Home / Romansa / Jerat Pesona Pengacara Tampan / Bab 4. He is Oliver Nicholas

Share

Bab 4. He is Oliver Nicholas

last update Last Updated: 2024-10-28 23:53:47

Selena melangkah meninggalkan ruang meeting dengan raut wajah yang jelas menunjukan menahan rasa kesalnya. Tampak Mika dan Ezra—kakak beradik pemilik tanah yang dia ingin beli berusaha berbicara pada Selena. Sayangnya, Selena mengabaikan kakak beradik itu. Selena tak mau banyak berbasa-basi. Emosi yang terbendung dalam dirinya seolah begitu membakar dan nyaris meledak.

“Kau sepertinya terlihat sangat marah, Selena.”

Suara berat dari arah belakang sontak membuat Selena segera mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Ya, kini Selena tengah berada di halaman parkir mobil gedung perkantoran milik sang pemilik tanah yang tadi dia temui. Dia ingin segera kembali ke kantornya. Namun, langkah Selena harus terhenti melihat sosok pria berwajah iblis ada di hadapannya. Tampak sepasang iris mata Selena menatap dingin dan lekat iblis itu.

“Untuk apa aku marah hanya karena tidak bisa mendapakan tanah yang aku mau? Di London banyak lokasi yang sangat bagus. Aku bisa meminta asistenku mencarikan lahan baru. Selamat kau berhasil mendapatkan tanah itu dengan harga yang fantastis. Semoga kau tidak mengalami kerugian, Tuan Maxton.” Selena menjawab dengan suara tenang dan tersirat anggun serta tegas. Dada Selena memanas. Mati-matian wanita itu mengendalikan dirinya.

Senyuman samar di wajah Samuel terlukis kala mendengar jawaban Selena. Rupanya wanita di hadapannya itu banyak sekali perubahan. Dari segi cara bicara dan tatapannya tak lagi sama. Bahkan Samuel merasa seperti tak mengenal sosok wanita di hadapannya itu.

Well, rupanya kau banyak berubah. Aku tidak menyangka kau bisa menjawab pertanyaanku,” jawab Samuel dengan tatapan tak lepas menatap Selena.

“Aku tidak butuh komentarmu, Tuan Maxton,” jawab Selena lagi dengan suara tenang.

Samuel mengangkat bahunya tak acuh. “Alright, I have to go. Aku berharap kau bisa menemukan lahan untuk pengganti tanah yang telah aku beli.”

Samuel tersenyum sinis. Lantas pria itu melangkah masuk ke dalam mobil sport mahal miliknya. Detik selanjutnya, Samel mulai melajukan mobil meninggalkan Selena yang masih bergeming di tempatnya. Tubuh Selena nyaris ambruk kala Samuel sudah pergi. Napas Selena memburu. Jantungnya melemah. Tampak mata Selena memanas dan hendak mengeluarkan air mata. Lagi. Selena berjuang untuk tak menangis. Dia tidak mau untuk kembali menjadi wanita lemah dan bodoh seperti dulu.

***

“Nona Selena?” Jenia—asisten Selena berlari menghampiri Selena dengan terburu-buru kala Selena baru saja keluar dari lift.

“Jangan menggangguku, Jenia. Kepalaku pusing.” Selena melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya, mengabaikan kebaradaan Jenia. Refleks, Jenia segera mengikuti Selena masuk ke dalam ruang kerjanya.

“Nona, tunggu ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada Anda,” ujar Jenia cepat.

Selena menghempaskan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Wanita itu memijat pelipisnya. Kepalanya nyaris pecah. “Ada apa, Jenia?” tanyanya kesal pada sang asisten yang terus mengganggunya itu.

Jenia menggaruk kepalanya tidak gatal. Dia tampak ragu untuk mengatakan. Akan tetapi dia tidak mungkin menunda untuk berbicara. Karena jika sampai dia menunda maka Selena akan semakin marah padanya.

