Home / Romansa / Jerat Pesona Pengacara Tampan / Bab 3. When Love Becomes Hate

Share

Bab 3. When Love Becomes Hate

last update Last Updated: 2024-10-28 23:53:26

*Sayang, Mama tidak bisa pulang sekarang. Tapi nanti Mama akan usahakan pulang secepatnya. Sekarang lebih baik kau bermain dulu, ya. Mama masih meeting.*

Selena menutup panggilan telepon itu. Ya, Oliver Nicholas—putra kecilnya yang berusia empat tahun itu memang kerap meminta Selena pulang lebih awal. Akan tetapi, Selena tidak bisa menuruti keinginan putra kecilnya. Banyak pekerjaan yang Selena harus selesaikan. Seperti saat ini dirinya tengah meeting bersama dengan para karyawannya.

“Maaf, terpotong. Kita lanjutkan meeting kita.” Selena berujar pada para karyawan yang ada di hadapannya.

“Tidak apa-apa, Nona. Kami mengerti.” Salah satu manager yang ada di ruang meeting itu menjawab ucapan Selena dengan sopan.

“Bulan depan kita memiliki project di mana salah satu client kita memercayakan gedung yang dibeli dari kita untuk dibangun dengan design yang bernuansa klasik. Aku ingin kalian mencarikan designer interior baru yang terbaik untuk bisa bekerja dengan kita. Pastikan designer interior itu memiliki kemampuan yang bagus. Tujuanku meminta kalian mencari designer interior karena designer interior yang kemarin, kurang aku sukai.” Selena berkata dengan nada yang pelan namun tersirat tegas.

“Baik, Nona. Kami mengerti.” Manager pemasaran yang ada di ruang meeting itu menjawab patuh apa tang dikatakan oleh Selena.

“Nona Selena.” Jenia—asisten pribadi Selena menghampiri Selena dengan terburu-buru.

“Ada apa kau berlari seperti itu, Jenia?” Selena menatap asistennya yang berjalan terburu-buru menghampirinya. Raut wajah Selena sedikit bingung. Pasalnya Jenia terlihat panik.

“Nona … saya ingin memberitahu sesuatu pada Anda,” ucap Jenia cepat dan tersirat panik.

“Katakan, apa yang ingin kau katakan padaku?” Kening Selena mengerut. Tatapan matanya menatap lekat asistennya itu, menuntut agar segera menjelaskan padanya.

“Tanah yang Anda beli bulan lalu ada sedikit masalah. Tadi saya baru saja mendapatkan kabar ternyata tanah itu sudah dibeli oleh seorang pengacara yang berniat membuka cabang perusahaan pengacaranya di London. Tuan Mika Mads dan Tuan Ezra Mads adalah kakak beradik. Tuan Mika menjual tanah itu pada seorang pengacara sedangkan Tuan Ezra menjual tanah itu pada Anda. Lokasi strategis membuat pengacara itu membeli tanah yang Anda sudah beli dengan harga dua kali lipat, Nona,” tutur Jenia menjelaskan dengan nada yang cemas.

Seketika raut wajah Selena berubah kala mendengar apa yang diucapkan oleh Jenia. Sepasang iris mata birunya tampak begitu tajam memendung amarah. “Bagaimana bisa! Aku sudah membayar setengahnya! Tidak mungkin mereka bisa bertindak seperti itu! Meski ada yang menawarkan dengan harga dua kali lipat sekalipun tapi tanah itu sudah menjadi milikku!” serunya dengan nada tinggi.

Jenia menggaruk kepalanya tak gatal. Wanita itu masih menunduk tak berani menatap Selena. “Maaf, Nona. Tapi yang saya dengar pengacara itu membelinya ditanggal yang sama dengan Anda, Nona. Sekarang Tuan Mika dan Tuan Ezra sedang bertemu dengan pengacara itu. Mereka ingin Anda juga turut hadir, Nona. Masalah ini cukup rumit karena hubungan Tuan Mika dan Tuan Ezra tidak baik.”

