“AAAA SAKIT MAS! KAMU JANGAN NGOMONG MULU DONG! INI PERUTKU MULES!”Di tengah-tengah kepanikan semua orang, Jason justru menghentikan kursi roda di depan gerbang. “Jadi kamu cuma mules? Bukan mau melahirkan sayang?”“Tidak waras!” Mia mengambil alih kursi roda Nila dan langsung membawanya ke mobil.Bugh! “Akh!” adu Jason saat merasakan seseorang memukul kepalanya dengan tas.“Bagaimana bisa aku melahirkan putra bodoh sepertimu! Istrimu itu kontraksi!”“Tapi katanya mules Ma, kan seharusnya buang air besar dulu,” balas Jason.Santi menepuk jidatnya karena ulah Jason yang menurutnya konyol. “Temani istrimu melahirkan, sebelum aku membuatmu menyesal.”Jason lalu naik ke atas mobil dan menggenggam erat tangan Nila, berusaha menyalurkan kekuatan, meskipun sebenarnya pria itu tidak tahu apa yang sedang dialami istrinya.“Mama bilang Nila kontraksi, tapi ... Nila bilang perutnya mules? Bukankah yang benar yang merasakan? Apa orang melahirkan dengan cara mules ... seperti ingin buang air bes
Setelah di rumah sakit satu Minggu terakhir, malam ini Nila diperbolehkan pulang. Kini Jason dan Nila sedang dalam perjalanan pulang, Nila tampak bahagia sekali.“Cantiknya putri Mama,” ujar Nila sembari mengajak Haira bermain.“Mas, pasti menggemaskan sekali, melihat interaksi antara Haiden dan Haira. Aku sangat tidak sabar melihatnya,” ujar wanita itu.“Aku juga sayang, Haiden sangat lembut kepada Anna. Dia terlihat akan menjadi Kakak laki-laki yang penuh kasih,” balas Jason sembari mengusap kepala Haira.“Aku bahkan membayangkan tujuh belas tahun lagi, saat Haira menjadi anak SMA yang mulai keluar malam. Lalu, Haiden adalah mahasiswa yang sangat over protektif kepada Haira. Dia akan menunggu di depan pintu sampai adiknya pulang. Jika Haira sampai menangis karena ulah seseorang, pasti Haiden akan marah besar.”“Kemarin kamu mengatakan imajinasiku liar, lihatlah dirimu sayang,” balas Jason mencibir.“Aku tidak sedang berimajinasi Mas, tapi aku sedang membayangkan hal yang mungkin ter
Haira sudah memasuki usia empat bulan. Nila sudah mulai beraktivitas seperti biasa, satu dua terakhir wanita itu sudah mulai memasak untuk semua orang. Tentang bersih-bersih rumah, masih tanggung jawab ART yang sudah mereka sewa.Nila sedang membuat bolu untuk camilan, karena mereka berencana menonton film setelah mandi nanti. Saat ini Jason sedang tidur bersama Haiden dan Haira di kamar.Setelah menyelesaikan memasak bolu dan beberapa camilan seperti kentang goreng, sosis dan sejenisnya, Nila lalu naik ke lantai atas untuk membangunkan suaminya.Wanita itu tersenyum saat melihat suaminya tidur di tengah-tengah kedua anaknya. Nila tergerak untuk memotret momen tersebut sekedar untuk mengabadikannya di dalam memori.Ia kemudian mendekati Jason dari sisi Haira. Wanita itu mengguncangkan pelan tubuh suaminya, tidak perlu waktu lama sampai akhirnya Jason terbangun.Pria itu lalu turun dari kasur perlahan. Ia lalu duduk di pinggiran kasur untuk mengumpulkan nyawanya. Nila berjongkok di dep
Malam ini, Nila sudah keramas yang kedua kalinya dalam satu hari. Wanita itu lalu mengeringkan rambutnya di depan cermin. Sementara Jason sudah terlelap tanpa mandi lebih dulu. Pria itu memang benar-benar.Nila kemudian mendatangi kamar Haiden untuk melihat kondisi putranya. Saat membuka pintu, rupanya Haiden tengah melakukan video cal menggunakan tab dengan Rheanna.“Hai Mamila!” sapa Rheanna yang langsung membuat Haiden menoleh.Nila lalu duduk di pinggiran kasur Haiden, “Hai Anna, bagaimana kabarmu?”“Aku baik Mam. Aku menghubungi Haiden untuk mendengarkan hafalanku tentang nama-nama provinsi di Indonesia,” jelas Rheanna.Nila lalu mangut-mangut, “Coba, bacakan hafalan kamu sayang. Sudah sampai mana?”“Aku sih baru hafal sepuluh Mam, kata Bu Guru setiap pertemuan minimal lima daerah.”“Coba sebutkan, Mamila ingin dengar,” titah Nila.“Sumatera Selatan, Sumatera Utara ... Sulawesi Tenggara, Maluku, Nusa ... Tenggara Barat, Jawa Timur, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Papua.”Nila memb
