Setelah berangkat tengah malam tadi, pagi ini Nila bangun tanpa pemandangan wajah suaminya. Wanita itu justru melihat Mia yang tidur dengan posisi duduk di sofa. “Mia? Bisa tolong antar saya ke kamar mandi?” tanya Nila.“Bisa Bu,” balas Mia sebelum bangkit dari duduknya, menurut Nila wanita itu hanya sekedar memejamkan mata dan tidak benar-benar terlelap.Setelah bersih-bersih sedikit, Nila berhasil kembali berbaring di kasur berkat bantuan Mia. Wanita itu membantu Nila naik ke atas kasur dengan perlahan.“Ada lagi yang bisa saya bantu Bu?” tawar Mia.“Katakan pada Bayu, aku sedang mengidam di foto oleh tukang paket. Jadi kemarin aku sudah pesan barang di toko Online, hari ini barangnya datang. Jangan ada yang menerima selain aku, jadi nanti saat paketnya datang, tolong tuntun aku ke pintu depan. Pergi dan pastikan Bayu mengingatnya,” titah Nila.Mia kemudian berbalik, wanita itu hanya perlu membuka pintu kamar untuk menemui Bayu. Sejak semalam pria itu berjaga di sana dengan beberap
Jason menegakkan punggungnya saat membuka pesan yang dikirimkan oleh Mia. Pria itu bahkan refleks berdiri dengan sorot mata menahan amarah.“Roland!” teriak Jason.“Apa yang terjadi Pak?” tanya Roland.“Pesankan tiket pesawat penerbangan pertama sekarang juga! Ada orang bosan hidup yang mencari gara-gara dengan meneror istriku!”“Saya memang sudah memesan tiket untuk kembali ke Jakarta tiga puluh menit lagi Pak,” papar Roland.Keduanya segera menaiki mobil untuk menuju bandara. Sepanjang perjalanan mulai dari di mobil dan di pesawat Jason benar-benar gelisah. Sedangkan Roland, pria itu sibuk mencari orang gila yang melakukan ini pada majikannya. Pria itu juga memakai anak buahnya melalui pesan.Sementara itu Bayu sedang panik menunggu dokter menangani Nila. Mia berada di dalam untuk menemani majikannya. Di saat seperti ini Bayu tidak bisa mempercayai siapa pun selain Mia. Jika tukang paket saja mampu melakukan hal gila seperti tadi, bukan tidak mungkin jika itu dilakukan oleh dokter.
Haiden sedang bermain pasir di teras kelasnya. Bocah itu tampak sibuk membangun sebuah benteng yang akan ia adu kebesaran dengan temannya. Bocah itu sudah menyusun tinggi-tinggi pasir khusus dengan cetakan.Lalu beberapa anak laki-laki berlarian di sekitar Haiden dan temannya hingga Haiden kesal sendiri. “Berhentilah berlarian, aku akan memukulmu jika pasirku jatuh!”Bruk!Belum ada satu menit Haiden menyelesaikan ucapannya, seorang anak laki-laki jatuh di atas benteng yang terbuat dari pasir. Haiden berdiri dengan perasaan kesal, “Kan sudah di bilang jangan lari-larian! Kalau punya dia hancur begitu, kan aku jadi ulang lombanya!” Sedangkan teman Haiden yang bentengnya rusak karena ulah temannya justru menangis. Sementara sang pelaku malah tertawa bersama teman-temannya.“Begitu saja menangis! Kaya perempuan!” cibir anak laki-laki tersebut sembari bangkit dan membersihkan celananya dari pasir-pasir yang menempel.“Menangis bukan hanya untuk perempuan, kamu bicara seakan-akan kamu tid
