"Siput...aku bilang semuanya, jangan sisakan satu pun di tubuhku!" Serra merutuki pria setengah telanjang yang ada di depannya. Sebagai asisten pribadi dia tahu jika mempunyai tanggung jawab penuh atas semua kepentingan Reynard, tapi tidak dengan hal sekonyol ini.Membuka baju, memandikan...pria itu benar benar gila! Reynard membuat dirinya seperti pelayan yang tak mempunyai harga diri. Dengan susah payah ia berhasil membuka semua kain yang menempel di tubuh Reynard, kecuali penutup terakhir bagian bawahnya. Tentu saja dia gugup, karena baru kali ini dia dihadapkan dengan situasi seperti ini. Melihat tubuh polos pria langsung di depan matanya!Selama ini Jane mendidiknya dengan keras. Jane selalu meminta dirinya agar bisa menjaga dirinya dengan baik. Jadi sebisa mungkin dia tetap berpijak pada lingkaran norma kesopanan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.Walau pada akhirnya ia melupakan semua prinsipnya karena nyawa adiknya."Jangan pura pura seakan ini baru pertama kalinya kau
"Pakai ini, kita ke rumah sakit sekarang! Adikmu sudah sadar sejak siang tadi," ujar Reynard melangkah mendekat pada Serra yang duduk diruang tengah, sedang menonton televisi.Dengan bantuan Cindy ia membeli beberapa pakaian baru untuk Serra kenakan. Reynard tahu Serra pasti masih marah padanya. Tapi ia tidak bisa disalahkan sepenuhnya, wanita itu berkeliaran dirumahnya dengan hanya mengenakan jubah mandi tanpa apapun di dalamnya. Sebagai pria normal tentu saja dia tergoda! Bukankah semua pria akan tergiur jika didepannya dihadapkan dengan wajah cantik dan tubuh sempurna seorang wanita?Dan sepertinya usahanya untuk membujuk wanita itu tak sia sia, Serra menatapnya dengan mata berbinar, seolah sudah melupakan kemarahannya."A-apa? Naina sadar? Baik aku akan kesana."Dengan cepat Serra memakai baju yang diberikan padanya, tak ia hiraukan rasa sakit yang masih sedikit ia rasakan di bahunya. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah ingin melihat keadaan adiknya.Selesai berpakaian Serra
Sampai di rumah sakit Serra segera berlari menuju ruang rawat adiknya, tak peduli dengan Reynard yang terus berjalan mengikutinya. Jangankan untuk meminta maaf, iblis itu bahkan seperti tidak menyesali perbuatannya.Dia tak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu, disaat dirinya bahagia mendengar kondisi adiknya yang sudah tersadar pria itu malah merencanakan sebuah perjalanan bisnis yang sangat jauh. Reynard tidak membiarkannya menikmati kebahagiaan ini lebih lama bersama keluarganya.Sepertinya iblis itu punya rencana untuk lebih lama menyiksanya. Dia yakin akan ada banyak penghinaan penghinaan lainnya seperti kejadian menjijikkan di kamar mandi tadi.Dan siap tidak siap dia harus menyiapkan dirinya, dia adalah wanita bayaran Reynard Jayde!"Ibu...Uncle Erick...aku ingin melihat dia!" sapa Serra antusias, langsung berjalan menuju ranjang tempat Naina berbaring. Sedangkan Erick terlihat meraih pundak wanita didepannya yang masih terpaku dengan seorang pria yang baru saja datang be
"Tuan Reynard sudah menunggu anda di pesawat, sebaiknya anda segera menyusul ke sana Nona. Nanti penjaga yang akan mengantar anda ke hanggar pesawat Alexander," ujar Bryan yang tahu jika Serra sedang mencari atasannya.Tadi Reynard memang ada di depan ruang rawat Naina berbicara dengan Erick Kylen, tapi akhirnya pria itu pamit lebih dulu dan menyerahkan semua urusan padanya. "Hanggar pesawat? Kenapa dia buru buru pergi? Bukannya kamu baru berangkat besok pagi pagi sekali?" gerutu Serra kesal pada pria yang selalu bertindak semaunya sendiri."Karena dia tidak suka bau rumah sakit!" sahut Jane spontan, dan wanita itu langsung terdiam menyadari jika ucapannya telah menjadi perhatian tiga orang di dekatnya.Tatapan Serra, Erick dan Bryan membuatnya tambah salah tingkah."Bagaimana lbu tahu jika Tuan Reynard tidak suka bau rumah sakit?" "Ehh, aku hanya asal bicara saja. Biasanya orang kaya raya sepertinya tidak suka dengan bau obat obatan di rumah sakit," jawab Jane berusaha sebisa mungk