“Nona, tadi saat Anda pergi saya baru saja mendapatkan kabar dari manager marketing kalau kita memiliki project baru. Ada sebuah perusahaan yang ingin menyewa jasa design interior kita untuk gedung kantornya yang baru mereka buka di London. Project ini bernilai besar, Nona. Jadi manager marketing kita langsung menyetujui mengambil project ini. Pembayaran uang dimuka pun sudah kita terima sekitar lima puluh persen, Nona.” Jenia menjeda sebentar, raut wajahnya semakin ketakutan dan dilanda kebingungan hebat. “Tapi, Nona … hm …” Lidah Jenia tiba-tiba saja kelu. Tidak bisa merangkai sebuah kata.

“Tapi apa, Jenia?” tegur Selena mulai kesal. Selama ini memang Selena memercayakan keputusan pengambilan project design interior pada manager marketing-nya. Tentu karena sang manager marketing sudah cukup lama bekerja dengannya dan memahami bidang design interior. 

Jenia menelan salivanya susah payah. Lalu dia berkata, “Perusahaan yang menyewa jasa design interior kita adalah Maxton & Maxton Company. Perusahaan pengacara terbesar di Amerika, Nona. Saya juga baru saja memeriksa kalau pengacara yang membeli tanah milik Anda adalah Samuel Maxton, pemilik Maxton & Maxton Company. Pengacara ternama itu membuka kantor pengacara di London, Nona.”

Selena membeku kala mendengar ucapan Jenia. Wajah wanita itu tampak begitu terkejut mendengar ucapan Jania. Lagi dia harus kembali terlibat dengan Samuel Maxton. Dia tidak akan mau bekerja sama dengan iblis sialan itu!

“Tolak project ini! Kembalikan uang mereka! Aku tidak sudi bekerja sama dengan pengacara itu!” seru Selena dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

“Nona, sebelumnya saya harus minta maaf. Tapi kita tidak bisa menolak project ini. Terlebih kita sudah menerima uang dari mereka. Bukankah itu tidak bagus, Nona? Maksud saya … saya hanya tidak mau kalau sampai Maxton & Maxton Company mengatakan kita tidak professional dalam berbisnis. Saya tahu Nona pasti marah karena tanah yang Anda beli telah dimiliki oleh orang lain. Tapi, pikirkan sisi nama baik Nicholas Design Interior. Belakangan ini perusahaan milik Anda memiliki cukup nama dijajaran pengusaha besar. Akan sangat berdampak buruk jika Anda sampai membatalkan project secara sepihak, Nona.” Jenia berujar memberi nasihat pada Selena.

Ya, Nicholas Design Interior adalah perusahaan milik Selena yang bergerak di bidang jasa design interior. Salah satu perusahaan Selena ini belakangan memang cukup memiliki nama yang dikenal banyak perusahaan besar. Adapun nama Nicholas diambil dari nama keluarga dari Ibu Selena. Sudah lima tahun Selena meninggalkan nama ‘Geovan’ nama besar sang ayah.

Terpaksa Selena meninggalkan nama Geovan sesuai permintaan sang ayah. Menolak permintaan sang ayah yang ingin menjodohkannya, membuat Selena telah kehilangan banyak hal. Termasuk segala kemewahan yang diberikan sang ayah. Selena memulai semuanya dari bawah. Merintih usahanya dengan jerih payahnya sendiri. Meski ibu dan kakaknya selalu ingin membantu tapi Selena menolak. Wanita itu tinggal di London karena dia ingin membuktikan kalau dirinya mampu berdiri dengan kedua kakinya sendiri.

Namun, ketika Selena telah berdamai dengan takdir; semesta kembali mempertemukannya dengan sosok iblis yang telah menghancurkan hidupnya. Sosok iblis yang membuangnya layaknya seonggok sampah. Apa yang harus dilakukannya saat ini? Mampukah Selena terus-terusan bertemu dengan iblis itu?

“Keluarlah, Jenia. Biarkan aku memikirkan ini,” ucap Selena dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.

“Baik, Nona.” Jenia segera menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Selena.