‘Shit!’ Selena mengumpat dalam hati. Ya, Dalam waktu lima tahun, Selena berhasil membangun perusahaan property miliknya sendiri dengan hasil jerih payahnya. Tak hanya usaha property saja tetapi Selena pun memiliki usaha design interior. Dan tepatnya bulan lalu Selena baru saja membeli tanah dengan lokasi yang stragis untuk membangun perusahannya. Mengingat saat ini perusahaan Selena masih sewa. Namun, rencana Selena tak berjalan mulus. Ada saja masalah yang datang menghampiri hidupnya. Seperti saat ini.

“Berikan aku alamatnya. Aku akan bertemu dengan mereka!” tukas Selena menahan kesal.

“B-Baik, Nona. Saya akan segera mengirimkan alamatnya lewat pesan,” jawab Jenia cepat.

Tanpa berkata lagi, Selena berjalan cepat meninggalkan ruang meeting. Tampak raut wajah Selena menahan emosi yang terbendung dalam dirinya.

***

Selena membanting kasar pintu mobilnya. Wanita itu turun dari mobil—lalu melangkah memasuki lobby perusaahaan di mana dirinya akan bertemu dengan sang pemilik tanah sekaligus pengacara yang berani menawarkan harga tanah dua kali lipat darinya. Sepasang iris mata biru Selena terlihat tajam. Bahkan dikala ada yang menyapanya saja, dia mengabaikan itu semua. Bukan bermaksud untuk tidak ramah tapi Selena ingin segera menyelesaikan masalahnya.

“Nona Selena?” Ezra—salah satu pemilik tanah menyapa Selena dengan sopan kala Selena memasuki ruangan meeting.

“Aku tidak suka berbasa basi. Jelaskan kenapa ini bisa terjadi?” Selena melangkah memasuki ruangan meeting. Wanita itu duduk di ujung berhadapan dengan Mika dan Ezra.  

Mika mengembuskan napas panjang. “Nona Selena, saya minta maaf tapi memang tanah itu sudah saya jual pada salah satu kenalan saya. Uang pembayaran Anda akan saya transfer hari ini juga. Ini murni kesalahan adik saya yang tidak memberitahukan saya lebih dulu.”

“Mudah sekali Anda berbicara seperti itu? Aku sudah membayarnya satu bulan lalu. Pelunasan akan dilakukan besok. Tapi sekarang Anda dengan mudahnya mengatakan ini kesalahan adik Anda yang tidak bilang pada Anda? Aku rasa di sini Anda yang tidak bisa professional!” seru Selena dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

“Nona, saya minta maaf. Pengacara itu telah membeli tanah kami pada hari yang sama dengan Anda, Nona,” ujar Ezra yang kali ini meminta maaf.

Selena menggeram penuh emosi. “Di mana pengacara itu! Sekarang tunjukan padaku!”

“Apa kau mencariku?” Seorang pria dengan balutan jas berwarna navy melangkah masuk ke dalam ruang meeting. Aura wajah dingin dan sepasang iris mata cokelatnya tampak tajam kala ada yang membicarakan tentangnya.

Selena mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang baru masuk. Namun … tiba-tiba jantung Selena seakan ingin berhenti kala melihat sosok pria yang berdiri di hadapannya. Wajah itu. Mata itu. Semua masih sama. Tak ada yang berubah. Seakan bumi berhenti pada porosnya, tubuh Selena nyaris terhuyung jatuh. Beruntung, Selena masih mampu berdiri tegak meski harus dengan bersusah payah.

“S-Samuel,” gumam Selena lirih.

Ya, di hadapan Selena adalah Samuel Maxton—pria yang bertahun-tahun dia hindari. Bagi Selena; Samuel adalah racun paling mematikan di dunia ini. Terlihat indah diluar namun jika berada didekatnya maka hanya kematian yang akan datang.

Samuel bergeming di tempatnya. Sepasang iris mata cokelat tajamnya menangkap iris mata biru Selena. Dalam diam, Samuel terkejut melihat Selena ada di hadapannya. Sudah lama sekali Samuel tidak melihat Selena. Wanita itu terlihat berbeda. Tubuhnya sedikit berisi dari lima tahun lalu. Tak menampik, Samuel menilai Selena bagaikan jelmaan iblis yang menggoda para kaum adam. Cantik, seksi, dan memesona.

