“Pemirsa, sudah tiga hari sejak pencarian pesawat Garuda Indonesia yang jatuh di perairan Teluk Benggala. Setelah banyak usaha, akhirnya telah ditemukan sebuah tanda-tanda kehidupan. Sekitar sepuluh korban selamat sudah di bawa ke rumah sakit, meski mengalami luka yang cukup parah, beruntung mereka bisa bertahan hidup selama tiga hari terakhir. Hanya dua orang yang identitasnya diketahui, seorang wanita dua puluh empat tahun bernama Mustika, dan pria berusia dua puluh sembilan tahun bernama ... Jason Wirabraja. Keduanya sama-sama menyimpan kartu tanda penduduk di pakaian mereka. Selanjutnya, akan dilakukan tes DNA untuk semua korban yang ditemukan, baik yang hidup maupun meninggal dunia dengan keluarga korban. Setelah identitas di pastikan, barulah jenazah yang ditemukan akan diserahkan ke keluarga untuk dikuburkan dengan layak. Demikian informasi terkini yang dapat saya sampaikan.”Roland misuh-misuh karena anak buahnya tak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. Ia perlu kepastian
Hari ini Tamara sudah tiba di rumah sakit, tepatnya di ruang rawat Santi. Sebenarnya wanita itu sama sekali tidak perlu di rawat, tetapi dia ingin tetap di sana dan mencari celah untuk mencelakai Nila dengan tangannya sendiri.“Tante, aku dengar Jason termasuk korban yang selamat. Ayo pergi ke rumah sakit tempat Jason di rawat!” seru Tamara berbinar.“Benarkah? Bagaimana bisa aku tidak tahu kabar ini. Baiklah, mari pergi sekarang. Aku yakin putraku sudah menungguku di sana.”Dengan tergopoh-gopoh Santi mulai bersiap. Ia juga memanggil ajudannya untuk mempersiapkan mobil. Kedua wanita yang berencana akan pergi itu terhenti di lobi saat melihat Jason di dorong oleh para pengawal.“Astaga Jason!” pekik Santi, namun saat akan mendekati Jason, para pengawal menghalangi Santi.“Apa yang kau lakukan sialan? Dia putraku!” teriak Santi saat para pengawal itu menyeretnya menjauh.“Sialan! Siapa yang memerintah kalian? Selain Jason akulah yang memegang kendali penuh atas kalian semua!” “Lepaska
Bayu menggendong Nila yang entah selelah apa hingga tak terusik sama sekali, ke kamarnya. Pria itu cukup bingung dengan respons Haiden yang terkesan biasa saja. Tidak bersemangat tentang kepulangan Ibunya sama sekali.Mencoba menepis pemikiran buruk tentang itu, Bayu segera pergi setelah menidurkan Nila di kamarnya, pria itu segera pergi. Saat di pintu, ia cukup terkejut dengan keberadaan Roland.“Kenapa Anda di sini Pak?” tanya Bayu.“Madam membalikkan posisi Bay, dia memegang kendali sekarang. Jadi, yang bisa kita lakukan sekarang adalah menjaga Nona Nila sekuat tenaga. Karena aku yakin, Madam tidak akan diam saja,” papar Roland.“Mala!” panggil Roland dengan berteriak.Wanita itu lalu mendekat, “Ada yang bisa saya bantu Pak?” “Tolong buatkan minuman dan camilan untuk pengawal yang sedang jaga, karena ART yang saya tugaskan sudah habis masa kontraknya,” titah Roland.“Ah, baik Pak,” ujar Mala lalu berniat beranjak pergi.“Tunggu dulu!” seru Roland.“Ada apa Pak?” tanya Mala.“Beber
“Nona Nila baik-baik saja Roland, kau tidak perlu cemas,” ujar Dokter pribadi keluarga Jason.“Syukurlah kalau begitu Dok.”“Tetapi pastikan agar kepalanya tidak terbentur apa pun sampai tiga bulan ke depan. Karena benturan kecil saja bisa berakibat fatal.” “Baiklah Dok, saya akan memastikan Nona Nila tidak mendapatkan benturan sama sekali. Tetapi, kenapa belum sadar Dok? Apakah ini normal?” tanya Roland memastikan.“Alasan Nona Nila pingsan hanya karena syok saja, sebentar lagi juga pasti akan sadar. Kalau begitu saya permisi dulu,” pamit sang Dokter.Setelah Dokter tersebut pergi, Roland menggendong Nila naik ke kamarnya. Ia lalu membaringkan Nila di kasur, sembari menatap lekat wanita yang akhir-akhir ini menghuni hatinya.Tes! “Sialan!” umpat Roland tertahan saat darah di pelipisnya menetes ke wajah Nila. Bersamaan dengan itu Nila perlahan membuka matanya, ia merasakan bau anyir di sekitar wajahnya. Roland kembali setelah sempat mengambil tisu, pria itu lalu membersihkan darah