Selena menyandarkan punggungnya di kursi seraya memejamkan mata lelah. Pikiran Selena begitu kacau. Hatinya seolah tercabik. Apa yang Selena rasakan saat ini seperti luka bakar yang terkena siraman alkohol. Begitu perih tapi luka itu tidak akan pernah mampu melumpuhkannya.

“Mama…” Suara bocah laki-laki dengan wajah begitu tampan melangkah masuk ke dalam ruang kerja Selena. Refleks, Selena membuka matanya kala mendengar suara yang menyebutnya ‘Mama’

“Oliver?” Selena tampak terkejut melihat putra kecilnya berada di kantornya.

“Mama … I miss you, Mama. I miss you so much.” Bocah laki-laki itu langsung memeluk erat tubuh Selena. Luluh. Kemarahan Selena lenyap kala Oliver—putranya memeluk dirinya.

“Nona Selena … maafkan saya tapi Tuan Muda Oliver memaksa ingin ke sini,” ucap sang pengasuh seraya menundukan kepalanya pada Selena.

Selena mengangguk singkat. “Keluarlah, biarkan putraku di sini bersaama denganku.”

Sang pengasuh itu kembali menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Selena.

“Oliver, kenapa kau di sini, Nak? Mama kan kerja, Sayang.” Selena tersenyum begitu lembut. Dalam sekejap emosi Selena sirna melihat putra tampannya ada di depannya.

I’m here because I miss you, Mama. Aku tidak mau bermain. Aku hanya ingin memeluk Mama.” Oliver semakin mengeratkan pelukannya pada Selena.

Senyuman di wajah Selena terlukis mendengar ucapan putra kecilnya. Ya, selama ini sumber kekuatan Selena adalah Oliver. Tidak ada yang lain. Putranya itu adalah hidupnya. Selena bisa sekuat sekarang semua serta merta bertahan demi Oliver.

“Maaf belakangan ini Mama sibuk, Sayang. Mama berjanji akan lebih banyak meluangkan waktu untukmu,” ucap Selena pelan dan begitu lembut.

It’s okay, Mama. Aku mengerti Mama sibuk karena Mama ingin memberikanku yang terbaik. I love you, Mama.” Oliver menjawab dengan suara polosnya.

I love you more, Sayang.” Selena mengeratkan pelukan Oliver. Wanita itu memberikan kecupan bertubi-tubi di puncak kepala putra kecilnya itu.

Sejenak, Selena terdiam. Dalam benak Selena memikirkan kembali pertemuannya dengan Samuel—ayah biologis putra kesayaangannya. Apa jadinya kalau sampai Samuel mengetahui tentang Oliver? Tidak. Selena tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.

‘Sampai kematian menjemputmu, kau tidak akan pernah tahu tentang Oliver, Samuel. Tidak akan pernah,’ batin Selena dengan sorot mata yang memendung kebencian.

Related chapters

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 5. Woman Should be Independent

    “Tuan Samuel.” Sang sekretaris menyapa Samuel dengan sopan seraya menundukan kepalanya kala Samuel baru saja keluar dari lift.“Apa laporan yang aku minta siapkan sudah kau kerjakan?” Suara Samuel dingin, dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Sudah, Tuan. Laporan yang Anda minta sudah saya kerjakan semuanya. Saya juga sudah meletakan laporan itu ke atas meja kerja Anda, Tuan,” ujar sang sekretaris memberitahu. “Hm … Tuan, di ruang kerja Anda ada Nona Iris sudah menunggu Anda sejak satu jam yang lalu. Sebelumnya saya meminta Nona Iris untuk pulang, tapi beliau tidak mau, Tuan. Nona Iris ingin menunggu hingga Anda datang.” Sang sekretaris melanjutkan ucapannya.Samuel mengembuskan napas kasar. Dia tak menyangka kalau Iris—tunangannya datang ke London. Padahal sebelumnya Samuel sudah meminta Iris untuk menunggu dirinya pulang.Tanpa berkata apa pun, Samuel langsung melangkahkan masuk menuju ruang kerjanya. Pun sekretarisnya itu membungkukan kepala, kala Samuel sudah meninggalkannya.“Sayang

