Jason yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah langsung dihadang oleh Santi yang memasang wajah angker. Wanita yang telah melahirkannya itu sepertinya sedang sangat kesal padanya. Jason bisa menebak alasannya. Pasti Tamara mengadu padanya tentang apa yang Jason katakan malam itu. "Jason, kamu ngomong apa sama Tamara, kok dia datang nangis-nangis katanya nggak mau sampai kehilangan kamu?" tanya Santi. "Memangnya Tamara nggak cerita aku ngomong apa, Ma?" "Cerita. Tapi mama nggak begitu mengerti maksud Tamara apa. Kamu ngomong apa sama dia?" desak Santi."Aku cuma bilang butuh waktu." Santi mengerutkan kening. "Waktu untuk apa?" "Untuk memikirkan hubunganku sama Tamara, Ma." Jason menghempaskan badan ke atas sofa dan menghela napas dalam-dalam. "Memikirkan gimana maksud kamu? Kalian ini sudah tunangan dan sebentar lagi akan menikah.""Ma, aku nggak yakin mau menikah dengan Tamara."Sepasang mata Santi membulat. Dia tentu tidak senang dengan ucapan sang putra. "Nggak yakin gi
Tamara duduk di sebuah cafe menunggu seseorang. Tak lama kemudian, seorang pria berkemeja hitam datang menghampiri. Pria itu membungkuk memberi hormat pada Tamara, kemudian duduk di seberang meja perempuan itu."Gimana, ada info?" tanya Tamara tak sabar. "Sejauh ini saya tidak melihat Pak Jason bersama seorang wanita, kecuali asisten pribadinya, Nona Tamara.""Asisten pribadi? Sejak kapan dia punya asisten pribadi?" Tamara mengerutkan kening. "Seperti apa asisten pribadinya?" Pria itu mengeluarkan ponsel dan menggulirnya sejenak. Kemudian menunjukkan foto seorang wanita cantik pada Tamara. Perempuan itu menunjukkan wajah tak sukanya. "Ini asisten pribadinya?" tanya Tamara. "Benar, Nona. Akhir pekan kemarin Pak Jason mengajaknya ke Puncak untuk acara gathering para pengusaha muda.""Ow, jadi Jason kemarin ke Puncak dengan asisten pribadinya?" Napas Tamara memburu. Asisten pribadi Jason sangat cantik. Tamara tidak bisa menahan rasa curiganya. Bisa saja Jason ada main dengan perempu
Jason duduk di meja kerjanya, sibuk menyelesaikan tumpukan laporan yang menumpuk. Hari ini, dia menerima laporan dari anak buahnya, Rolland, tentang informasi penting mengenai Nila. Dia memang memerintahkan anak buzhnya untuk mengumpulkan informasi tentang perempuan itu dan apa yang dibutuhkannya. Rolland memberitahu Jason bahwa Nila tinggal di sebuah rumah kontrakan yang sempit dan tidak layak huni menurut pendapat Jason yang sudah terbiasa hidup di rumah besar dan mewah.Jason merasa prihatin mendengar kabar tersebut. Dia tidak bisa membiarkan Nila hidup menderita. Tanpa ragu, Jason memutuskan untuk memberikan Nila rumah baru yang lebih baik. Dia ingin memastikan bahwa Nila memiliki tempat yang nyaman untuk pulang setelah seharian bekerja keras. Jason segera menghubungi agen properti terpercaya untuk mencari rumah yang sesuai dengan kebutuhan Nila.Setelah beberapa hari mencari, Jason menemukan rumah yang sempurna untuk Nila. Rumah itu terletak di lingkungan yang aman dan tenang, de
Mata Tamara membulat saat pria yang duduk di hadapannya itu memberi sebuah kabar yang sangat mengejutkan bagi dirinya. Kepalan tangannya memukul meja untuk melampiaskan kekesalannya. Bagaimana mungkin Jason membelikan rumah baru pada asisten pribadinya. Pasti ada sesuatu di balik semua yang dilakukan Jason. Dada Tamara bergemuruh. Asisten Jason adalah perempuan yang menarik dan bisa dikategorikan cantik. Bukan tidak mungkin Jason menaruh hati padanya."Awasi terus perempuan itu. Awasi Jason juga saat bersama perempuan itu ke mana pun mereka pergi," titah Tamara pada anak buahnya itu."Baik, Nona Tamara." Dada Tamara bergemuruh. Dia harus selalu mengawasi gerak-gerik Jason di kantor. Hatinya begitu menaruh curiga pada asisten pribadi tunangannya itu.Sementara itu di kantornya, Jason meminta Nila untuk menemaninya makan siang. Namun, Nila tampak ragu-ragu. Dia takut tiba-tiba tunangan bosnya itu datang dan akan membuat masalah dengannya. "Kamu sepertinya tidak berkenan menemani saya