“Jadi kau yang membeli tanah yang aku inginkan?” ujar Samuel bertanya dengan nada angkuh dan tersirat terkejut. Tak memungkiri dia tak menyangka bertemu Selena kembali.

Selena tediam sejenak. Jantungnya seketika berpacu dengan keras melihat sosok pria yang ada di hadapannya. Beberapa saat, Selena nyaris mengeluarkan air mata. Namun, dia tak membiarkan itu. Lima tahun telah mengajarkannya banyaknya. Berjuang dengan hati yang hancur membuat dirinya menjadi tangguh.

“Dan kau pengacara yang membeli tanah yang aku inginkan? Dengarkan aku, tanah itu adalah milikku. Kalau kau ingin memiliki tanah di London, kau bisa membeli di tempat lain, Tuan Maxton,” jawab Selena anggun dan tegas.

Samuel tersenyum penuh arti. “Well, aku sudah membeli dengan harga dua kali lipat, Nona. Kau kalah dariku. Lebih baik kau yang mencari tanah lain.”

“Tuan Samuel? Anda mengenal Nona Selena?” tanya Mika seraya menatap Samuel dengan serius dan bingung.

“Tidak. Aku tidak mengenalnya. Beberapa tahun lalu aku hanya pernah ingin menggunakan jasa pengacaranya.” Belum juga Samuel menjawab, Selena sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Mika. Nada bicara Selena tenang bagaikan aliran sungai yang menyejukan.

Samuel terdiam kala mendengar ucapan Selena. Rupanya wanita yang dia kenal dulu telah berubah. Lihat saja cara Selena menatapnya begitu dingin seolah tak mengenalnya sama sekali. Tatapan yang dulu tak pernah Selena berikan padanya. Namun, Samuel tetap bersikap tak peduli. Walau tak dipungkiri banyak ribuan pertanyaan muncul di benak Samuel. Terutama tentang kepergian Selena yang tiba-tiba.

“Alright, aku rasa tidak perlu ada yang dibahas. Sudah cukup jelas kalau tanah itu adalah milikku,” tegas Samuel penuh dengan penekanan.

“Tiga kali lipat. Aku akan membeli dengan harga Tiga kali lipat. Serahkan tanah itu padaku.” Selena berucap dengan lantang dan sontak membuat sang pemilik tanah terkejut.

Samuel menyeringai kala Selena menantangnya. Sebelah alis Samuel terangkat. “Great, penawaran yang bagus. Aku sudah terbiasa mengikuti acara lelang. Aku tawar dengan harga empat kali lipat. Apa kau masih berani menantangku, Nona Selena?”

“Lima kali lipat. Berikan tanah itu padaku. Aku akan membayar lima kali lipat,” jawab Selena dengan suara tenang. Sepasang iris mata birunya tak lepas menatap iris mata cokelat Samuel.

Samuel kembali tersenyum penuh arti. “Aku tutup dengan penawaran sepuluh kali lipat. Apa kau masih berani menentangku?”

Selena membeku kala Samuel berani mengajukan harga tanah sepuluh kali lipat. Uang jerih payahnya sendiri tidak mungkin sebanyak itu. Bahkan menantang lima kali lipat pun, Selena masih memikirkan cara untuk membayarnya.

Samuel mendekat pada Selena. Mengikis jarak di antara mereka. Pria itu menatap lekat-lekat raut wajah Selena yang tampak tersudut karena dirinya. Detik selanjutnya Samuel mendekatkan bibirnya ke telinga Selena dan berbisik,

“Pada akhirnya, aku akan mendapatkan apa yang aku mau. Aku rasa kau juga tahu itu kan, Selena?”  