    Last Updated : 2024-10-28
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 6. I Know How to Get Up

    Selena menatap pantulan cermin. Melihat dirinya sudah rapi dan segar. Dress dengan model tali spaghetti berwarna merah motif bunga-bunga begitu indah membalut tubuhnya. Harusnya dari penampilan wajah Selena pun tampak cerah tapi tidak dengan kenyataan. Raut wajah Selena terlihat sedikit muram. Ya, hari ini Selena harus mengunjungi gedung perusahaan milik Samuel. Hari ini pembangunan kantor Samuel sudah dimulai. Pun Selena sudah meminta team-nya memulai mengatur semuanya. Akan tetapi Selena tetap harus memberikan pengawasan. Karena memang Selena merintis semua usahannya dari bawah. Selena bukanlah atasan yang menyerahkan sepenuhnya pekerjaan pada bawahan. Tidak, Selena tidak seperti itu. Selama ini Selena selalu ingin memastikan client-nya merasa puas dengan perusahaannya. Apalagi perusahannya bergerak di bidang jasa. Di mana kepuasan pelanggan adalah nomor satu. Dan hal yang menjadi masalah adalah client-nya kali ini adalah Samuel Maxton—pria yang tak pernah ingin lagi Selena temui.

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 7. Sean’s Arrival 

    Selena menghempaskan tubuhnya ke sofa kamarnya. Wanita itu memijat pelan pelipisnya. Tampak beberapa kali Selena mengembuskan napas panjang. Emosinya tersulut dan terpancing setiap kali bertemu dengan Samuel. Dalam beberapa bulan ini Selena mau tidak mau harus bersabar. Project design interior tidak mungkin langsung jadi dalam beberapa hari. “Mama … Mama …” Oliver berlari masuk ke dalam kamar, menghampiri Selena yang tengah duduk di sofa. “Sayang?” Lelah Selena lenyap kala melihat Oliver menghampirinya. Senyuman hangat di wajah Selena pun terlukis begitu tulus. “Ada apa, Sayang? Tadi Mama sudah membelikan sushi untukmu, Nak.” Sebelum pulang, Selena membelikan sushi untuk putranya. Pun dia meminta pengasuh Oliver untuk menyuapi putra kecilnya itu. “Mama, apa Mama tidak mau makan sushi? Ayo kita makan bersama, Mama,” ajak Oliver dengan suara polosnya. “Oliver saja makan duluan, Sayang. Mama belum lapar,” jawab Selena seraya mengelus pipi bulat Oliver dan memberikan kecupan di sana.

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 8. She’s so Damn Beautiful! 

    “Nona … Anda cantik sekali.” Jenia—asisten pribadi Selena berseru memuji penampilan Selena yang begitu memukau. Gaun berwarna gold yang tampak sederhana itu begitu mewah ketika dipakai oleh Selena. Rambut pirang Selena terjuntai ke belakang punggung. Riasan make up flawless membuat Selena benar-benar sempurna. Meski sudah pernah melahirkan tapi Selena memiliki lekuk tubuh yang indah. Beberapa bentuk tubuh Selena berukuran menantang menggoda para kaum adam. Jenia yang melihat penampilan Selena pun tak berkedip sedikit pun. Cantik. Bahkan sangat cantik. “Apa benar gaun ini sudah cocok untukku, Jenia? Setelah melahirkan bentuk tubuhku tidak selangsing saat dulu.” Selena berucap memastikan penampilannya malam ini. Selena sampai meminta Jenia datang ke penthouse-nya hanya karena Selena meminta pendapat Jenia gaun apa yang paling tepat dia pakai malam ini. Sudah lama Selena tak menghadiri jamuan makan malam seperti ini membuat Selena gugup dan sedikit takut. Senyuman hangat di wajah Jen

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 9. Where is Papa, Mama?