Sudah dua hari terakhir sejak Nila tidak bisa mengunjungi Jason karena yang memegang izin menemui Jason adalah Santi. Mustahil bagi wanita itu memberikan izin kepada Nila untuk menemui Jason barang sedetik.Saat ini, Nila tengah berada di halaman belakang rumah bersama Roland dan Bayu. Wanita itu terus merengek untuk menemui Jason, meski hanya beberapa menit.“Ayolah Roland, pikirkan sebuah cara. Aku yakin kau bisa melakukannya,” ujar Nila memohon.“Itu sulit Nona, mengingat Madam sangat waspada. Di saat-saat seperti ini, Madam tidak akan lengah pada hal sekecil apa pun,” balas Roland.“Mana mungkin kau tidak bisa melakukan apa pun Roland? Bukankah kau orang kepercayaan Mas Jason? Masa hanya sekedar memberikan aku jalan bertemu Mas Jason saja tidak mampu?”“Yang menjadi masalah adalah, yang memegang kendali di sini bukan saya, Nona. Jika saya bisa membawa Anda masuk, sudah saya lakukan sejak kemarin. Jangankan Anda, saya saja sangat sulit untuk sekedar melihat Pak Jason,” tukas Roland
Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, terlihat dua orang wanita yang berjalan tergopoh-gopoh di lobi rumah sakit dengan diikuti oleh banyak pria dengan setelan hitam.Tatapannya berubah nyalang setelah melihat sepuluh pengawal yang ia tugaskan terikat menjadi satu dengan kondisi babak belur. Wanita yang berusia lebih dari setengah abad menendang pintu ruang rawat dengan kuat.Membangunkan seorang pria yang terlelap di sofa. Beberapa pengawal langsung memegangi tangan pria tersebut, mengabaikan berontaknya.“Sialan! Lepaskan saya!”“Apa yang akan Anda lakukan Madam?!” teriaknya.Wanita yang dipanggil Madam itu segera menarik paksa wanita yang tertidur di atas bangkar putranya. Setelah wanita itu terduduk dengan mata setengah terpejam, tanpa basa-basi Madam Santi menjatuhkan tamparan di pipi wanita tersebut.Plak!“Akh!” erang sang wanita yang merupakan Nila Anggraini.“Jalang sialan! Berani-beraninya kau datang kemari? Ingin menjemput ajalmu sendiri?!” teriak Santi.Beberapa pengawal
Tamara terlelap di kursi sebelah bangkar tempat Jason terlelap. Wanita itu mengabaikan tukang bersih-bersih yang tengah membersihkan kekacauan sisa semalam. Tak dapat dipungkiri uang adalah segalanya, tidak ada protes dari pihak rumah sakit terkait semua yang terjadi.Jari-jari Jason bergerak seiring dengan matanya yang terbuka perlahan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Tamara yang terlelap dengan menindih tangan kirinya.Tangan kanan Jason terulur mengelus surai Tamara, sehingga sang pemilik terusik. Tamara membuka matanya, ia sangat terkejut melihat pelaku yang mengelus kepalanya.“Jason? K-kamu sudah sadar?” tanya Tamara dengan mata berkaca-kaca.Jason mengangguk lemah tangannya terulur membersihkan air mata Tamara. “Aku baik-baik saja, jangan menangis seperti ini Tamara.”“Baik-baik saja apanya, kamu terbaring lemah lebih dari satu Minggu Jason. Setiap hari terasa menyeramkan dengan bayang-bayang kehilanganmu.” Tangisan Tamara pecah saat itu juga.Jason menarik Tamara untu
Pagi ini Jason tiba di kantor dengan ditemani Tamara selaku sekretaris sekaligus tunangannya. Keduanya tampak serasi dengan setelan jas senada berwarna coklat muda. “Apa agendaku hari ini Tamara?” tanya Jason sembari memperhatikan jam tangannya.“Nanti jam delapan ada tanda tangan kontrak dengan investor baru asal Kanada, penerjemah akan tiba pukul setengah delapan untuk berunding. Jam sepuluh ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani terkait pembangunan beberapa proyek. Dilanjut makan siang dengan klien sekaligus membahas proyek pembangunan sekolah dasar swasta. Jam dua siang menghadiri rapat bersama para pemegang saham untuk memantau progres saham satu bulan terakhir, juga membahas pengembangan kinerja perusahaan. Seharusnya jam empat sore kosong, tetapi baru beberapa menit yang lalu seseorang membuat janji,” papar Tamara.“Siapa?” tanya Jason, seingatnya ia tidak pernah menerima janji dadakan, kecuali jika orang itu sangat penting.“Klien yang berencana menggunakan jasa perus