Related chapters

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 4. He is Oliver Nicholas

    Selena melangkah meninggalkan ruang meeting dengan raut wajah yang jelas menunjukan menahan rasa kesalnya. Tampak Mika dan Ezra—kakak beradik pemilik tanah yang dia ingin beli berusaha berbicara pada Selena. Sayangnya, Selena mengabaikan kakak beradik itu. Selena tak mau banyak berbasa-basi. Emosi yang terbendung dalam dirinya seolah begitu membakar dan nyaris meledak.“Kau sepertinya terlihat sangat marah, Selena.”Suara berat dari arah belakang sontak membuat Selena segera mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Ya, kini Selena tengah berada di halaman parkir mobil gedung perkantoran milik sang pemilik tanah yang tadi dia temui. Dia ingin segera kembali ke kantornya. Namun, langkah Selena harus terhenti melihat sosok pria berwajah iblis ada di hadapannya. Tampak sepasang iris mata Selena menatap dingin dan lekat iblis itu.“Untuk apa aku marah hanya karena tidak bisa mendapakan tanah yang aku mau? Di London banyak lokasi yang sangat bagus. Aku bisa meminta asistenku mencarik

    Last Updated : 2024-10-28
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 5. Woman Should be Independent

    “Tuan Samuel.” Sang sekretaris menyapa Samuel dengan sopan seraya menundukan kepalanya kala Samuel baru saja keluar dari lift.“Apa laporan yang aku minta siapkan sudah kau kerjakan?” Suara Samuel dingin, dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Sudah, Tuan. Laporan yang Anda minta sudah saya kerjakan semuanya. Saya juga sudah meletakan laporan itu ke atas meja kerja Anda, Tuan,” ujar sang sekretaris memberitahu. “Hm … Tuan, di ruang kerja Anda ada Nona Iris sudah menunggu Anda sejak satu jam yang lalu. Sebelumnya saya meminta Nona Iris untuk pulang, tapi beliau tidak mau, Tuan. Nona Iris ingin menunggu hingga Anda datang.” Sang sekretaris melanjutkan ucapannya.Samuel mengembuskan napas kasar. Dia tak menyangka kalau Iris—tunangannya datang ke London. Padahal sebelumnya Samuel sudah meminta Iris untuk menunggu dirinya pulang.Tanpa berkata apa pun, Samuel langsung melangkahkan masuk menuju ruang kerjanya. Pun sekretarisnya itu membungkukan kepala, kala Samuel sudah meninggalkannya.“Sayang

    Last Updated : 2024-10-28
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 6. I Know How to Get Up

    Selena menatap pantulan cermin. Melihat dirinya sudah rapi dan segar. Dress dengan model tali spaghetti berwarna merah motif bunga-bunga begitu indah membalut tubuhnya. Harusnya dari penampilan wajah Selena pun tampak cerah tapi tidak dengan kenyataan. Raut wajah Selena terlihat sedikit muram. Ya, hari ini Selena harus mengunjungi gedung perusahaan milik Samuel. Hari ini pembangunan kantor Samuel sudah dimulai. Pun Selena sudah meminta team-nya memulai mengatur semuanya. Akan tetapi Selena tetap harus memberikan pengawasan. Karena memang Selena merintis semua usahannya dari bawah. Selena bukanlah atasan yang menyerahkan sepenuhnya pekerjaan pada bawahan. Tidak, Selena tidak seperti itu. Selama ini Selena selalu ingin memastikan client-nya merasa puas dengan perusahaannya. Apalagi perusahannya bergerak di bidang jasa. Di mana kepuasan pelanggan adalah nomor satu. Dan hal yang menjadi masalah adalah client-nya kali ini adalah Samuel Maxton—pria yang tak pernah ingin lagi Selena temui.

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 7. Sean’s Arrival 

    Selena menghempaskan tubuhnya ke sofa kamarnya. Wanita itu memijat pelan pelipisnya. Tampak beberapa kali Selena mengembuskan napas panjang. Emosinya tersulut dan terpancing setiap kali bertemu dengan Samuel. Dalam beberapa bulan ini Selena mau tidak mau harus bersabar. Project design interior tidak mungkin langsung jadi dalam beberapa hari. “Mama … Mama …” Oliver berlari masuk ke dalam kamar, menghampiri Selena yang tengah duduk di sofa. “Sayang?” Lelah Selena lenyap kala melihat Oliver menghampirinya. Senyuman hangat di wajah Selena pun terlukis begitu tulus. “Ada apa, Sayang? Tadi Mama sudah membelikan sushi untukmu, Nak.” Sebelum pulang, Selena membelikan sushi untuk putranya. Pun dia meminta pengasuh Oliver untuk menyuapi putra kecilnya itu. “Mama, apa Mama tidak mau makan sushi? Ayo kita makan bersama, Mama,” ajak Oliver dengan suara polosnya. “Oliver saja makan duluan, Sayang. Mama belum lapar,” jawab Selena seraya mengelus pipi bulat Oliver dan memberikan kecupan di sana.