    She’s so damn beautiful! Sepasang iris mata cokelat Samuel tak henti menatap keindahan yang ada di hadapannya. Gerak yang diberikan Selena membuat wanita itu memang diciptakan layaknya seorang penggoda. Tapi tunggu, dikala Samuel tengah menatap Selena tatapan Samuel teralih pada sosok pria yang ada di samping Selena. Seketika tatapan Samuel menjadi dingin kala melihat Selena bersama dengan pria lain. Tampak aura wajah Samuel persis seperti ingin membunuh. Selena tetap berdiri di tempatnya. Wanita itu menatap pasangan sempurna yang ada di hadapannya. Namun tak dipungkiri Selena seperti merasakan api yang membakar tubuhnya. Hanya saja api yang telah membakar itu telah mampu Selena padamkan. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Tentu Selena tahu bagaimana mengendalikan diri. “Tuan Samuel?” Dean menyapa kala melihat Samuel dan Iris semakin mendekat. Samuel tersenyum tipis kala Dean menyapanya. “Ya, Tuan Dean.” “Kau? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Iris menatap wajah Selena.

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 10. Selena?

    “Sayang … aku sudah meminta asistenku mengurus segala persiapan pernikahan kita. Aku ingin pernikahan kita adalah pernikahan termewah tahun ini, Sayang. Gaun pengantin dan perhiasan juga sudah aku pesan.” Suara Iris berseru merdu seraya menatap Samuel yang tengah melajukan mobilnya. Kini Iris dan Samuel tengah berada di perjalanan. Mereka baru saja kembali dari pesta. Tentu Samuel mengantar Iris ke penthouse. Selama di London, Iris memang tinggal di penthouse milik Samuel. Hanya saja Samuel tidak tanggal di sana. Samuel lebih memilih tinggal di apartemennya yang tak terlalu besar. Pasalnya Samuel terkadang bekerja hingga larut malam. Pun dia lebih suka menyendiri jika tengah fokus dalam pekerjaannya. Itu yang membuat Samuel memilih untuk tinggal di apartemennya yang tak terlalu besar. “Kau atur saja,” ucap Samuel datar. Tatapannya terus menatap ke hamparan jalanan yang luas. Pria itu tampak tak begitu menanggapi ucapan Iris. Pikirannya seperti tengah memikirkan sesuatu yang sulit un

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 11. Deep Suffering

    “Selena?” Jantung Samuel berdegup dengan kencang kala nama itu lolos di mulutnya. Tampak iris mata Samuel menunjukan jelas keterkejutannya. Pancaran mata menatap tak percaya sosok wanita yang ada di hadapannya. Beberapa kali Samuel meyakinkan kalau apa yang dia lihat itu salah. Tapi tidak. Samuel tidak mungkin salah. Manik mata biru seperti lautan itu begitu sangat Samuel kenali. Setiap gerak lekuk tubuhnya membuat Samuel yakin siapa sosok wanita di hadapannya itu. Selena melangkah mendekat pada Oliver. Namun … seketika tubuh Selena mematung menatap pria yang ada di samping Oliver. Seperti bumi yang berhenti pada porosnya. Tubuh Selena nyaris ambruk. Tenggorokan Selena tercekat. Darah yang mengalir di tubuhnya seolah tak lagi mengalir. Terlihat jelas wajah Selena memucat. Sesaat Samuel dan Selena saling melemparkan tatapan. Pancaran di manik mata keduanya jelas menunjukan rasa yang sama-sama terkejut. Mereka masih sama-sama diam. Tak mengeluarkan satu kata pun. Tatapan yang mengisy

    Last Updated : 2024-11-07
  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 12. Small Accident