Serra memutar bola matanya malas ketika melihat gadis bernama Adriana yang terlihat sangat bersemangat mendekati Reynard. Jika saja tak ada orang lain disini mungkin saja gadis itu akan melepas seluruh bajunya dan menyerahkan diri pada iblis disampingnya.Menurutnya sikap itu terlalu berlebihan untuk seorang anak yang baru saja kehilangan sosok seorang ayah yang sangat di cintainya . Apalagi sampai sekarang kasus pembunuhan ayah Adriana belum juga terungkap.Dahinya berkerut ketika telinganya mendengar kata sayang dari mulut iblis disampingnya. Dia menoleh ke arah Rey untuk memastikan jika pendengarannya tidak salah."Baik jika begitu, sesuai dengan apa yang dikatakan kekasih saya. Malam ini kami akan menginap di kediaman anda! Ayo sayang....""Hahh? Sayang!!?" kata Serra dalam hati tak percaya dengan pendengarannya, bahkan Reynard sedang menarik pinggangnya hingga tubuh mereka kini tak berjarak."Ini yang kau mau bukan? Rasa pedulimu pada orang lain membuatku semakin tak bisa lepas d
"Apa anda tidak merasa aneh? Apa hanya saya yang merasa jika Nona Adriana tidak sedang berduka?"Reynard melihat sepintas ke arah Serra yang sempat terdengar menggumam sesuatu tentang Adriana. Tapi pria itu tak bertanya lebih lanjut karena melihat Adriana sudah berjalan ke arah mereka."Mari masuk, saya sudah siapkan sambutan untuk anda dan kekasih anda Tuan Reynard!" ujar Adriana segera berjalan mendahului ke dalam rumah. Melihat tanda keunguan yang tercetak jelas diarea leher Serra membuat hati gadis itu meradang. Tapi gadis itu tetap yakin jika cepat atau lambat ia bisa membuat putra sulung Alexander itu bertekuk lutut di bawahnya. Adriana hanya merasa tak ada hal istimewa pada diri Serra.Sedang Serra yang masih berdiri di sisi Reynard berdecih ketika melihat cara berjalan tuan rumah yang terlihat dibuat buat. Adriana seperti sengaja ingin memamerkan pinggul dan bokong besarnya. Wanita itu pasti ingin menarik perhatian pria disampingnya.Ia segera beranjak menuju bagasi mobil tem
"Tuan Muda, ada yang ingin anda tanyakan menyangkut hasil pertemuan tadi?" tanya Bryan pada Giorgio.Pagi ini Bryan menggantikan posisi Reynard sebagai wakil Jayde pada pertemuan para pemegang saham Stockholm. Dan Giorgio ikut dalam acara itu karena hampir seratus persen proyek Stockholm adalah milik Alexander."Berapa hari mereka pergi?" tanya Gio seperti tak peduli dengan apapun hasil pertemuan tadi. Giorgio tahu jika Reynard sengaja membawa Serra pergi agar bisa menguasai wanita itu sendirian. Mungkin saja kakaknya sudah tahu jika ia mulai tertarik pada sosok asisten pribadinya."Maaf saya kurang tahu Tuan, mungkin dalam waktu satu atau dua hari ini." Giorgio mendengus kesal, padahal siang ini ia berencana ingin menjemput Serra untuk makan siang bersama. Sebagai bentuk penyesalannya, sekaligus sebagai bentuk 'pengumunan' perpisahannya dengan Kathleen karena di luar sana masyarakat masih mengetahui jika wanita itu masih menjadi tunangannya.Setelah menyelesaikan urusannya Giorgio
"Berengsek!" PYAARRR...Adriana meraih apapun yang bisa ia raih, dan melemparnya ke arah dinding hingga hancur berantakan. Ketika ia bangun yang dia lihat adalah dua penjaga Fernandez yang tidur disampingnya tanpa busana, sama seperti dirinya. Dua pria itu pasti kelelahan karena semalaman telah melayaninya.Adriana masih ingat bagaimana tersiksa dirinya ketika harus sekuat tenaga menahan hasratnya yang menggebu. Reynard tak mau menyentuhnya, dan malah mengundang masuk seorang penjaga untuk melayaninya.Sungguh dia sudah berusaha untuk tidak merendahkan dirinya dengan menyerahkan diri pada penjaganya. Dengan bantuan satu penjaga lainnya dia di bawa ke kamar pribadinya. Dia ingin mengunci dirinya di dalam kamar dan mengatasi efek obat itu sendirian.Tapi nyatanya ia kalah, dia memohon pada dua penjaga itu untuk melayani hasratnya. Dan semua terjadi! Sepanjang malam ia tak berhenti menjerit karena semua kenikmatan yang diberikan oleh pria pria rendahan itu. Dan itu menjadi hal paling