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 8. She’s so Damn Beautiful! 

    “Nona … Anda cantik sekali.” Jenia—asisten pribadi Selena berseru memuji penampilan Selena yang begitu memukau. Gaun berwarna gold yang tampak sederhana itu begitu mewah ketika dipakai oleh Selena. Rambut pirang Selena terjuntai ke belakang punggung. Riasan make up flawless membuat Selena benar-benar sempurna. Meski sudah pernah melahirkan tapi Selena memiliki lekuk tubuh yang indah. Beberapa bentuk tubuh Selena berukuran menantang menggoda para kaum adam. Jenia yang melihat penampilan Selena pun tak berkedip sedikit pun. Cantik. Bahkan sangat cantik. “Apa benar gaun ini sudah cocok untukku, Jenia? Setelah melahirkan bentuk tubuhku tidak selangsing saat dulu.” Selena berucap memastikan penampilannya malam ini. Selena sampai meminta Jenia datang ke penthouse-nya hanya karena Selena meminta pendapat Jenia gaun apa yang paling tepat dia pakai malam ini. Sudah lama Selena tak menghadiri jamuan makan malam seperti ini membuat Selena gugup dan sedikit takut. Senyuman hangat di wajah Jen

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 9. Where is Papa, Mama?

    She’s so damn beautiful! Sepasang iris mata cokelat Samuel tak henti menatap keindahan yang ada di hadapannya. Gerak yang diberikan Selena membuat wanita itu memang diciptakan layaknya seorang penggoda. Tapi tunggu, dikala Samuel tengah menatap Selena tatapan Samuel teralih pada sosok pria yang ada di samping Selena. Seketika tatapan Samuel menjadi dingin kala melihat Selena bersama dengan pria lain. Tampak aura wajah Samuel persis seperti ingin membunuh. Selena tetap berdiri di tempatnya. Wanita itu menatap pasangan sempurna yang ada di hadapannya. Namun tak dipungkiri Selena seperti merasakan api yang membakar tubuhnya. Hanya saja api yang telah membakar itu telah mampu Selena padamkan. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Tentu Selena tahu bagaimana mengendalikan diri. “Tuan Samuel?” Dean menyapa kala melihat Samuel dan Iris semakin mendekat. Samuel tersenyum tipis kala Dean menyapanya. “Ya, Tuan Dean.” “Kau? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Iris menatap wajah Selena.

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 10. Selena?

    “Sayang … aku sudah meminta asistenku mengurus segala persiapan pernikahan kita. Aku ingin pernikahan kita adalah pernikahan termewah tahun ini, Sayang. Gaun pengantin dan perhiasan juga sudah aku pesan.” Suara Iris berseru merdu seraya menatap Samuel yang tengah melajukan mobilnya. Kini Iris dan Samuel tengah berada di perjalanan. Mereka baru saja kembali dari pesta. Tentu Samuel mengantar Iris ke penthouse. Selama di London, Iris memang tinggal di penthouse milik Samuel. Hanya saja Samuel tidak tanggal di sana. Samuel lebih memilih tinggal di apartemennya yang tak terlalu besar. Pasalnya Samuel terkadang bekerja hingga larut malam. Pun dia lebih suka menyendiri jika tengah fokus dalam pekerjaannya. Itu yang membuat Samuel memilih untuk tinggal di apartemennya yang tak terlalu besar. “Kau atur saja,” ucap Samuel datar. Tatapannya terus menatap ke hamparan jalanan yang luas. Pria itu tampak tak begitu menanggapi ucapan Iris. Pikirannya seperti tengah memikirkan sesuatu yang sulit un