    Samuel menegak kasar wine di tangannya. Pria itu beberapa kali memejamkan mata seraya meloloskan umpatan kasar. Tampak pikiran Samuel begitu kacau. Benaknya tak henti-hentinya memikirkan tentang Selena yang ternyata memiliki seorang anak. Harusnya Samuel tak peduli akan hal ini. Akan tetapi entah kenapa semuanya begitu mengganggu pikirannya. Oliver … Bocah laki-laki itu memiliki iris mata cokelat tidak menuruni manik mata biru Selena. Alis tebal. Hidung mancung. Rambut cokelat gelap. Wajah bocah laki-laki itu tampak tak asing. “Shit!” Samuel mencengkram kuat gelas sloki di tangannya dan nyaris meremukan. Entah kenapa Selena telah memiliki anak membuat hati Samuel merasa tak nyaman. Samuel kembali menegak kasar wine-nya. Beberapa kali Samuel berusaha menepis pikirannya yang tengah dibayang-bayangi tentang Selena. Namun, kenyataannya Selena selalu muncul di pikirannya itu. Samuel mengatur napasnya. Berusaha untuk mengosongkan pikirannya. Kalau pun Selena sudah menikah apa peduliny

    Last Updated : 2024-11-07

Latest chapter

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 259 – Extra Part II 

    “Mommy, aku pulang.” Joice melangkah masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang muram. Gadis kecil cantik itu nampak lesu seperti tengah memikirkan hal yang mengusik pikirannya. Joice meletakan tas sekolah ke sofa, dan duduk di sofa itu. Jika biasanya Joice selalu riang gembira, kali ini gadis kecil itu tak seceria biasanya. “Sayang? Kau kenapa?” Brianna yang baru saja selesai menyiram tanaman, dikejutkan dengan putri kecilnya yang pulang dari sekolah dalam keadaan wajah yang muram. Padahal setiap hari, Joice selalu pulang sekolah dalam keadaan wajah yang riang gembira. “Tidak apa-apa, Mom. Aku hanya lelah saja,” jawab Joice pelan. Brianna menghela napas dalam. Brianna yakin pasti ada yang tidak beres dengan putri kecinya itu. “Katakan pada Mommy ada apa, Nak?” tanyanya seraya duduk di samping Joice. “Mommy aku ingin bertanya padamu.” “Kau ingin tanya apa, Sayang?” “Hm, apa aku ini tidak cantik, Mom?” Joice menyandarkan kepalanya di lengan Brianna. Bibir Joice mengerut, menunj

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 258 – Extra Part 

    Tiga tahun berlalu … Miller International School, London. “Oliver Maxton! Pulang sekarang! Tidak ada main basket!” Selena berkacak pinggang mengomel pada putra sulungnya yang berusia 8 tahun. Tampak mata Selena menatap dingin dan tegas putranya itu. Aura kemarahan begitu terlihat jelas di paras cantik wanita itu. Dengan keadaan perut yang membuncit, Selena mengomeli putranya di tengah jalan. Ya, saat ini Selena tengah mengandung untuk ketiga kalinya. Ulah Samuel membuat Selena hamil lagi. Hanya saja kali ini berbeda. Kehamilan ketiga ini, Selena hamil bayi kembar. Sungguh, Selena berjanji setelah ini dia akan steril tak ingin lagi memiliki anak. Tubuhnya baru saja langsing tapi sudah harus bengkak lagi. Padahal niat Selena adalah memiliki dua anak. Tapi ternyata malah kecolongan. “Ck! Ma, guru sudah menghukumku time out. Mama kenapa menghukumku juga? Nanti aku akan menghubungi Grandpa William. Aku akan meminta Grandpa William memecat guru yang sudah berani menghukumku,” tukas Oli

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 257 – Perfect Ending 

    Beberapa bulan kemudian … Fistral Beach, Newquay, UK. Deburan ombak menyapu kaki telanjang Juliet. Angin berembus menerpa kulit Juliet membuatnya Juliet memejamkan matanya sebentar, menikmati keindahan musim panas. Tampak Rava begitu setia mengikuti langkah kaki Juliet. Sesekali Juliet menatap banyak anak muda yang siap-siap untuk berselancar. Fistral Beach memang salah satu pantai di Inggris yang menjadi tempat favorite untuk berselancar. Kandungan Juliet kini telah memasuki minggu ke dua puluh tiga. Perut Juliet sudah membuncit. Tubuhnya pun mulai mengalami kenaikan berat badan, namun tak terlalu parah. Pasalnya selama hamil, Juliet tak terlalu nafsu makan. Meski sudah dipaksa oleh Rava, tapi tetap saja Juliet menolak. Trimester pertama, Juliet mengalami mual hebat sampai tak bisa makan apa pun. Rava sampai harus meminta dokter mengontrol Juliet setiap hari karena Juliet tak bisa makan. Dan beruntung sekarang kondisi Juliet sudah jauh lebih baik. Ngomong-ngomong, anak yang ad