Sepulang dari rumah Santi, Jason langsung kembali masuk ke kamar. Saat pria itu masuk, Mia keluar setelah melakukan kontak mata dengan Jason. Sejenis isyarat bergantian menjaga Nila? Setelah Mia keluar, Jason lalu duduk di sebelah Nila yang menonton film di atas kasur seperti biasa. Pria itu lalu menatap suaminya yang tampak gusar.“Kamu kenapa Mas? Dari mana? Kok kayanya tadi kamu buru-buru banget perginya?” tanya Nila bertubi-tubi.“Biasalah sayang, klien-klien rewel seperti kemarin. Aku heran dengan orang-orang seperti mereka, kenapa tidak bisa diam saja tanpa membuat masalah. Apa mungkin mereka gatal-gatal jika tidak membuat masalah?” Jason lalu membaringkan tubuhnya di kasur dengan paha Nila sebagai bantalan.“Kamu sering banget dapat klien rewel begitu Mas. Kayanya kamu lagi di latih biar nggak kaget kalau harus menghadapi anak bayi yang akan sangat rewel di seratus hari pertamanya.” Tangan Nila bergerak memainkan rambut Jason.“Bagaimana mungkin rewelnya orang-orang itu sama d
Sore ini keluarga kecil Jason akan pergi ke Bandung dengan di dampingi oleh para pengawalnya. Ada dua motor di bagian depan dan belakang barisan mobil-mobil yang mengawal perjalanan Jason ke Bandung.Mobil Jason berada di tengah-tengah, di depannya ada tiga mobil dan di belakangnya ada empat mobil yang mengawal perjalanan mereka ke Bandung.“Pak, kebetulan malam nanti Madam akan menyusul dengan teman-temannya. Beliau berpesan untuk membereskan vila di sebelah Anda juga. Kemungkinan akan ada empat anak-anak nantinya, kata Madam agar Haiden tidak kesepian,” papar Roland.“Sebenarnya mereka semua apa, sehingga selalu saja pergi bersama ke mana pun dan kapan pun,” ujar Jason tidak habis pikir.“Apa lagi yang akan mereka lakukan di umur seperti sekarang ini selain menikmati hidup Mas? Ya ... mungkin niat Mama membawa teman-temannya untuk memamerkan pencapaian baru kamu,” balas Nila.“Entah sayang, Mama lebih terlihat seperti ABG. Ke mana-mana bersama-sama kelompoknya, mencoba hal-hal yang
Malam ini adalah malam di mana Jason akan meresmikan anak perusahaannya yang ke lima. Dengan bangga, pria itu menggandeng anak dan istrinya untuk naik ke atas podium.“Selama malam semua tamu undangan yang hadir. Selamat menikmati jamuan dan terima kasih atas kehadirannya. Saya tidak akan menyampaikan banyak. Saya sangat bersyukur kepada sang pencipta karena memberi saya kemudahan dalam mengais rezeki. Semua ini juga tidak akan bisa berlangsung dengan baik tanpa dukungan orang-orang terdekat saya. Mama saya yang mengajarkan saya berbisnis, hingga saya berhasil menjalankan perusahaan dengan baik dan stabil. Kemudian, istri saya, Nona Nila Anggraini Wirabraja yang selalu menemani setiap proses saya. Juga anak saya, Haiden Wirabraja yang menjadi obat dari segala permasalahan di kantor. Mungkin kalian bingung tentang anak pertama saya, mengingat saya dan istri baru menikah beberapa bulan lalu. Sebenarnya kami sudah menikah sirih sejak empat tahun yang lalu, dan baru menikah secara resmi b
Malam ini akan Nila dan Jason akan menggelar acara ulang tahun untuk Haiden. Keduanya mengundang teman-teman sekolah Haiden ke rumah.Saat ini waktu masih menunjukkan pukul dua siang, terlihat tim EO yang sedang mempersiapkan tempat untuk acara nanti malam.Acara akan dilakukan di halaman sebelah rumah yang masih memungkinkan jika hanya menampung lima puluh orang. Teman satu kelas Haiden ada sekitar tiga puluh anak. Yang pasti mereka tidak didampingi orang tua. Tema acara ulang tahun Haiden sendiri adalah super hero, jadi para tamu undangan yang tiba diharuskan menggunakan DC super hero. Haiden akan menjadi Batman bersama Jason. Sementara Nila akan menggunakan gaun hitam. Karena kondisi Nila yang sedang hamil tua tidak memungkinkan untuk memakai pakaian super hero yang kebanyakan ketat.Saat ini Nila sudah memulai prosesi merias wajahnya oleh perias karena acara akan di mulai pukul enam malam. Berbeda dengan sang Ibu, saat ini Haiden masih duduk di halaman sebelah rumah bersama Ayahn
