Nila melepas rok tutu yang ia pakai hingga menyisakan legging dan sweter hitam. Mereka bertiga sudah bertemu dengan mobil boks yang di sekitarnya terdapat sekitar tujuh sampai sepuluh orang.“La, jangan pernah lari apa pun yang terjadi. Hutan ini, kita nggak pernah tahu apa isi di dalamnya. Jadi kamu, jangan jauh-jauh dari aku atau Roland,” ujar Jason.Ketiganya lalu turun dan berjalan ke arah orang-orang itu. Mereka tidak meletakkan Nila di depan atau di belakang, tapi di tengah-tengah mereka.“Di mana anak saya sialan?!” teriak Jason.“Punya hak apa Anda berteriak pada kami? Ingin cari anak kok di hutan, cari saja di panti asuhan.”Orang-orang dengan pakaian serba hitam itu lalu tertawa terbahak-bahak, sampai akhirnya Jason mendekat dan mencengkeram kerah salah satu dari mereka.“Katakan di mana putra saya, atau ... saya akan membuat tubuh Anda membusuk di dalam hutan ini!”Bugh!Jason tidak sabar lagi, pria itu langsung menonjok pria yang meremehkan ucapannya hingga tersungkur di t
Mendengar ucapan Mala, Roland menyadari satu hal. Wanita itu ... tidak benar-benar peduli dengan wajah anak laki-laki yang harus diserahkan. Jason pernah menugaskan Roland mencari tentang putra dari Mala. Wajahnya berbanding terbalik dengan Haiden, tapi Mala bisa menganggap Haiden adalah putranya. Poinnya di sini adalah, mereka hanya perlu membawa anak laki-laki dengan tinggi seperti Haiden yang mau mengaku sebagai Haiden sekaligus putra dari Mala. Iya! Begitu! Roland mendapatkan poinnya.“Aku akan membawakan Tuan Muda, tapi kau harus memberikan Haira lebih dulu,” ujar Roland pada akhirnya. Sontak saja Nila dan Jason menatapnya nyalang.“Anda tenang saja, saya yakin Mala bisa mengurus Tuan Muda dengan baik,” ujar Roland dengan dua kedipan mata.Sepasang suami istri itu mengerti dengan cara kerja yang dibicarakan oleh Roland! “Aku tidak akan pernah memberikan putraku kepada wanita gila sepertinya.”“Nona, tenanglah. Dia memang gila, tapi bukankah dia hanya terobsesi merawat Tuan Muda
Setibanya di rumah sakit, mereka semua di rawat tanpa terkecuali. Jason dan Roland yang tubuhnya penuh luka karena baku hantam. Haira karena jadi alergi karena terkena angin malam, Bayu yang lengannya terkena peluru tapi tidak sadar, Nila adalah yang lukanya paling ringan, hanya di bagian lutut dan lengannya terdapat luka.Mereka semua memilih di rawat, kecuali Nila. Pagi harinya istri Bayu datang dengan tergesa-gesa. Wanita itu berpapasan dengan Nila yang baru saja keluar dari kamar inap Jason.“Mbaknya cari siapa?” tanya Nila.“Ini, saya sedang mencari suami saya. Semalam kecelakaan waktu kerja, katanya di rawat di sini,” papar wanita tersebut.“Tapi, di lorong ini ... Mbaknya istrinya Bayu?” tanya Nila memastikan. Karena Jason sudah berpesan untuk mengosongkan lorong ini. Di lorong ini hanya ada empat kamar. Di mana ada dua kamar yang saling terhubung. Jason memesan kamar yang saling terhubung itu untuk dia Nila dan Haira sementara sisanya untuk Roland dan Bayu.“Kok Mbaknya tahu n
“Sebenarnya ... Mas Jasonlah selingkuhan Tamara, karena Tamara dan kekasihnya berhubung sejak SMA.”Jawaban Nila membuat dua wanita paruh baya di sebelahnya benar-benar terperangah. “Maksud kamu, selama empat tahun Tamara berhubungan sama dua laki-laki sekaligus begitu?” Setelah melihat Nila yang mengangguk dengan ragu-ragu, sontak saja Maya menyahuti, “Apa nggak takut kena HIV?”“Bukannya HIV itu kalau sudah tiga kali berganti pasangan ya Ma?” tanya Nila dengan polosnya.“Dua juga mungkin saja La, intinya berganti-ganti,” tukas Maya.“Berarti, seharusnya Tamara sudah melahirkan bayi bukan?” sahut Santi yang sudah berpikir keras.“Seharusnya Ma, tapi sejak hari itu aku tidak pernah bertemu Tamara sama sekali.”“Tapi kemarin aku bertemu Ibunya di pusat perbelanjaan, katanya sedang persiapan pernikahan,” ujar Maya.“Mungkin saja akhirnya Papanya merestui Tamara dan kekasihnya menikah. Bukankah halangan keduanya menikah adalah karena restu Papanya?” ujar Nila.“Tidak mungkin La, Mama ta
