"Euugghhh!"Serra mengerjabkan matanya, bibirnya berdesis ketika rasa nyeri yang hebat ia rasakan di bahu kanannya."Hei, kau sudah bangun? Dasar pemalas kenapa tidurmu seperti mayat? Jika terus terusan tidur siapa yang akan mengurusku hahh?" Serra sejenak seperti kehilangan ingatannya, matanya nanar mengamati ruangan luas tempatnya kini berada. Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat Reynard berada disampingnya. Wajah pria itu bahkan begitu dekat dengan wajahnya.Tapi bibirnya kembali menjerit kesakitan ketika ingin bangkit dari tidurnya, tulang bahunya seakan patah. Dan Serra baru mengingat kejadian penyekapan di gudang ketika melihat lukanya yang sudah diperban rapi."Dasar bodoh! Kau sedang terluka, jadi jangan melakukan gerakan tiba tiba. Apa sakit sekali? Cihh...itu hanya luka ringan, jangan kau pikir akan terbebas dari tugasmu hanya karena luka kecil itu!" Serra menutup mata untuk menikmati sakit yang dia rasakan, sekaligus melafalkan sumpah serapah di dalam hatinya un
Jane terkejut ketika pagi ini seseorang mengetuk pintu kamar rawat Naina, ia bergegas membukanya karena mengira Serra-lah yang datang, seperti biasanya. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat seorang pria yang tidak ia kenal berdiri didepannya.Seorang pria berbadan tinggi besar datang ke kamar rawat Naina. Pria berumur tiga puluh tahunan dengan setelan formal, berambut coklat gelap dengan tatapan setajam elang. Aura dingin dan pembawaan yang tenang menunjukkan bahwa pria itu bukanlah pria biasa."Selamat pagi Nyonya Jane, maaf jika kedatangan saya pagi ini sedikit mengejutkan anda," ujar Bryan yang tahu jika wanita didepannya pasti sedang bertanya tanya siapa dirinya."Saya Bryan O'Brien, rekan kerja Nona Serra di Jayde Corp."Jane tersenyum ramah dan menyambut uluran tangan pria di depannya. Walau terkesan dingin tapi nyatanya pria didepannya bersikap sangat sopan padanya.Jane keluar dari kamar dan melanjutkan pembicaraan di luar karena tak ingin suara mereka mengganggu istira
"T-tuan Reynard...." Reynard tak membalas sapaan dari pria yang sudah duduk di depannya. Saat ini dia sudah berada di markas besar yang ia buat untuk tempat beristirahat para penjaganya.Semalam ia meminta Bryan untuk membawa biang keladi dari peristiwa penculikan Serra ke tempat ini. "Kau tahu benar kenapa kau bisa berada di tempat ini!" Reynard duduk di sofa single yang ada di depan Dex, dan membiarkan Dex tetap berdiri di tempatnya."Selama ini aku diam hanya karena Giorgio, tapi bajingan sepertimu tak akan pernah tahu rasa terimakasih. Kau tidak pantas dikasihani!" "Saya tidak pernah merasa berbuat kesalahan kepada anda...."BRAAKKKK!Reynard menggebrak meja kayu didepannya, pria itu sudah berdiri dengan dua tangan terkepal dan mata nanar menatap Dexter yang sudah menundukkan kepalanya. "Jangan kau pikir aku terlalu bodoh untuk mengetahui semua rencanamu bangsat! Aku diam hanya karena ingin tahu sejauh apa kau bisa berbuat!""Saya tidak melakukan apapun," ujar Dex masih menco
Dengan sedikit ragu Bryan melangkah mendekat ke ranjang dimana seorang gadis berwajah pucat sedang menatapnya. Sekarang ia bisa leluasa memandang wajah gadis itu karena dokter sudah melepas selang yang digunakan untuk alat bantu pernafasan. Telapak tangan gadis itu terangkat seakan meminta Bryan untuk menggenggamnya."Ayah, kenapa melihatku seperti itu?" Bryan tak menjawab pertanyaan Naina karena pria itu masih canggung dengan situasinya. Gadis itu terlihat begitu rapuh. Tak bisa ia bayangkan jika ia akan menjadi seorang ayah dari seorang gadis berumur tujuh belas tahun.Tapi Bryan memberikan tangannya agar gadis itu bisa menggenggamnya.Tangan mungil itu sangat halus dan terasa begitu dingin."Aku pasti terlihat sangat aneh, aku tidak punya rambut!""Kau cantik Nona ( menjeda kata katanya karena tahu jika sedang salah berucap)...ehhmm maksudku kau masih butuh banyak istirahat. Jangan berpikir macam macam. Kau adalah gadis tercantik yang pernah aku lihat!" gugup Bryan, berharap kata