Malam ini hujan turun dengan sangat deras, petir dan kilat bergantian menunjukkan dirinya. Derasnya hujan malam ini, menutupi pergerakan seorang wanita yang sedang menyusup di rumah musuhnya.“Cepat lakukan tugasmu bodoh!” sentak wanita itu dengan suara sepelan mungkin kepada rekannya di rumah ini. Ya, ada penghianat di sini, selama ini.Seseorang yang baru saja mendengar instruksi di telinganya segera menghampiri teman-temannya. Pria itu masih diam, berusaha menyiapkan mentalnya untuk kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.“Loh, kok kalian masih di sini? Tadi katanya semua pengawal di panggil Pak Jason, di suruh ke paviliun samping. Pak Jason sepuluh menit lagi datang loh, katanya yang datang setelah beliau dapat hukuman,” ujar pria itu.“Yang benar kamu Yu? Bisa-bisanya baru bilang. Pasti penting, orang hujan-hujan begini,” timpal temannya.Rencana berlangsung sesuai yang diharapkan, pria yang dipanggil dengan sebutan ‘Yu’ itu berhasil membawa semua pengawal laki-laki di rumah i
Sementara itu di sebuah mobil boks yang di bagian belakang berisi sekitar sepuluh orang pria, dan dibagikan depan ada seorang wanita yang sedang menggendong bayi mungil. Sedangkan yang menyopiri mereka adalah seorang pria berbadan gempal.Wanita itu terkekeh mengingat bagaimana caranya meneror habis-habisan keluarga Jason.Malam itu, setelah memastikan semua bahan bakar sudah berada di tempatnya dan sesuai porsinya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang.Wanita itu berjalan dengan santai sembari meletakkan beberapa speaker berukuran kecil di setiap jalan yang ia lalui menuju kamar Haira. Sampai saat tiba di lantai dua, wanita itu langsung menuju ke kamar Haira. Saat tiba di depan pintu kamar, Mia keluar dari dalam sana.Hal itu tidak membuat si peneror takut, ia justru tertawa. Mia yang tidak mengerti siapa wanita itu sontak mengernyitkan dahinya. “Maaf, Anda siapa?” “Malaikat pencabut nyawamu,” balas wanita itu dengan seringai tajam. Keduanya lalu terlibat
Nila melepas rok tutu yang ia pakai hingga menyisakan legging dan sweter hitam. Mereka bertiga sudah bertemu dengan mobil boks yang di sekitarnya terdapat sekitar tujuh sampai sepuluh orang.“La, jangan pernah lari apa pun yang terjadi. Hutan ini, kita nggak pernah tahu apa isi di dalamnya. Jadi kamu, jangan jauh-jauh dari aku atau Roland,” ujar Jason.Ketiganya lalu turun dan berjalan ke arah orang-orang itu. Mereka tidak meletakkan Nila di depan atau di belakang, tapi di tengah-tengah mereka.“Di mana anak saya sialan?!” teriak Jason.“Punya hak apa Anda berteriak pada kami? Ingin cari anak kok di hutan, cari saja di panti asuhan.”Orang-orang dengan pakaian serba hitam itu lalu tertawa terbahak-bahak, sampai akhirnya Jason mendekat dan mencengkeram kerah salah satu dari mereka.“Katakan di mana putra saya, atau ... saya akan membuat tubuh Anda membusuk di dalam hutan ini!”Bugh!Jason tidak sabar lagi, pria itu langsung menonjok pria yang meremehkan ucapannya hingga tersungkur di t
Mendengar ucapan Mala, Roland menyadari satu hal. Wanita itu ... tidak benar-benar peduli dengan wajah anak laki-laki yang harus diserahkan. Jason pernah menugaskan Roland mencari tentang putra dari Mala. Wajahnya berbanding terbalik dengan Haiden, tapi Mala bisa menganggap Haiden adalah putranya. Poinnya di sini adalah, mereka hanya perlu membawa anak laki-laki dengan tinggi seperti Haiden yang mau mengaku sebagai Haiden sekaligus putra dari Mala. Iya! Begitu! Roland mendapatkan poinnya.“Aku akan membawakan Tuan Muda, tapi kau harus memberikan Haira lebih dulu,” ujar Roland pada akhirnya. Sontak saja Nila dan Jason menatapnya nyalang.“Anda tenang saja, saya yakin Mala bisa mengurus Tuan Muda dengan baik,” ujar Roland dengan dua kedipan mata.Sepasang suami istri itu mengerti dengan cara kerja yang dibicarakan oleh Roland! “Aku tidak akan pernah memberikan putraku kepada wanita gila sepertinya.”“Nona, tenanglah. Dia memang gila, tapi bukankah dia hanya terobsesi merawat Tuan Muda