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 256 – Dean and Brianna’s Sweet Moment 

    Seoul, South Korea. Angin berembus di kota Seoul begitu menyejukan. Musim semi adalah salah satu musim terbaik di Seoul. Bunga Sakura banyak tumbuh dengan indah. Salah satu kota di Benua Asia yang menyajikan keindahan dan budaya setempat yang kental. Kota ini adalah kota yang dipilih oleh Dean dan Brianna menikmati bulan madu indah mereka. Selama di Seoul, Dean dan Brianna selalu mengabadikan moment-moment indah mereka. Moment di mana tak akan pernah mereka lupakan. Dua insan itu akhirnya telah menjadi satu setelah banyaknya rintangan. Meski tak mudah, tapi Dean dan Brianna membuktikan mereka mampu bersatu. “Sayang, ayo bangun. Kenapa jam segini kau belum bangun juga?” Brianna menggoyangkan bahu Dean, meminta suaminya itu untuk bangun. Waktu menunjukan pukul 10 pagi. Brianna ingin segera jalan-jalan menikmati indahnya kota Seoul. Meski lelah karena selalu olahraga malam, tapi Brianna tak mau menyia-nyiakan moment bulan madunya dengan sang suami tercinta. Dean menggeliat mendengar

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 255 – Dean and Brianna’s Wedding

    Sebuah hotel mewah di London telah dipadati oleh wartawan yang lebih dulu hadir. Dekorasi ballroom hotel itu tampak memukau. Hiasan mawar dipadukan bunga lily dan batu Swarovski begitu indah menawan. Red carpet yang terpasang di lantai seakan memberikan sentuhan mewah. Ballroom hotel megah ini telah disulap layaknya tempat di mana pangeran dan putri akan menikah. Nuansa tema kental kerajaan melekat di ballroom hotel megah itu. Ya, hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan oleh Dean dan Brianna. Hari di mana mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Setelah banyaknya rintangan yang mereka hadapi akhirnya Dean dan Brianna dapat melewati badai masalah yang hadir. Takdir memang memiliki caranya sendiri menunjukan siapa belahan jiwa kita yang sebenarnya. Harusnya Dean menikah dengan Juliet, tapi ternyata takdir Dean adalah Brianna. Sedangkan Juliet menikah dengan Rava. Pun dulu Samuel tak menyetujui hubungan Dean dan Brianna. Samuel adalah satu-satunya orang yang menentang hubu

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 254 – Geovan Family 

    Para pelayan tampak sibuk mondar mandir menyajikan makanan ringan serta minuman ke atas meja. Hari ini adalah hari yang telah ditentukan oleh Marsha. Hari di mana Selena akan memberitahukan jenis kelamin anak yang ada di kandungan putrinya itu. Dan sekarang hampir semua keluarga berkumpul atas permintaan Marsha. Tentu kalau Marsha sudah meminta berkumpul, tak ada satu pun yang bisa membantah. Lihat saja sekarang ruang keluarga megah sudah cukup penuh. Sean dan Stella beserta keempat anak mereka duduk di sisi kanan. Sedangkan Mateo dan Miracle beserta ketiga anak mereka duduk di sofa sebelah kiri. William duduk tepat di samping Marsha di sofa tengah. Yang mereka tunggu saat ini adalah Samuel dan Selena. Kalau untuk Dominic belum bisa dipastikan datang. Mengingat selama ini Dominic sangat sulit untuk diajak berkumpul. “Miracle, di mana Selena? Kenapa Selena belum datang juga?” tanya Marsha pada Miracle. “Masih di jalan, Mom. Tunggu sebentar. Pasti Kak Selena akan datang,” jawab Mirac