“AAAA SAKIT MAS! KAMU JANGAN NGOMONG MULU DONG! INI PERUTKU MULES!”Di tengah-tengah kepanikan semua orang, Jason justru menghentikan kursi roda di depan gerbang. “Jadi kamu cuma mules? Bukan mau melahirkan sayang?”“Tidak waras!” Mia mengambil alih kursi roda Nila dan langsung membawanya ke mobil.Bugh! “Akh!” adu Jason saat merasakan seseorang memukul kepalanya dengan tas.“Bagaimana bisa aku melahirkan putra bodoh sepertimu! Istrimu itu kontraksi!”“Tapi katanya mules Ma, kan seharusnya buang air besar dulu,” balas Jason.Santi menepuk jidatnya karena ulah Jason yang menurutnya konyol. “Temani istrimu melahirkan, sebelum aku membuatmu menyesal.”Jason lalu naik ke atas mobil dan menggenggam erat tangan Nila, berusaha menyalurkan kekuatan, meskipun sebenarnya pria itu tidak tahu apa yang sedang dialami istrinya.“Mama bilang Nila kontraksi, tapi ... Nila bilang perutnya mules? Bukankah yang benar yang merasakan? Apa orang melahirkan dengan cara mules ... seperti ingin buang air bes
“Tolong! Tolong! Ziva takut! Papa! Kakak!” Haiden sontak terbangun karena racauan Adiknya, tidak hanya Haiden, Jason dan Nila juga langsung masuk ke kamar.“Adikmu kenapa? Terus kamu kenapa tidur di sini?” tanya Nila.“Ziva demam Ma, tadinya aku mau turun ambil kompres tapi tanganku dipeluk, niatku tunggu dia tenang, ternyata malah ketiduran. Terus ini tadi terbangun gara-gara Ziva mengigau,” jelas Haiden.“Astaga, ya sudah, Mama ambilkan kompres dulu di bawah.” Nila langsung turun dan mengambil alat kompres untuk putrinya.Sementara Jason naik ke sisi lain kasur dan mengecek kondisi putrinya. Jika sakit begini Ziva akan sangat manja pada Papa dan Kakaknya. Nila benar-benar menciptakan saingannya sendiri, terbukti dari seberapa manja Ziva kepada para laki-laki di keluarga ini.Jason memberi ruang untuk Nila mengompres Ziva, sehingga posisinya Nila dan Ziva di tengah-tengah Jason dan Haiden. Setelah selesai mengompres Ziva dan memastikan suhu tubuhnya berangsur-angsur turun, ketiganya
Setelah kepergian Papa dan Kakaknya barulah Ziva bisa bernafas lega. Gadis itu lalu segera masuk ke dalam mobil, dan di susul oleh Kafka.“Untung aku buka pesanmu saat di lampu merah. Memangnya kenapa tidak mau terus terang?” “Kak Kafka nggak sadar juga? Masa setelah lihat reaksi mereka, Kakak masih nggak paham? Kakak sama Papaku itu posesif banget! Dari kecil baru Kakak cowok pertama yang jemput aku keluar, teman mainku semuanya perempuan. Kakakku punya kontak mereka semua, berbohong pun rasanya sia-sia. Pamit kerja kelompok aja respons mereka sudah begitu, bagaimana kalau tadi Kak Kafka terus terang? Sudah jelas aku tidak akan bisa keluar sama sekali Kak. Papa dan Kakakku bahkan bisa menjaga aku di kamar seharian penuh, persetan dengan janji temu mereka,” jelas Ziva.“Sebegitunya?” tanya Kafka tidak habis pikir.“Iya! Udah ayo berangkat Kak, kalau macet bagaimana?” tukas Ziva.“Ya sudah.” Kafka kemudian melajukan mobilnya menuju tujuan mereka. Sepanjang perjalanan Ziva sangat akti