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 11. Deep Suffering

    “Selena?” Jantung Samuel berdegup dengan kencang kala nama itu lolos di mulutnya. Tampak iris mata Samuel menunjukan jelas keterkejutannya. Pancaran mata menatap tak percaya sosok wanita yang ada di hadapannya. Beberapa kali Samuel meyakinkan kalau apa yang dia lihat itu salah. Tapi tidak. Samuel tidak mungkin salah. Manik mata biru seperti lautan itu begitu sangat Samuel kenali. Setiap gerak lekuk tubuhnya membuat Samuel yakin siapa sosok wanita di hadapannya itu. Selena melangkah mendekat pada Oliver. Namun … seketika tubuh Selena mematung menatap pria yang ada di samping Oliver. Seperti bumi yang berhenti pada porosnya. Tubuh Selena nyaris ambruk. Tenggorokan Selena tercekat. Darah yang mengalir di tubuhnya seolah tak lagi mengalir. Terlihat jelas wajah Selena memucat. Sesaat Samuel dan Selena saling melemparkan tatapan. Pancaran di manik mata keduanya jelas menunjukan rasa yang sama-sama terkejut. Mereka masih sama-sama diam. Tak mengeluarkan satu kata pun. Tatapan yang mengisy

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 263 – Ending Scene (Tamat) 

    Beberapa bulan kemudian … Zurich, Swiss. Langit begitu biru dan indah membaur dengan perkebunan buah anggur yang ada di Swiss. Cuaca pagi di musim semi sangatlah indah. Angin yang berembus ke kulit begitu menyejukan. Tampak tatapan Selena sedari tadi menatap Oliver yang tengah bersama dengan Javier memetik buah anggur di perkebunan. Meski ada empat pengawal yang menemani Oliver dan Javier tetap saja Selena tak bisa melepaskan tatapannya dari kedua anak laki-lakinya itu. “Sayang, Oliver bisa menjaga Javier dengan baik. Kau tenang saja.” Samuel membelai pipi Selena dengan lembut. Selena menghela napas dalam. Tatapan Selena mulai teralih ke dua bayi perempuan kembarnya yang tertidur lelap di stroller. Senyuman di wajah Selena pun terlukis hangat melihat Stacy dan Sierra tertidur pulas. Sekarang usia Stacy dan Sierra sudah 7 bulan. Tubuh kedua bayi perempuannya sangat gemuk dan sehat. Stacy yang lahir lebih dulu memiliki rambut berwarna cokelat tebal dan mata biru. Sedangkan Sierra—s

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 262 – Extra Part V 

    Miller International School, London. “Aw.” Seorang gadis kecil cantik terjatuh akibat bermain lari-larian dengan teman-temannya. Tampak lutut gadis kecil itu terluka dan mengeluarkan darah. Dengan pelan, gadis kecil itu berusaha untuk bangun tapi tubuhnya malah tak seimbang dan nyaris jatuh. Tepat dikala tubuh gadis kecil itu nyaris terjatuh, sosok bocah laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi menangkap gadis kecil itu. “Terima kasih,” ucap gadis kecil itu melangkah menjauh dari laki-laki yang membantunya. Namun, tiba-tiba manik mata gadis kecil itu melebar terkejut kala menatap sosok laki-laki yang telah membantunya itu. “Oliver? Kau di sini?” Mata Nicole mengerjap beberapa kali menatap Oliver. Oliver menarik tangan Nicole, mendudukan tubuh Nicole di kursi, lalu bocah laki-laki itu mengambil kotak obat yang letaknya berada di ruang kesehatan. Beruntung ruang kesehatan tidak terlalu jauh dari posisi di mana Oliver dan Nicole berada. Saat kotak obat sudah ada di tangan Oliver,

