Share

Jerat Pesona Pengacara Tampan
Jerat Pesona Pengacara Tampan
Penulis: Abigail Kusuma

Bab 1. Heartless Man Tortured Me on Bed

“Jangan berpikir karena kau sudah tidur denganku, kau pantas berada di sampingku. Kau sama saja seperti jalang yang pernah tidur denganku.”

Suara berat terdengar begitu dingin, dan menusuk ke indra pendengaran seorang wanita yang masih berada di ranjang, dengan tubuh polosnya yang hanya terbalut oleh selimut tebal. Tampak wanita itu menatap nanar sosok pria yang bertubuh kokoh dan gagah di hadapannya yang telah terbalut oleh bathrobe. Sorot mata sayu, dan melemah begitu terlihat jelas di wajah cantiknya.

“S-Samuel—“ Selena memanggil nama Samuel dengan nada yang lirih. Wanita itu melihat tubuhnya sendiri tampak begitu kacau.

Dadanya mencelos begitu Samuel mengatakan hal sejahat itu.

Samuel menaikan sebelah alisnya, menatap Selena yang memanggilnya. Aura wajah dingin, dan terselimuti keangkuhan begitu terlihat di wajah Samuel. Kini Samuel melangkahkan kakinya mendekat pada Selena. Sejenak, Samuel masih terdiam dengan tatapan yang tak lepas mengamati keadaan Selena. Rambut wanita itu berantakan. Bahkan Samuel pun melihat dengan jelas bekas kemerahan di leher Selena akibat ulahnya.

“Untuk kejadian tadi malam, anggap saja kita hanya bersenang-senang. Kau mabuk dan aku pun mabuk. Setelah kau keluar dari hotel ini, tidak perlu mengingat kejadian tadi malam,” ucap Samuel dingin, dengan sorot mata yang tajam.

Mata Selena mulai memerah akibat menahan tangisnya kala mendengar ucapan Samuel. “Apa tadi malam sama sekali tidak ada artinya bagimu, Samuel?” tanyanya lirih, dan pilu.

Ya, tadi malam Selena hanya datang ke undangan jamuan makan malam keluarganya. Selena datang ke pesta itu dalam keadaan hati yang hancur berkeping-keping. Tepatnya dua hari lalu Selena mendengar berita bahwa Samuel akan menikah dengan salah satu artis ternama asal Amerika. Itu yang membuat Selena benar-benar terpuruk. Selama ini Selena begitu mencintai Samuel. Meski pria itu selalu menghindar setiap kali Selena mendekat padanya, akan tetapi tetap saja Selena tidak henti mencintai sosok Samuel Maxton.

Tak disangka, ketika Selena menghadiri jamuan makan malam, dirinya bertemu dengan Samuel Maxton yang sedang mabuk berat. Dari jauh Selena memandanginya, tampak pria itu tidak baik-baik saja. Karena khawatir Selena menghampirinya untuk mengecek kondisinya. Dan akhir malam ini, kini Selena berada di ranjang yang sama oleh Samuel.

Hal yang tak mungkin Selena lupakan adalah bagaimana Samuel menyentuhnya.

Tangan kokoh pria itu menjamah setiap inchi tubuhnya, menjelajahi seakan mencari-cari sumber kenikmatan di sana. Di mulai dari tengkuk lehernya, kemudian langsung bermain di area paling sensitifnya yang memberikan sensasi sengatan ke sekujur tubuhnya. Bibir tebal pria itu melahap bibir tipis Selena, menggulumnya dengan lembut sambil memainkan lidahnya dengan buas.

Selena mengingat dengan jelas ketika Samuel memuja keindahan tubuhnya. Tadi malam Samuel melakukannya tak hanya satu kali. Pria itu menginginkannya lagi, dan lagi. Setiap desahan yang Selena keluar dari mulut Selena selalu bercampur dengan lirihan nama ‘Samuel’ meski dalam keadaan mabuk tapi Selena tahu bahwa dirinya telah menyerahkan tubuhnya untuk pertama kalinya pada pria yang memang sangat dia inginkan dan cintai.

Senyuman sinis di wajah Samuel terlukis mendengar apa yang ditanyakan oleh Selena.