Serra mencoba menggerakkan lengan kanannya walau masih sangat sakit. Dokter Elle berkata jika ia harus banyak belajar menggerakkan lengannya agar bahunya tidak lagi kaku. Dia juga tak sabar bisa pergi ke rumah sakit melihat keadaan adiknya.Tidak mungkin ia pergi ke rumah sakit dengan selalu mendesis kesakitan. Akan ada banyak pertanyaan dari ibunya, atau bisa saja Jane melarangnya bekerja dan memintanya kembali mengolah toko roti yang mereka miliki.Mau tidak mau dalam satu dua hari ini dia harus bisa belajar mengatasi rasa sakitnya. Obat dari Dokter Elle sebenarnya juga sangat membantunya. Tapi obat penahan rasa sakit yang diberikan hanya bisa menyamarkan rasa sakitnya untuk dua atau tiga jam setelah meminumnya.Ingin sekali ia menelpon ibunya untuk bertanya perkembangan kesehatan adiknya. Tapi setelah kejadian penculikan dirinya semalam ia bahkan melupakan tentang ponselnya. Jika ia tidak salah tas yang ia pakai semalam terjatuh di mobil yang digunakan untuk membawanya. Dan kemung
"Kak Rey..." Walau belum rela tapi akhirnya Gio melepaskan tangannya dari tubuh Serra. Dia masih ingin melihat luka yang tadi ia lihat ada di bahu Serra. Walau sudah di balut perban tapi ia yakin luka itu cukup parah.Sedangkan Serra langsung menjaga jaraknya dari Gio dan membenahi jubah mandinya. Iblis itu menatap seakan ingin menelannya hidup hidup. Kemarahan yang sama, bahkan bertambah berkali lipat seperti saat Reynard pergi meninggalkannya siang tadi.Kadang Serra tak habis pikir dengan kelakuan iblis tampan itu, ada kalanya Serra merasakan perhatian berlebih tapi ada kalanya Reynard menjelma menjadi seseorang yang sangat menakutkan untuknya."Ikut Kakak, ada yang harus aku bicarakan denganmu!" Giorgio mengangguk ketika mendengar ajakan kakaknya, dia juga merasa memang ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada kakaknya. Tentang peristiwa semalam, dan kenapa Reynard harus menyembunyikan Serra darinya.Sebelum melangkah pergi sekilas ia melihat ke arah wanita disampingnya, dan S
Serra menutup mulut dengan kedua tangannya, dia sangat kaget mendengar teriakan Gio. Sungguh ia tak menyangka jika pria baik hati itu bisa semarah ini. Giorgio marah hanya karena ia menolak untuk di bawa ke mansion Tapi sesaat kemudian, pria yang semula memperlihatkan kemarahannya itu langsung memperlihatkan ekspresi yang berbeda. Giorgio seperti sangat menyesali apa yang baru ia lakukan."M-maaf, aku tidak bermaksud marah padamu," ujar Gio penuh sesal. Serra hanya mengangguk pelan, tapi kakinya spontan mundur ketika melihat Gio selangkah mendekat padanya. Tapi hatinya sedikit tenang ketika melihat Reynard berjalan ke arahnya."Pergi ke kamar yang tepat ada disamping ruangan ini, Elle mengatakan jika kau harus banyak beristirahat!" ujar Reynard dengan pandangan menghunus padanya. Tanpa mengatakan apapun Serra segera pergi dari ruangan itu, diapun sudah merasa tak nyaman berada di tengah tengah dua pria yang sedang bersitegang itu. "Apa kau takut jika dia melihatku seperti ini? Apa
"Siput...aku bilang semuanya, jangan sisakan satu pun di tubuhku!" Serra merutuki pria setengah telanjang yang ada di depannya. Sebagai asisten pribadi dia tahu jika mempunyai tanggung jawab penuh atas semua kepentingan Reynard, tapi tidak dengan hal sekonyol ini.Membuka baju, memandikan...pria itu benar benar gila! Reynard membuat dirinya seperti pelayan yang tak mempunyai harga diri. Dengan susah payah ia berhasil membuka semua kain yang menempel di tubuh Reynard, kecuali penutup terakhir bagian bawahnya. Tentu saja dia gugup, karena baru kali ini dia dihadapkan dengan situasi seperti ini. Melihat tubuh polos pria langsung di depan matanya!Selama ini Jane mendidiknya dengan keras. Jane selalu meminta dirinya agar bisa menjaga dirinya dengan baik. Jadi sebisa mungkin dia tetap berpijak pada lingkaran norma kesopanan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.Walau pada akhirnya ia melupakan semua prinsipnya karena nyawa adiknya."Jangan pura pura seakan ini baru pertama kalinya kau