Siang ini Tamara sangat bersemangat, karena untuk pertama kalinya ia akan melihat wajah calon suaminya. Ya, walaupun sudah H-3, setidaknya dia tahu wajah calon suaminya.Wanita itu sedang bersiap di lantai atas, tanpa tahu bahwa calon suaminya sudah ada di lantai bawa dan tengah berbincang dengan Papanya.“Jadi, kamu sudah ambil cuti ke Bos kamu?” “Sudah Pa, saya hanya dapat satu Minggu. Selebihnya saya akan kembali bekerja, namun kemungkinan tidak senonstop dulu,” cetus pria itu.“Nonstop?” “Saya dua puluh empat jam di rumah Bos saya. Karena saya tidak hanya asisten pribadinya di kantor, tapi juga tangan kanannya. Jadi, untuk keamanan anak dan istrinya pun menjadi tanggung jawab saya. Tapi Papa tenang saja, setelah saya menikah saya akan mencari rumah di dekat rumah Bos saya. Bagaimanapun saya tidak bisa meninggalkan tugas ini Pa.”“Tidak masalah, bawa saja Tamara ke mana pun kau mau. Setelah menjadi suaminya dia adalah tanggung jawabmu sepenuhnya.”“Arsen, Papa yakin ... awal pern
Pagi-pagi sekali salah satu pengawal mengatakan bahwa ada tamu. Nila dan Jason yang memang baru bangun tidur segera turun di bawa.Kantuk mereka seketika hilang saat melihat siapa yang datang dengan Roland. Sepasang suami istri itu lalu duduk di depan Roland dan ... Tamara.“Wah, dalam rangka apa ini Land?” tanya Jason.“Perihal cuti Pak, saya kemarin sudah mengajukan cuti satu Minggu kepada Anda bukan? Sudah saya pakai dua hari ini, tujuan sebenarnya adalah karena saya akan menikah.”“Menikah? Dengan siapa? Tamara?” tanya Nila.“Kau tidak amnesia kan? Atau sedang dalam pengaruh obat?” tanya Jason memastikan.“Tenang saja Pak, saya sepenuhnya sadar. Saya setuju menikahi Tamara karena perjanjian di masa lalu yang dicetuskan untuk Ayah saya yang sudah meninggal. Jadi, saya melakukan ini untuk Ayah saya,” jelas Roland.“Katakan,” bisiknya.“M-maaf. Tentang semuanya, aku rasa kalian sudah tahu jika alasan aku melakukan semuanya adalah karena Papaku terobsesi memiliki Jason sebagai menantu
Hari ini adalah hari di mana pernikahan Tamara dan Roland digelar dengan sangat megah di kediaman mempelai wanita. Pagi ini adalah akad nikah, yang datang hanya orang-orang terdekat.Jason dan Bayu dimintai menjadi saksi oleh Roland. Keduanya duduk di meja akad bersama mempelai, penghulu, dan wali mempelai wanita.“Baik, saya mulai ijab kabulnya. Anda hanya memiliki tiga kesempatan, jika ketiganya gagal, maka Anda tidak bisa melanjutkan pernikahan.”“Sudah siap?” “Siap.”“Baik.”“Saudara Roland Arsenio Bagaskara bin Rio Bagaskara, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan Rebecca Tamara binti Reno Abi Saputra dengan mas kawin rumah seharga dua ratus juta, uang tunai dua ratus juta, dan emas dua ratus gram, di bayar tunai!”“Saya terima nikah dan kawinnya Rebecca Tamara binti Reno Abi Saputra dengan mas kawin rumah seharga dua ratus juta, uang tunai dua ratus juta, dan emas dua ratus gram, di bayar tunai!”“Bagaimana para saksi? Sah?”“SAH!”Tamara lalu mencium tangan Roland dengan kh
“Aku jadi ikut kamu ke Bali Mas?” tanya Tamara.“Iya, nanti ada Nona Nila juga di sana,” jelas Roland.“Haruskah aku memanggil mereka seperti itu?” tanya Tamara.“Tidak perlu Ra, aku memanggil demikian hanya demi profesionalitas. Kamu, tidak terikat kontrak apa pun sehingga harus memanggil dengan sebutan itu.”“Kita di sana berapa hari Mas? Aku mau siapkan pakaian, kan kamu bilang besok berangkat pagi.”“Bawa saja untuk dua hari, kalau memang lebih lama di sana, kita bisa membeli peralatan di sana,” ujar Roland.Pria itu lalu masuk ke kamar mandi, sedangkan Tamara masih sibuk memilih pakaian miliknya dan suaminya yang akan dipakai ke Bali.Setelah lima belas menit, Roland keluar hanya dengan melilitkan handuk di bagian bawah tubuhnya sehingga mengekspos bagian dadanya.“Aku pakai baju apa Ra?” tanya Roland.“Itu, di atas kasur sudah aku siapkan,” ujar Tamara yang masih sibuk menata pakaian di dalam koper. Sebisa mungkin wanita itu hanya ingin membawa satu koper berisi perlengkapan hid