Nila melangkah masuk ke halaman sekolah Haiden untuk menjemput putranya sore itu. Dia sedikit terlambat karena Jason memberinya tugas sebelum pria itu pergi meninggalkan kantor. Namun, saat hampir sampai di luar kelas Haiden, dia terkejut melihat putranya sedang bersama dengan seorang pria."Mama!" seru Haiden memanggilnya. Nila yang begitu kaget saat pria itu berbalik. Pria itu pun terkejut melihatnya."Pak Jason?" ucap Nila dengan tenggorokan tercekat."Nila, kenapa kamu di sini?" Jason menggandeng tangan Haiden mendekat pada Nila. Dia pun tak kalah terkejutnya saat Haiden menghambur pada Nila."Ini mamaku, Om." Ucapan Haiden membuat Jason membulatkan mata. "Mama, ini Om Baik Hati," ucap bocah itu memperkenalkan.Nila dan Jason saling menatap satu sama lain. "Jadi, ternyata kamu mamanya Haiden?" tanya Jason. Pria itu telihat senang."Iya, Pak. Haiden juga sering bercerita tentang Om Baik Hati. Te
Nila duduk di pantry sambil menyesapi kopi yang beberapa saat lalu dia buat. Pikirannya melayang ke mana-mana. Tepatnya, ke dalam ruangan bioskop di mana Jason menciumnya. Dia bingung menyikapi perlakuan Jason. Setelah kontak fisik mereka yang begitu dekat itu, tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara dirinya dan Jason tentang hal itu. Namun sikap Jason padanya begitu perhatian. Apalagi terhadap Haiden. Nila memang tidak berani berharap Jason akan mengutarakan perasaannya. Dia juga sadar posisi Jason. Namun perempuan mana yang tidak melayang jika diperlakukan seromantis itu, apalagi oleh seorang pria yang memiliki sejuta pesona. "Hei, ngelamun aja." Danu yang baru saja masuk ke dalam pantry membuat Nila terkesiap. Lamunannya tentang Jason buyar. "Ngagetin aja deh, Pak," gerutu Nila sambil mulutnya mengerucut."Habisnya kamu ngelamun gitu. Kesambet loh ntar," kekeh Danu sambil menarik kursi di seberang meja Nila. "Mikirin apa sih?" tanyanya penasaran."Nggak mikirin apa-apa kok,
Jason menemui Tamara di apartemen mewahnya di tengah kota. Tamara tampak senang saat membuka pintu dan menyambut Jason dengan ciuman hangat di pipi. "Aku merindukanmu, Sayang. Ayo masuk," kata Tamara sambil menggandeng tangan Jason. Namun, Jason pelan menarik tangannya, membuat perempuan itu mengerutkan kening.Suasana berubah drastis ketika mereka duduk di sofa. Jason terlihat tegang, dan tatapan matanya terkesan bingung dan penuh keragu-raguan. Tamara merasa ada yang tidak beres."Apa yang terjadi, Jason? Kamu terlihat cemas. Apa kamu sedang ada masalah?" Tanya Tamara dengan nada khawatir.Jason mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab dengan suara gemetar, "Tamara, aku datang kemari bukan untuk alasan yang menyenangkan." Wajahnya tampak sedih namun juga determinasi. "Aku ingin memutuskan hubungan kita."Tamara merasa dunianya hancur dalam sekejap. Ia tidak mampu mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Memutuskan hubungan kita? Tapi ... kenapa, Jason? Apa yang salah?"Jason
Tamara mengepalkan tangan dan rahangnya gemeretak mendengarkan laporan dari orang kepercayaannya. Dadanya dipenuhi dengan amarah yang meluap-luap. Amarah yang bercampur dengan perasaan cemburu dan juga kebencian terhadap perempuan bernama Nila."Tuan Jason sudah lama mencari perempuan itu.""Kurang ajar!" maki Tamara geram. Jadi selama empat tahun ini hubungannya dengan Jason begitu dingin, karena Jason telah jatuh cinta dengan perempuan itu. Perempuan yang ditidurinya dalam percintaan semalam. Tamara berusaha menenangkan diri dari amarah yang berkecamuk dalam dada. Dia tidak bisa membiarkan ini. Dia tidak akan pernah membiarkan Jason bersama Nila. ***Jason tersenyum-senyum sendiri sambil mengemudikan mobilnya menuju ke sebuah restauran di mana dia akan mengajak Nila makan malam. Di sampingnya, Nila terdiam dengan rasa canggung yang luar biasa. "Apa Haiden akan baik-baik saja dititipkan pada teman kamu?" tanya Jason memecah kesunyian diantara mereka. "Saya sudah biasa menitipkan H