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Adiknya harus menjalani beberapa prosedur medis untuk memastikan jika kanker tak akan tumbuh lagi at
Dua bulan sudah berlalu, dan kandungan Serra kini sudah berusia lima bulan. Perutnya yang semakin membesar membuat sang suami bertambah over protektif padanya. Reynard akan selalu menyempatkan diri untuk pulang dan makan siang bersamanya di mansion. Dan untuk urusan di luar kota akan diselesaikan oleh orang orang kepercayaannya. Pria itu akan selalu berusaha berada di sisi istrinya."Hei kenapa melamun sayang?" Serra langsung menengok ke arah suara, dan senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Dia melihat Mia dan Dimitri sedang berjalan ke arahnya. Akhir akhir ini mertuanya memang jarang berkunjung karena sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri."Mom...Dad! Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali," ujar Serra memeluk ibu mertuanya haru. Air mata tak terasa sudah membasahi pipinya. Mungkin ini pengaruh hormon kehamilan, akhir akhir ini perasaannya menjadi sangat sensitif. Kemarin saat menelpon Naina pun ia tak kuasa menyembunyikan tangisnya. Dia mendengar
Adrian terbangun dengan mengerjabkan matanya, indera penciumannya terganggu dengan bau gurih dan wangi masakan. Hal yang ia rindukan setelah sepuluh tahun terakhir ini kehilangan ibunya.Ibunya meninggal tak lama setelah ia kehilangan ayahnya. Dan ayahnya adalah pengganti ayah Serra sebagai pemegsjg tampu tertinggi klan Mendoza, tapi karena membuat sistem yang berbeda ayahnya dibenci dan akhirnya klan terbagi menjadi dua bagian.Karena rasa cintanya pada kedua orang tuanya sampai sekarang Adrian masih terus berusaha meneruskan perjuangan mereka, yaitu mengarahkan klan-nya ke arah yang lebih baik. Dia ingin dunia mengenal nama Mendoza sebagai klan terhormat, bukan sebagai klan kotor penuh kejahatan.Dia masih sangat muda waktu itu, tapi ia beruntung karena didukung oleh orang orang yang masih setia pada ayahnya. Hidupnya selalu penuh ancaman, dan hal itulah yang menempanya menjadi pria yang lebih kuat. Tak sekalipun ia gegabah mengambil tindakan, semua langkahnya selalu penuh perhitung
"Apa? Kak Adrian meminta Deela ikut bekerja dengannya? Jangan bercanda?" ujar Serra tak percaya ketika baru saja suaminya mengatakan jika sahabatnya sudah diminta bekerja menjadi asisten kakak sepupunya."Semalam dia sudah memintanya secara resmi padaku sayang, dia bilang sangat kerepotan jika melakukan perjalanan bisnis tanpa seorang asisten disampingnya. Adrian memperbesar pengaruh bisnis agar lebih mudah mengendalikan sayap kiri klan yang tidak pernah mendukungnya."Serra menghela nafas panjang, pantas saja semalam suaminya bersikukuh meninggalkan Deela. Reynard sengaja meninggalkan Deela agar Adrian bisa mengantarnya pulang, mungkin pria itu ingin hubungan Adrian dan Deela lebih dekat."Bagaimana jika Deela menolak? Dia tak punya pengalaman menjadi asisten pribadi. Jika sedang bekerja maka dia akan menjadi sosok yang perfeksionis," ujar Serra masih khawatir jika kakak sepupu maupun sahabatnya bukanlah partner kerja yang baik "Adrian menawarkan gaji tiga kali lipat lebih besar, se
Setelah sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya Deela bisa bernafas lega, dia sudah sampai di halaman depan area rumah sewanya. Dari balik jendela mobil ia bisa melihat jika kedatangan mereka sangat menarik perhatian penghuni lain area tempat tinggalnya.Wajar saja terjadi karena mobil yang ia tumpangi merupakan salah satu mobil termahal yang hanya beberapa gelintir orang saja memiliki. Dan lamunannya buyar ketika tiba tiba pintu mobil sudah terbuka lebar untuknya. Adrian ternyata sudah berdiri di sisi pintu, pria itu membukakan pintu untuknya! Tapi sejak kejadian di supermarket tadi ia tak berani menatap netra setajam elang itu. Sungguh ia sama sekali tak menduga jika pria itu mau dan mampu mengangkat tubuhnya.Tapi ini bukan negeri dongeng di mana upik abu di gendong pangeran untuk dibawanya ke istana dan kemudian akan hidup berbahagia selamanya. Dia cukup tahu diri tentang siapa dirinya. Adrian adalah pria tampan kaya raya yang tak akan mungkin ia jangkau, pria itu juga t