Minggu pagi ini, Nila cukup heran dengan anak-anaknya yang sudah bangun di waktu se pagi ini. Mungkin untuk Haiden itu hal yang wajar, tapi Ziva? Gadis itu bahkan bisa terlelap hingga sore hari jika hari libur seperti ini, alih-alih pergi keluar bersama teman-temannya.Itulah mengapa Haiden kerap memanggilnya putri tidur. Karena kesehariannya memang tidur, tidur, dan tidur. Betapa terkejutnya Nila dan Jason saat sang putri tidur sudah bangun dan mandi di pagi hari.“Dalam rangka apa ini? Kok tuan putrinya Papa pagi-pagi sudah rapi?” Jason merangkul Ziva yang sudah rapi, rambutnya digerai dan dihiasi bandana merah muda.“Ziva ada kerja kelompok Pa,” balas gadis itu.“Alah! Biasanya juga mau ada bencana alam tetap aja tidur. Jujur aja Dek, dalam rangka apa kamu begini?” tanya Haiden yang baru turun dari lantai dua.“Serius!” sergah Ziva dengan wajah kesal.“Mau naik apa? Mobilmu Kakak pakai jalan sama Kak Anna. Mobil Kakak di bengkel, kalau pakai motor nggak enak, pulang malam soalnya,”
Pagi-pagi sekali para orang tua berangka ke bandara dengan menggunakan taksi. Mereka akan pergi ke Surabaya selama tiga hari dua malam. Jadi, selama itu Haiden bertanggung jawab penuh atas adik-adiknya. Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi, Haiden lalu membangunkan Haira lebih dulu. Pria itu menggedor-gedor kamar Haira, setelah lama tidak ada jawaban akhirnya pria itu masuk.Percuma saja membangunkan Haira dengan cara normal, satu-satunya cara adalah melakukan hal di luar nalar seperti ....“Anjing, ini apaan sih? Ganggu banget senter? Senter apaan warna hijau? Biasanya juga kalau nggak kuning ya putih. Ini kalau pecah begini, bisa di lem nggak ya? Ini juga, tongkat buat bantu menyeberangi jalan? Buang aja mendingan, nanti kalau Ziva tanya pura-pura nggak tau aja.”“KAKAK!” Haira menatap nyalang ke arah kakaknya yang duduk di meja rias dengan santai. Koleksi lightstick nya juga masih pada tempatnya.“Akhirnya ketemu juga, cara ampuh membangunkan putri tidur kita yang
Setelah memutuskan pindah ke pulau Dewata Bali dua belas tahun yang lalu. Kini keempat anak itu sudah beranjak dewasa.Haiden Wirabraja sembilan belas tahun, Mahasiswa semester dua. Haira Ziva Wirabraja empat belas tahun, kelas tiga SMP. Zain Bagaskara tiga belas tahun, kelas dua SMP. Zaira Azura Bagaskara dua belas tahun, kelas satu SMP.Haira, Zain, dan Zaira bersekolah di tempat yang sama. Biasanya Zain dan Zaira akan berangkat bersama Roland dan Jason pergi ke kantor. Sementara Haira akan diantar oleh Haiden. Pria itu memang sangat over protektif pada Haira. Itu semua karena tingkah Haira yang benar-benar sangat centil. Kerap kali Haiden menghadiri panggilan orang tua Haira karena gadis itu menggunakan alat-alat kecantikan di sekolah. Bahkan saat jam olahraga, gadis itu tidak segan membawa pengering rambut karena Haira selalu keramas saat merasa tubuhnya gatal dan berkeringat.Kadang kala karena Haira menggunakan cat kukku, memoles wajahnya dengan make up, menggunakan sepatu puti
“Akh!” Tamara yang merasakan perutnya sangat keram, engap, dan mules sontak menjambak rambut Roland yang terlelap di sebelahnya.“Mas! Perutku! Perutku sakit Mas!” “Aduh, sakit Ra,” keluh Roland saat rambutnya ditarik kuat oleh Tamara.Pria itu kemudian bangun dan langsung menggendong Tamara lalu membawanya ke mobil. Saat melihat Bayu yang sedang berjaga di depan rumah Jason, pria itu segera berteriak.“Bay! Kemari tolong saya!” Bayu segera mendekat lalu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, “Ada apa? Tolong apa?” “Istri saya mau melahirkan, tolong sopiri kami ke rumah sakit,” ujar Roland.Bayu segera naik dan langsung menyopiri Roland ke rumah sakit. Saking paniknya, pria itu sampai lupa meminta izin para Nila.“AAAAAAAA! AYO CEPETAN! PERUTKU SAKIT! INGIN BUANG AIR BESAR RASANYA!”“SAKIT MAS! SAKIT!”“I-iya Ra, ini kepala saya juga sakit kalau kamu jambak begini,” keluh Roland.“Dijambak aja sudah mengeluh! Sini bertukar! Hamil aja kamu, biar tahu rasanya!”Tamara lalu menarik r
