika aku dan Mike tidak ada hubungan apa-apa. Mike merangkulku tadi, karena aku kehilangan kacamataku." Di atas pelana kuda yang bergerak, Hazel memberikan penjelasan. Meski ia tahu jika Jonathan tidak akan percaya perkataannya. "Kau kehilangan kacamatamu? Atau kau lupa meletakkan kacamata matamu setelah tidur dengan Mike?"Sudah berapa kali Hazel membuang napas panjang. Dia tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana lagi. "Terserah, Tuan. Apapun hukuman yang akan Tuan berikan, aku akan terima." Jonathan tidak menjawab, ia hanya menggenggam tali kekang kuda dan terus bergerak menuju ke arah Villa. Hati pria itu terlalu sakit membayangkan bagaimana Hazel dan Mike bergelut di rumah kosong itu. 'Aku tidak percaya jika seorang wanita seperti Hazel membuat aku sekacau ini. Bagaimana bisa dia sampai pada titik ini? Apakah rasa cemburu ini benar-benar membuatku buta?'Sementara itu, angin yang berhembus semakin kencang, seolah mewakili bada
"Kamu itu seharusnya lebih tegas, Dong! Masa kamu membiarkan calon istrimu dibawa oleh sepupumu sendiri?!" Natasya semakin kesal. Wanita itu mondar-mandir tak karuan memikirkan rencana agar Jonathan bisa lepas dari jerat Hazel, wanita yang hanya dianggap sampah. Edward, yang duduk sambil memainkan gelas anggur juga ikut frustasi. Dia tidak menyangka jika Jonathan begitu terobsesi dengan Hazel. "Natasya, kau tahu sendiri Jonathan seperti apa, bukan? Bahkan Tante dan Paman pun tidak dapat mengatur Jonathan. Dan pernikahanmu, aku rasa, Jonathan hanya memanfaatkanmu demi mencapai tahta sang pewaris," ucap Edward. Telinga Natasya terasa panas. Sebelum Hazel berada di antara ia dan Jonathan, permainan seperti terkontrol dengan baik. Tetapi, semua impan dan rencananya gagal hanya karena kehadiran Hazel. "Aku harus membunuh wanita itu dengan tanganku sendiri—" ucapan Natasya terhenti kala Edward berdiri di hadapan wanita itu. "Membunuh? Kau pikir, aku akan membiarkan kau melakukan itu,
"Nak, kamu tidak pergi ke kantor?" Pagi-pagi sekali, Hazel sudah duduk di teras rumahnya. Mengirup udara pagi yang memberikan ketenangan bagi Hazel setelah ia mengalami beberapa kejadian yang membuat ia terluka. Mendengar suara lembut sang ibu, Hazel menoleh sambil tersenyum perih. "Aku akan pergi ke kantor, Bu. Tapi... Aku hanya datang memberikan surat pengunduran diriku," jawab Hazel, lemas. Malam itu, setelah Jonathan melemparkan uang, Hazel yang merasa terihina segera memungut pakaiannya dan pergi dari Vila.Dan Mike, pria itu sudah lebih dulu di antar oleh Carl, Hazel harus berlari membawa tangis keluar dari Vila memesan taksi. Dan saat ini, Hazel harus menerima nasib ketika Jonathan meminta Hazel memberikan surat pengunduran dirinya melalui email yang Hazel terima. "Loh, Nak, apakah kamu membuat masalah yang besar di perusahaan?" tanya Amy, terkejut mendengar penuturan putrinya. Hazel tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. "Tidak, Bu. Aku tidak melakukan sesuatu yang salah