Deela langsung turun dari mobil ketika mereka berhenti disebuah mini market yang ada di pinggiran kota. Tak peduli dengan suara yang berkali kali memanggilnya, yang ada di otaknya sekarang hanyalah beberapa batang coklat, satu bungkus besar keripik kentang dan sebotol susu pisang dingin yang pasti menyegarkan tenggorokannya.Dan benar saja, tak berapa lama wanita itu sudah memenuhi keranjang belanjanya. Dan Adrian sudah berdiri disamping kasir seakan sedang menantinya. Deela segera mengikuti arah pandang Adrian yang terus saja memandang ke bawah, dan dia berdecak malas ketika menyadari jika ia sedang tidak mengenakan alas kakinya. Kakinya pegal karena seharian ini tak melepas sepatunya. Sepatu yang ia kenakan di kantor adalah sepatu hak yang tak terlalu tinggi, tapi tetap saja tak nyaman jika dikenakan terus menerus. Dan tanpa sadar ia melepas sepatunya tadi di dalam mobil."Kau seperti suku primitif yang baru pertama kali masuk ke dalam toko. Lantainya dingin sekali, kau bisa sakit
Deela melihat ke arah sekitarnya, dirinya seperti seorang perempuan di sarang penyamun. Dia satu satunya wanita yang ada di tempat ini. Dan seperti biasanya, tak akan ada yang seorang pun memperhatikannya. Dia tak menyalahkan Serra yang terlebih dulu pulang tanpa mengajaknya karena ia yakin situasinya tak memungkinkan untuk pulang bersama sama. Tapi sesaat kemudian dia bisa bernafas dengan lega ketika dua penjaga Jayde's datang menghampirinya."Nona Deela, Nyonya Muda meminta kami untuk mengantar anda pulang. Beliau juga meminta kami membeli ini untuk Nona," ujar salah satu penjaga memberikan satu kantong plastik penuh berisi beberapa anak dan coklat. Serra tahu jika sahabatnya sangat suka dengan cemilan setelah makan malam."Terimakasih, sebaiknya kita pulang sekarang saja. Besok pagi pagi sekali aku harus berangkat kerja, ada tugas yang harus aku selesaikan," sahut Deela sangat bersemangat melihat banyaknya makanan ringan di tangannya.Wanita itu segera mengikuti langkah dua penjag
"Ehh...Tuan Adrian? Saya hanya membawa ini untuk kentang dan sayurannya," ujar Deela dengan menunjukkan dua wadah yang tadi dibawanya. "Tapi tidak begitu dengan yang aku lihat, kembali ke tempatmu sekarang juga.""Memang apa yang sedang anda lihat? Saya disini untuk membantu mereka, bukan sedang menari telanjang dan menggoda mereka!" seru Deela, tanpa sadar matanya menatap tajam pria yang berdiri menjulang didepannya. Dia hanya tidak suka dengan kata kata bernada ancaman yang ditujukan padanya.Tinggi badannya yang hanya sebatas dada pria arogan didepannya membuatnya harus mendongakkan kepala."Turuti kata kataku, atau...""Atau apa? Membunuhku? Kau bukan siapa siapa bagiku! Jadi kau tidak punya hak untuk mengatur hidupku. Jangan kau pikir semua orang harus tunduk di kakimu Tuan Adrian yang terhormat," ujar Deela dengan suara pelan tapi penuh penekanan. Dia bahkan tidak menggunakan kata kata formal lagi pada kakak sahabatnya itu.Sebenarnya Deela sedang menahan rasa takutnya karna sa
"Kau suka?" tanya Gio memeluk istrinya dari belakang. Sekarang mereka berada di sebuah resort pinggir pantai yang ada di Bali. Liburan kali ini adalah hadiah pernikahan mereka dari Mia Alexander."Suka sekali, sudah lama aku ingin kesini. Sayangnya Serra dan kakakmu tak bisa berlibur disini bersama kita.""Mana mau kakakku pergi bersama, dia pasti lebih suka pergi ke pulau tak berpenghuni agar tak ada satupun orang yang bisa mengganggu mereka," ujar Gio yang membuat istrinya tertawa.Gabrielle sangat paham bagaimana watak Reynard karena sudah cukup lama mereka bersahabat. Reynard bukanlah pria yang bisa bersikap hangat ataupun lembut pada wanita. Tapi dia akan benar benar menjaga apa yang sudah ia klaim menjadi miliknya jika sudah menjatuhkan hatinya."Rasanya aku masih tak percaya berada disini bersamamu, bertahun tahun menjadi sahabat kakakmu tapi aku bahkan tak pernah bertemu secara langsung denganmu," ujar Elle mencium sekilas rahang suaminya. Angin pantai di sore hari membuatn