Pertanyaan yang nyaris membuat Samuel tertawa. Detik selanjutnya, Samuel menundukan kepalanya, menarik dagu Selena dan berdesis, “Kau pikir hanya karena kita tidur bersama kau memiliki arti penting untukku? Kau salah besar, Selena. Apa yang tejadi tadi malam tidak ada beda dengan malam-malam yang aku habiskan dengan wanita murahan di luar sana yang aku bayar untuk menemaniku.” 

Bagai tersambar petir, tubuh Selena membantu mendengar apa yang diucapkan oleh Samuel. Bulir air mata Selena menetes jatuh mengenai pipinya. Sorot mata penuh kekecewaan terpancar jelas di manik mata biru wanita itu. Hancur. Terluka. Perih. Tiga kata yang menggambarkan hati Selena. Samuel dengan teganya menyamakan dirinya sama seperti wanita murahan di luar sana. Padahal Samuel tahu kalau dirinya hanya melakukan ini dengan pria itu.

“T-Tapi aku mencintaimu, Samuel.” Selena berucap lirih. Ini bukan pertama kali Selena mengatakan cinta pada Samuel. Anggaplah Selena sudah kehilangan akal sehatnya. Dia menyatakan cinta pada pria yang dimiliki oleh wanita lain. Selena sudah berjuang melupakan Samuel. Dan kenyataannya, Selena tidak sanggup untuk melupakan Samuel. Cinta itu begitu kuat di hatinya. Terlebih kejadian tadi malam membuat Selena begitu berharap.

“Cinta?” Samuel menyeringai kejam mendengar Selena mengucapkan kata cinta padanya. Sebuah kata yang tak pernah dia ingin dengar. “Selena, simpan cintamu itu. Aku tidak butuh cintamu. Apa yang kita lakukan tadi malam hanya kesenangan semata. Lagi pula kau tahu aku akan segera menikah.”

Air mata Selena terus menetes jatuh menyentuh pipinya. Dia terisak. Perkataan Samuel seperti sebilah pisau yang menancap di relung hatinya. Ya, harusnya Selena tahu Samuel tak akan pernah membutuhkan cintanya. Mengejar pria itu hanyalah sia-sia. Karena pada akhirnya, dirinya akan tetap dibuang ke lautan lepas.

“Apa kau selalu memperlakukan semua wanita seperti ini?” Suara Selena bertanya dengan nada yang begitu lirih. Tatapan wanita itu terlihat jelas menunjukan kerapuhan, dan kekecewaan yang mendalam.

Samuel mengangkat bahunya tak acuh. “Kau benar. Aku memperlakukan semua wanita sama. Jika aku bosan maka aku akan mencari wanita yang aku bayar untuk menamani malamku. Well, meskipun aku tahu, kau baru pertama kali melakukannya tapi tetap saja aku tidak peduli, Selena. Di mataku, kau sama seperti wanita yang pernah tidur denganku.”

Selena nyaris kehilangan kata-kata. Tenggorokannya tercekat. Air mata tak henti-henti mengalir. Semua perkataan Samuel bagaikan sebuah cambuk yang memukulnya keras tubuhnya. Selena ingin sekali mengeluarkan suaranya namun apa yang harus dia katakan? Bukankah sangat jelas kalau Samuel menganggap dirinya sama seperti wanita lain?

Samual menatap Selena yang sejak tadi tak henti menangis. Tampak aura wajah dingin, dan acuh Samuel begitu terlihat. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan air mata wanita yang ada di hadapannya itu.

Pria itu berdiri dan mengenakan pakaiannya kembali. Selena benar-benar seperti barang sekali pakai, dibuang dan dicampakkan setelah dinikmati.

Selena bergeming. Pancaran mata Selena tampak meredup menunjukan kehancurannya. Tak ada lagi yang tersisa. Perkataan Samuel telah membuatnya hancur berkeping-keping.

Kini Samuel membalikan tubuhnya, pria itu hendak berjalan meninggalkan Selena. Namun tiba-tiba…

“Samuel jangan pergi—”

Selena berucap dengan penuh permohonan pada Samuel. Tampak, Samuel bergeming dan masih memunggungi Selena. Raut wajah Samuel begitu dingin. Sorot matanya tajam seakan sebentar lagi menerkam. Detik selanjutnya, Samuel menoleh melihat Selena dari sudut matanya. “Jika kamu masih menginginkanku, untuk hari ini saja aku bisa memuaskanmu sebanyak yang kamu mau,” Samuel membuka ikat pinggangnya, dan kini Selena berada di bawahnya lagi.

“Jangan, Samuel...”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status