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 261 – Extra Part IV

    “Bye, Sayang. Jaga diri kalian. Jangan membuat Grandpa William dan Grandma Marsha kerepotan. Ingat kalian harus patuh pada Grandpa dan Grandma.” Selena berseru pada Oliver dan Javier yang masuk ke dalam mobil. Terlihat Oliver dan Javier kompak mengangguk patuh merespon ucapan ibu mereka. Ya, hari ini Oliver dan Javier harus pergi ke rumah William dan Marsha. Menjelang Selena melahirkan, William dan Marsha memang berada di London. Sedangkan kakak dan adik Selena lain akan tiba di London dalam waktu beberapa hari lagi. Mengingat kakak dan adik Selena tak tinggal di negara yang sama, membuat Selena tak terlalu sering bertemu dengan kakak dan adiknya. Meski demikian, komunikasi selalu terjalin dengan sangat erat. “Bye, Papa, Mama.” Oliver dan Javier melambaikan tangan mereka kompak pada Selena dan Samuel. Pun Selena dan Samuel membalas lambaian tangan anak-anak mereka. Dan ketika mobil yang membawa Oliver dan Javier sudah pergi, Selena segera masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan pada S

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 260 – Extra Part III 

    “Oh, My God! Raven, Rosalie, kenapa kalian merusak make up Mommy? Astaga! Ini make up kesayangan Mommy, Sayang.” Juliet rasanya ingin menjerit melihat semua perlengkapan make up miliknya hancur berantakan. Mulai dari koleksi lipstick, eyeshadow, foundation, dan masih banyak lainnya. Semua sudah berantakan di lantai kamar. Baru beberapa detik Juliet ke kamar mandi karena mengambil ponselnya yang tertinggal di wastafel, tapi dalam hitungan detik juga kamar sudah seperti kapal pecah. Memang kedua anaknya itu sudah sangat aktif. Sore ini, Juliet sengaja tak meminta pengasuh untuk masuk ke dalam kamarnya, pasalnya Juliet ingin mengajak kedua anaknya itu bermain sambil menunggu sang suami pulang dari kantor. Tapi alih-alih niatnya terealisasi malah kekacauan sudah lebih dulu tiba menghampiri dirinya. Sungguh, Juliet bisa-bisanya lupa kalau kedua anaknya sangatlah aktif. Alhasil koleksi make up miliknya hancur lebur. Bedak saja sudah berceceran di lantai. Terutama lipstick yang tak lagi ber

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 259 – Extra Part II 

    “Mommy, aku pulang.” Joice melangkah masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang muram. Gadis kecil cantik itu nampak lesu seperti tengah memikirkan hal yang mengusik pikirannya. Joice meletakan tas sekolah ke sofa, dan duduk di sofa itu. Jika biasanya Joice selalu riang gembira, kali ini gadis kecil itu tak seceria biasanya. “Sayang? Kau kenapa?” Brianna yang baru saja selesai menyiram tanaman, dikejutkan dengan putri kecilnya yang pulang dari sekolah dalam keadaan wajah yang muram. Padahal setiap hari, Joice selalu pulang sekolah dalam keadaan wajah yang riang gembira. “Tidak apa-apa, Mom. Aku hanya lelah saja,” jawab Joice pelan. Brianna menghela napas dalam. Brianna yakin pasti ada yang tidak beres dengan putri kecinya itu. “Katakan pada Mommy ada apa, Nak?” tanyanya seraya duduk di samping Joice. “Mommy aku ingin bertanya padamu.” “Kau ingin tanya apa, Sayang?” “Hm, apa aku ini tidak cantik, Mom?” Joice menyandarkan kepalanya di lengan Brianna. Bibir Joice mengerut, menunj

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 258 – Extra Part 

    Tiga tahun berlalu … Miller International School, London. “Oliver Maxton! Pulang sekarang! Tidak ada main basket!” Selena berkacak pinggang mengomel pada putra sulungnya yang berusia 8 tahun. Tampak mata Selena menatap dingin dan tegas putranya itu. Aura kemarahan begitu terlihat jelas di paras cantik wanita itu. Dengan keadaan perut yang membuncit, Selena mengomeli putranya di tengah jalan. Ya, saat ini Selena tengah mengandung untuk ketiga kalinya. Ulah Samuel membuat Selena hamil lagi. Hanya saja kali ini berbeda. Kehamilan ketiga ini, Selena hamil bayi kembar. Sungguh, Selena berjanji setelah ini dia akan steril tak ingin lagi memiliki anak. Tubuhnya baru saja langsing tapi sudah harus bengkak lagi. Padahal niat Selena adalah memiliki dua anak. Tapi ternyata malah kecolongan. “Ck! Ma, guru sudah menghukumku time out. Mama kenapa menghukumku juga? Nanti aku akan menghubungi Grandpa William. Aku akan meminta Grandpa William memecat guru yang sudah berani menghukumku,” tukas Oli