Sudah dua tahun terakhir sejak pernikahan Tamara dan Roland. Kini keduanya sudah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia satu tahun, bahkan Tamara sedang hamil tua anak kedua mereka. Saat ini Tamara dan Nila sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan, mereka mampir ke Playground untuk meninggalkan anak-anak mereka bermain. Sementara Haiden, Haira dan Zain bermain di Playground, Nila dan Tamara pergi makan berdua sekedar untuk melepas rindu.“Anak kamu laki-laki atau perempuan Ra? Duh, pulang-pulang dari Bali sudah besar aja perutmu,” ujar Nila sembari mengelus perut Tamara.“Perempuan La, Zain senang sekali saat tahu punya adik perempuan,” cetus Tamara.“Oh iya, kamu sudah diberi tahu Roland kan? Kalau setelah kamu melahirkan kita akan pindah ke Bali? Aku sama Mas Jason sudah survei rumah yang nanti akan kita tempati di sana.”“Sudah La, kan tinggal menunggu aku melahirkan saja. Rumah di sana juga sudah terisi seratus persen, tinggal menempati.”“Baguslah, kamu ini delapan bula
Pagi ini Jason dan Roland akan membawa istri masing-masing ke pulau Dewata Bali. Dua pasang suami istri itu sudah berada di pesawat. Jason dan Nila duduk di depan kursi Roland dan Tamara.Setelah perjalanan kurang lebih dua jam, akhirnya mereka tiba di pulau Dewata Bali. Saat tiba mereka langsung dijemput oleh sopir di Bandara. Mereka langsung menuju ke vila untuk beristirahat, karena malam ini Roland dan Jason harus menghadiri rapat.Saat ini Nila sedang meminum coklat dingin di tepi kolam renang luar. Tidak lama kemudian Tamara menghampiri dan menyodorkan sebuah bikini kepada Nila.“Nggak bikini nggak Bali La,” cetus wanita itu.Nila lalu menerima bikini yang disodorkan oleh Tamara. Wanita itu menunjukkan layar tab nya pada Tamara, di mana terpampang pantai yang terdekat dari sini. “Mau pergi ke sana?” tawar Nila.“Boleh, berenang dan berjemur di siang hari sepertinya menyenangkan,” balas Tamara.“Haruskah kita membangunkan mereka?” tanya Nila.“Aku rasa tidak perlu, aku tahu tempa
“Aku jadi ikut kamu ke Bali Mas?” tanya Tamara.“Iya, nanti ada Nona Nila juga di sana,” jelas Roland.“Haruskah aku memanggil mereka seperti itu?” tanya Tamara.“Tidak perlu Ra, aku memanggil demikian hanya demi profesionalitas. Kamu, tidak terikat kontrak apa pun sehingga harus memanggil dengan sebutan itu.”“Kita di sana berapa hari Mas? Aku mau siapkan pakaian, kan kamu bilang besok berangkat pagi.”“Bawa saja untuk dua hari, kalau memang lebih lama di sana, kita bisa membeli peralatan di sana,” ujar Roland.Pria itu lalu masuk ke kamar mandi, sedangkan Tamara masih sibuk memilih pakaian miliknya dan suaminya yang akan dipakai ke Bali.Setelah lima belas menit, Roland keluar hanya dengan melilitkan handuk di bagian bawah tubuhnya sehingga mengekspos bagian dadanya.“Aku pakai baju apa Ra?” tanya Roland.“Itu, di atas kasur sudah aku siapkan,” ujar Tamara yang masih sibuk menata pakaian di dalam koper. Sebisa mungkin wanita itu hanya ingin membawa satu koper berisi perlengkapan hid