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 253 – It’s a Boy 

    Paris, Perancis. Suara lenguhan memenuhi kamar hotel megah itu. Ranjang luas itu menjadi tempat di mana dua insan telah melakukan pergulatan panas. Erangan yang tak henti-henti begitu merdu di telinga keduanya. Lagi dan lagi tak pernah mereka bosan melakukan pergulatan panas di atas ranjang. Letupan gairah dan hasrat membara telah tergulung menjadi satu di sana meluapkan api candu yang tak pernah padam. Hingga ketika telah mencapai puncak, semburan lahar panas memasuki rahim sang wanita. Napas sang wanita terengah-engah. Tubuhnya terkulai lemah. Pagi hari mendapatkan serangan membuatnya tak memiliki energy untuk beranjak dari tempat tidur. Bulan madu singkat terisikan dengan indahnya percintaan dua insan itu. Tubuh mereka saling berdamba akan sentuhan satu sama lain. Tak ada satu malam pun yang terlewatkan untuk melakukan pergulatan panas. Mereka melebur menjadi satu, seolah tak bisa terpisahkan. “Rava, besok kita harus libur. Kau membuatku tidak bisa jalan. Kau ini bagaimana kena

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 252 – Family Time II 

    “Wah, kalian sudah datang! Ayo masuk.” Stella—istri Sean menyambut kedatangan Selena, Samuel, Oliver, Brianna, Dean, dan juga Joice. Senyuman di wajah Stella begitu indah dan penuh kehangatan. “Maaf kami lama.” Selena memeluk Stella, bergantian dengan Brianna yang juga memeluk Selena. Pun Oliver dan Joice yang sudah turun dari gendongan ayah mereka, langsung memberikan pelukan pada Stella. Tentu Stella segera membalas pelukan Oliver dan Joice. “Tidak usah meminta maaf, Selena. Kalian datang tepat waktu,” jawab Stella lembut. Selena tersenyum samar. “Dad dan Mom ada di rumah, kan?” tanyanya. “Dad dan Mom lagi di jalan arah pulang. Dad dan Mom baru berbaikan. Jadi jangan heran kalau kau lihat Mom masih bersikap dingin pada Dad,” ujar Stella mengingatkan. “Ah, Mom masih cemburu pada wanita yang mendekati Dad?” tanya Selena menahan geli di senyumannya. Stella mendesah panjang. “Iya, padahal Dad tidak pernah merespon wanita itu. Ini semua ulah Dominic. Aku dengar Mom dibujuk Dad samp

  • Jerat Pesona Pengacara Tampan   Bab 251 – Family Time

    Selena menatap deretan koleksi-koleksi dress indah miliknya, namun entah kenapa Selena merasa dress-dress yang ada di hadapannya sudah tak lagi indah jika dipakainya. Padahal tubuhnya pun belum terlalu gemuk tapi Selena merasa bandannya seperti badut. Sesaat, Selena manatap cermin, wajahnya telah dirias make-up tipis. Memakai lipstick pun Selena sangat malas. Hanya lip balm yang dia pakai demi menjaga kesehatan bibir. Kehamilan kedua ini lebih membuat Selena malas berias. Dulu pun ketika hamil Oliver, dirinya malas berias tapi kehamilan kedua jauh membuat Selena malas. “Sayang, apa kau sudah siap?” Samuel melangkah mendekat pada Selena yang berada di walk-in closet. Tampak kening Samuel mengerut kala melihat sang istri belum mengganti pakaian. Selena masih memakai gaun sederhana khusus yang biasa dipakai di rumah. “Sayang, aku bingung harus pakai baju apa.” Selena langsung membenamkan wajahnya di dada bidang Samuel. “Sepertinya dress-dress milikku sudah tidak cocok lagi dipakai a

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status