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 257 – Perfect Ending 

    Beberapa bulan kemudian … Fistral Beach, Newquay, UK. Deburan ombak menyapu kaki telanjang Juliet. Angin berembus menerpa kulit Juliet membuatnya Juliet memejamkan matanya sebentar, menikmati keindahan musim panas. Tampak Rava begitu setia mengikuti langkah kaki Juliet. Sesekali Juliet menatap banyak anak muda yang siap-siap untuk berselancar. Fistral Beach memang salah satu pantai di Inggris yang menjadi tempat favorite untuk berselancar. Kandungan Juliet kini telah memasuki minggu ke dua puluh tiga. Perut Juliet sudah membuncit. Tubuhnya pun mulai mengalami kenaikan berat badan, namun tak terlalu parah. Pasalnya selama hamil, Juliet tak terlalu nafsu makan. Meski sudah dipaksa oleh Rava, tapi tetap saja Juliet menolak. Trimester pertama, Juliet mengalami mual hebat sampai tak bisa makan apa pun. Rava sampai harus meminta dokter mengontrol Juliet setiap hari karena Juliet tak bisa makan. Dan beruntung sekarang kondisi Juliet sudah jauh lebih baik. Ngomong-ngomong, anak yang ad

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 256 – Dean and Brianna’s Sweet Moment 

    Seoul, South Korea. Angin berembus di kota Seoul begitu menyejukan. Musim semi adalah salah satu musim terbaik di Seoul. Bunga Sakura banyak tumbuh dengan indah. Salah satu kota di Benua Asia yang menyajikan keindahan dan budaya setempat yang kental. Kota ini adalah kota yang dipilih oleh Dean dan Brianna menikmati bulan madu indah mereka. Selama di Seoul, Dean dan Brianna selalu mengabadikan moment-moment indah mereka. Moment di mana tak akan pernah mereka lupakan. Dua insan itu akhirnya telah menjadi satu setelah banyaknya rintangan. Meski tak mudah, tapi Dean dan Brianna membuktikan mereka mampu bersatu. “Sayang, ayo bangun. Kenapa jam segini kau belum bangun juga?” Brianna menggoyangkan bahu Dean, meminta suaminya itu untuk bangun. Waktu menunjukan pukul 10 pagi. Brianna ingin segera jalan-jalan menikmati indahnya kota Seoul. Meski lelah karena selalu olahraga malam, tapi Brianna tak mau menyia-nyiakan moment bulan madunya dengan sang suami tercinta. Dean menggeliat mendengar

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 255 – Dean and Brianna’s Wedding

    Sebuah hotel mewah di London telah dipadati oleh wartawan yang lebih dulu hadir. Dekorasi ballroom hotel itu tampak memukau. Hiasan mawar dipadukan bunga lily dan batu Swarovski begitu indah menawan. Red carpet yang terpasang di lantai seakan memberikan sentuhan mewah. Ballroom hotel megah ini telah disulap layaknya tempat di mana pangeran dan putri akan menikah. Nuansa tema kental kerajaan melekat di ballroom hotel megah itu. Ya, hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan oleh Dean dan Brianna. Hari di mana mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Setelah banyaknya rintangan yang mereka hadapi akhirnya Dean dan Brianna dapat melewati badai masalah yang hadir. Takdir memang memiliki caranya sendiri menunjukan siapa belahan jiwa kita yang sebenarnya. Harusnya Dean menikah dengan Juliet, tapi ternyata takdir Dean adalah Brianna. Sedangkan Juliet menikah dengan Rava. Pun dulu Samuel tak menyetujui hubungan Dean dan Brianna. Samuel adalah satu-satunya orang yang menentang hubu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status